SUARA USU
Opini

Pulang Kampung: Healing Terbaik Anak Kos

Oleh: Jesika Yusnita Laoly

Suara USU, Medan. Sebagai anak kos, baik itu pelajar maupun mahasiswa yang sedang merantau jauh dari rumah untuk mengejar pendidikan, seringkali menghadapi tekanan dan kelelahan akibat rutinitas harian yang padat. Dalam usaha mencari “healing” terbaik, pulang kampung menjadi pilihan yang menjanjikan. Dimana pulang kampung bukanlah sekadar kunjungan ke tempat kelahiran, bukan juga sekadar perjalanan fisik melintasi jarak, tetapi merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga bagi anak kos. Dimana pulang kampung menjadi sebuah perjalanan mendalam untuk menyembuhkan diri dari penatnya kehidupan kampus.

Dan lebih dari sekadar tempat tinggal, kampung halaman adalah tempat yang memeluk kita dengan segala keakraban dan kebersamaannya. Dimana saat pulang ke kampung halaman, kita tidak hanya dapat meresapi atmosfer yang sarat akan kenangan masa kecil, tetapi juga menemukan keceriaan serta kehangatan di balik tradisi dan cerita-cerita keluarga.

Di kampung halaman, anak kos dapat merasakan kembali kehangatan keluarga yang mungkin telah terasa jauh selama merantau. Kehangatan dalam keluarga ini mampu menyembuhkan lelah fisik dan mental yang kita rasakan selama menjalani rutinitas di tanah rantau. Oleh sebab itu, pulang kampung menjadi peluang untuk melepas penat, menenangkan pikiran, dan mengisi ulang semangat untuk menghadapi tantangan di masa depan. Dengan kembali bercengkraman bersama keluarga, kita bisa merasakan kekuatan dalam kebersamaan dan cinta dari keluarga yang menjadi penopang utama dalam perjalanan hidup kita .

Selain itu, setelah melalui berbagai rutinitas harian yang penuh tekanan saat menempuh pendidikan, pulang kampung memberikan ruang bagi anak kos untuk melepaskan beban pikiran sejenak. Meresapi kehidupan desa, mendengar riuh rendah alam, dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari di kampung halaman memberikan ketenangan dan ketentraman yang sulit ditemukan di tengah hiruk-pikuk perkotaan.

Dengan menggali kembali kenangan masa lalu, anak kos tidak hanya mengenang kehidupan masa kecilnya, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk meresapi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Pulang kampung menjadi perjalanan refleksi yang membantu kita para anak kos mengenali diri sendiri dan menemukan keseimbangan antara kehidupan di kota dan nilai-nilai yang kita bawa dari kampung halaman.

Hal lainnya, saat pulang kampung kita sebagai anak kos tidak hanya memiliki kesempatan untuk meresapi kebersamaan keluarga dan keindahan panorama alam di kampung halaman. Tetapi juga, kita dapat mengatur waktu untuk berkumpul dengan teman-teman semasa kecil di kampung halaman atau sesama anak kos. Momen ini menjadi ajang sosialisasi yang berharga bagi kita, dimana kita dapat berbagi cerita, pengalaman, dan tawa dalam suasana yang akrab dan santai.

Interaksi dengan teman-teman dari kampung halaman memberikan peluang untuk memperkuat ikatan persahabatan yang mungkin telah terjalin sejak lama. Bersama-sama, kita bisa mengenang kenangan masa kecil, mengeksplorasi perubahan dalam diri masing-masing, dan merayakan pencapaian serta tantangan yang telah dihadapi sejak terakhir bertemu. Pertemuan ini tidak hanya menjadi sumber kegembiraan, tetapi juga menjadi titik temu yang memupuk dukungan sosial yang sangat diperlukan.

Sementara itu, berinteraksi dengan sesama anak kos juga memiliki daya mendukung yang kuat. Kita dapat saling berbagi pengalaman mengenai kehidupan di tanah rantau, merundingkan cara mengatasi tantangan, dan memberikan dukungan emosional. Di tengah tekanan akademis dan tuntutan hidup di perantauan, memiliki jaringan sosial seperti ini dapat menjadi penyeimbang yang efektif untuk menjaga keseimbangan hidup dan kesejahteraan mental.

Pulang kampung, dengan segala keberagamannya, bukan hanya sekadar perjalanan fisik kembali ke akar-akar kehidupan, tetapi merupakan suatu bentuk terapi yang menyeluruh bagi anak kos. Ini bukan hanya soal merayakan kehangatan keluarga atau menikmati kembali pesona kampung halaman, melainkan juga sebuah kesempatan emas untuk memperkuat dan memperdalam hubungan sosial. Dalam momen ini, anak kos bukan hanya bersatu kembali dengan keluarga, tetapi juga bersatu dengan teman-teman dari masa kecil atau sesama perantau yang perjalanan hidupnya serupa.

Pulang kampung menjadi panggung di mana kita bisa menciptakan kenangan baru, membagikan cerita perjalanan hidup, dan menyokong satu sama lain. Pulang kampung adalah wadah di mana gelombang tawa dan kehangatan keluarga/teman bersama-sama melindungi kita dari tekanan berat dari rutinitas harian di perantauan. Dan lebih dari itu, pulang kampung menjadi ‘healing’ terbaik bagi anak kos untuk merenung dan memulihkan diri, bukan hanya secara mental, tetapi juga secara fisik.

Dalam setiap langkah di kampung halaman, kita dapat menemukan sejumput ketenangan yang membawa keseimbangan dalam hidup yang penuh dengan tugas dan tanggung jawab. Pulang kampung adalah ritual penyembuhan yang mencakup hal yang lebih luas daripada sekadar menghilangkan rasa rindu. Pulang kampung membawa kita dalam menemukan kedamaian dalam diri sendiri, memperkuat koneksi dengan keluarga dan teman-teman, serta memberikan bekal energi positif untuk kembali menghadapi tantangan di tanah rantau.

Dengan demikian, pulang kampung menjadi ‘healing’ terbaik bagi anak kos untuk membangun keberdayaan dan kesejahteraan dalam perjalanan hidup anak sebagai perantau yang jauh dari rumah.

Redaktur: Tamara Ceria

 

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Lagu “Asmalibrasi” Dipertanyakan, Apakah Lirik Lagu Harus Sesuai Logika?

redaksi

Wisuda TK Sampai SMA, Apakah Perlu?

redaksi

Alat Tulis di Era Digital, Masihkah Mahasiswa Membutuhkannya?

redaksi