SUARA USU
Sastra

Sang Nabi: Karya Besar Seorang Kahlil Gibran

Penulis: Wirayudha Azhari

Suara USU, Medan. Kahlil gibran merupakan nama yang sangat terkenal di lingkup sastra dunia. Kecakapannya dalam menyusun kata begitu eksotik hingga membuat para pembaca terenyuh dan sesekali berpikir. Ramuan kata yang mistik menjadikan karya-karyanya begitu hidup. Begitu pula dengan karya megahnya berjudul Sang Nabi. Buku ini merupakan kumpulan prosa dan puisi kalangan sang maestro tersebut. Buku yang menceritakan seorang pria bernama Al-Mustafa (Yang terpilih; dalam bahasa indonesia) dirilis pada tahun 1923, 8 tahun sebelum sang penyair meninggalkan dunia.

 

Buku Sang Nabi ini bercerita tentang Al-Mustafa yang menepi di sebuah pulau kecil selama 12 tahun. Al-mustafa terdampar di sebuah kota bernama Orphalese. di Kota inilah ia belajar banyak arti kehidupan. Dalam pengasingannya selama 12 tahun itu, ia benar-benar mendapatkan ketenangan dan kedamaian hati bahkan tanpa sedikit pun mengalami luka di dalam jiwanya.

 

Terdamparnya mustafa selama 12 tahun ternyata memiliki dampak luar biasa bagi dirinya. Di kota Orphalese inilah ia menemukan hakikat-hakikat kehidupan. Al-Mustafa yang juga dijuluki Sang Nabi oleh warga Orphalese sangat banyak memberi dan mengajarkan arti sesungguhnya dari kehidupan. Sang Nabi memberikan pelajaran mulai dari tentang cinta, pernikahan, jual-beli, cara bersedekah dan memberi, anak-anak, hingga makna dalam dari kematian.

 

Jika membaca buku ini, di halaman-halaman awal para pembaca akan disajikan bagaimana kegelisahan Al-Mustafa ketika akan meninggalkan kota itu. Kemudian para pembaca akan dibawa hanyut ke dalam susunan kata eksotik sang penyair. Pembaca akan disajikan makna-makna kehidupan yang diajarkan Sang Nabi kepada warga Orphalese. Pertanyaan-pertanyaan dari warga Orphalese yang kemudian dijawab oleh Sang Nabi menjadi bahan bacaan yang sangat-sangat menarik. Terlebih lagi, terkadang para pembaca akan merasa apa yang dikatakan oleh Sang Nabi itu relate dengan kehidupan di zaman sekarang ini. Meskipun karya Kahlil Gibran ini diterbitkan pada tahun 1923, tapi prosa dan puisinya benar-benar abadi. Karya besarnya ini seperti tidak ada matinya, bahkan akan sangat terasa jika kita hubungkan dengan masalah-masalah kehidupan pada dewasa ini. Seperti jawaban Sang Nabi ketika penduduk Orphalese memintanya menjelaskan tentang makna dan arti dari sebuah ‘pemberian’.

 

“Dan siapakah engkau, sehingga orang harus mengoyak dadanya. Membuka harga dirinya, supaya kau mengukur nilai dan martabatnya yang telanjang, tanpa terhalang?,” jelas Sang Nabi ketika ditanyai mengenai pemberian. Bukankah petikan-petikan seperti ini sangat terasa dengan kehidupan di masa ini, dimana banyak orang yang memberi tetapi dengan cara mempermalukan orang tersebut terlebih dahulu, seperti prank yang kerap kali dilakukan oleh para Youtuber belakangan ini.

 

 

“Selama ini kau dengar orang berkata pula bahwa hidup

adalah kegelapan,

Dan dalam keletihanmu kau tirukan kata-kata mereka

yang lelah.

Namun, aku berkata bahwa hidup memang kegelapan,

kecuali: jika ada dorongan.

Dan semua dorongan buta belaka, kecuali: jika ada pe-

ngetahuan.

Dan segala pengetahuan adalah hampa, kecuali: jika ada

pekerjaan.

Dan segenap pekerjaan adalah sia-sia, kecuali: jika ada

kecintaan.”

 

Sedikit petikan diatas menggambarkan pada kita bahwa bekerjalah diatas rasa cinta. Untuk mengetahui lebih banyak lagi perihal masalah kehidupan dan untuk menikmati ramuan kata eksotik dan mistik dari seorang Kahlil Gibran, maka kalian harus membaca buku beliau yang berjudul Sang Nabi. Untuk kalian yang ingin membaca buku ini, duduklah di ruangan tenang, siapkan segelas air putih dan sedikit cemilan, agar ketika membaca buku ini benar-benar terhanyut dalam perkataan bijak dari Sang Nabi.

 

Jangan lupa membaca kawula muda, jangan berhenti untuk menggali, Salam Literasi!

 

Redaktur: Zukhrina Az Zukhruf


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Buku Pahit

redaksi

Batas

redaksi

Hujan Sore

redaksi