Reporter: Jei Suranta
Suara USU, MEDAN. Universitas Sumatera Utara melalui Tim Desa Binaan di Kampung Nelayan Seberang, pesisir Belawan memetakan potensi mangrove di pesisir Belawan dengan menggunakan teknologi drone. Kegiatan ini telah dilakukan sejak bulan Juni s.d Desember 2021 yang meliputi pelatihan bagi kelompok masyarakat pesisir yang tergabung dalam Koperasi Nelayan Cinta Mangrove.
Onrizal sebagai penggagas desa binaan USU di pesisir Belawan saat dijumpai di Kampus USU pada Jumat (10/11/2021) menyampaikan bahwa kegiatan ini secara khusus untuk mengetahui potensi hutan mangrove di sekitar Kampung Nelayan Seberang seluas 152 ha yang dikelola sebagai ekowisata mangrove.
Kegiatan ini diharapkan juga akan mendukung pengelolaan hutan mangrove melalui kegiatan Ekowisata Nelayan Cinta Mangrove yang telah dimulai kelompok masyarakat pesisir Belawan, sehingga mendukung perekonomian masyarakat dan pelestarian mangrove di wilayah tersebut.
Irwan salah seorang tokoh masyarakat Kampung Nelayan Seberang yang juga salah seorang pengurus Koperasi Nelayan Cinta Mangrove (KONACIM) menyampaikan konversi mangrove di sekitar kampung mereka dan bagian hulu sejak era 2000-an untuk perkebunan kelapa sawit dan tambak telah mengancam kehidupan mereka. Hasil tangkap mereka sebagai nelayan terus berkurang serta banjir yang semakin sering terjadi dan semakin tinggi.
Hal inilah yang telah mendorong masyarakat setempat untuk melestarikan ekosistem mangrove. Hermansyah sebagai Ketua KONACIM sangat antuasias dan bersemangat bersama warga untuk pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Tim Desa Binaan USU dalam upaya pelestarian mangrove sejak tahun 2020.
Hasil pemetaan dengan menggunakan drone menunjukan sebagian mangrove di pesisir Belawan telah dikonversi menjadi tambak dan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan Kelapa Sawit berada di bagian hulu dari pulau yang dihuni masyarakat Kampung Nelayan Seberang. Sedangkan, pertambakan baik yang masih aktif dan maupun yang sudah ditinggal terdapat di pulau dan di sekitar Kampung Nelayan Seberang.
Menurut Irpan salah satu masyarakat Kampung Nelayan Seberang, hampir setiap hari mereka melihat perahu dari luar kampung mereka yang berisi penuh potongan pohon mangrove yang dibawa ke Belawan atau lokasi lainnya.
Pilot drone, Achmad Siddik Thoha dari Fakultas Kehutanan USU menerangkan bahwa berdasarkan hasil drone diketahui sebagian mangrove di Kampung Nelayan Seberang masih tergolong baik dan lebat. Sebagian lain termasuk mangrove yang tergolong jarang akibat penebangan pohon mangrove. Sebagian lagi, mangrove telah dikonversi menjadi tambak.
Moehar Maraghiy Harahap selaku anggota tim juga menambahkan bahwa ekosistem mangrove yang berada di sekitar kampung ini juga dihuni oleh berbagai jenis burung pantai, baik yang yang berasal dari lokasi setempat maupun burung migran. Tentunya ini membutuhkan kajian lebih lanjut yang akan mengungkap kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki ekosistem mangrove sekitar Kampung Nelayan Seberang.
Oleh karena itu, teknologi drone sangat penting dalam pengelolaan hutan mangrove mulai dari perencanaan dan pengelolaan sampai kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan ekowisata mangrove dan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekosistem mangrove.
Menurut Onrizal, USU juga harus terus menjalin bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Sumatera Utara dan UPT/OPD lainnya di tingkat nasional, provinsi dan daerah serta komponen masyarakat lainnya, termasuk LSM/NGO dan dunia bisnis dalam mendukung pengelolaan mangrove secara lestari sehingga akan mendukung pemberdayaan masyarakat pesisir termasuk dengan memanfaatkan teknologi terbaru, termasuk teknologi drone.
Redaktur: Wiranto Asruri Siregar
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.