SUARA USU
Film

Sensasi Pahit Manis bak Cokelat, Perjalanan Seorang Willy Wonka

Penulis: Axfeba Saragih 

Suara USU, Medan. Setelah penantian panjang, karakter legendaris Willy Wonka akhirnya kembali ke layar lebar. Karakter pesulap ikonik ini dihadirkan ulang dengan film fantasi musikal bertajuk Wonka. Willy Wonka, pesulap yang memiliki pabrik cokelat ini pertama kali muncul dalam buku berjudul Charlie and The Chocolate Factory karya Roald Dahl yang terbit pada tahun 1964 silam. Di kala itu buku ini sangat populer, kisah karakter ini kemudian dijadikan film dengan tajuk Willy Wonka and The Chocolate Factory pada tahun 1971 silam, Melihat antusias penonton pada saat itu, kisah Willy Wonka kembali dihidupkan dalam bentuk film pada tahun 2005 dengan judul Charlie and The Chocolate Factory.

Kini, setelah penantian selama 18 tahun, si pesulap ajaib ini bakal muncul dalam film prekuelnya Wonka garapan sutradara Paul King. Di bawah naungan Warner Bros, film fantasi musikal ini akan berbeda dengan sebelumnya, Paul King menyoroti kisah Willy Wonka muda mengejar mimpinya membuka toko cokelat di Galeries Gourmet, tentunya dihiasi dengan sentuhan drama dan komedi. Kali ini karakter Willy Wonka muda diperankan oleh Timothée Chalamet, yang unjuk kebolehannya dalam bernyanyi.

Willy Wonka, seorang pemilik pabrik cokelat yang sukses. Namun, jauh sebelum itu, rupanya karakter dengan topi khasnya itu hanya seorang pesulap. Dirinya yang belum puas akan hal itu, memiliki hasrat untuk memadukan dua passion-nya, berpetualang mengelilingi dunia demi ambisinya menyempurnakan kemampuannya meracik cokelat dengan kemampuan sulapnya.

Diawali dengan masa kecilnya dipenuhi dengan kenangan hangat dari mendiang ibunya, yang setiap pulang bekerja membawa satu biji kakao untuk diolah menjadi cokelat, sebagai hadiah ulang tahun Wonka. Untuk membawanya kepada kenangan tersebut, ia memiliki mimpi untuk mempunyai toko cokelat sendiri.

Dengan berbekal 12 koin perak, Wonka tiba di sebuah kota dengan mimpi mendirikan toko cokelat di Galeries Gourmet, sebuah tempat yang dikenal dengan deretan toko cokelat terbaik di dunia. Namun naasnya dalam perjalanan mengejar mimpinya, ia terjebak dalam kontrak dengan Ny. Scrubbit, sang pemilik penginapan nan licik dan tamak. Wonka akhirnya bekerja keras di fasilitas penatu di ruang bawah tanah bersama Noodle dan keempat pelayan kontrak lainnya, termasuk Abacus Crunch, yang pernah menjadi akuntan di Slugworth. Dengan keahlian dari kelima orang ini, mereka akan membantu Wonka mendirikan toko cokelat serta membongkar sistem bisnis dan korupsi dari polisi dan tiga serangkai pengusaha cokelat ternama The Chocolate Cartel. Tidak hanya mendirikan toko dan merintis bisnis cokelatnya, Wonka juga berkeinginan membebaskan teman-temannya dari kontrak.

Apakah Wonka dapat mewujudkan impiannya dan membebaskan teman-temannya? Semuanya akan terjawab di film berdurasi 1 jam 56 menit ini, dibungkus dengan penampilan musikal, visual, dan koreografi nan apik tiap alurnya, sungguh sangat memanjakan mata dan hati sehingga para pecinta film non-musikal bisa tetap menikmatinya. Tidak lupa diselipkan dengan bumbu-bumbu komedi, yang menghadirkan gelak tawa bagi penonton dari segala usia. Di akhir filmnya, penonton juga disuguhi sebuah twist sebagai penyegar dan rasa hangat.

Di sisi lain, karakter Wonka yang diperankan Timothée Chalamet tampak berbeda dari Wonka versi Gene Wilder ataupun Johny Depp. Pasalnya, seperti yang kita tahu Wonka adalah sosok yang nyentrik, sarkas, egois, dan tegas. Namun, karakter Wonka di film ini terkesan lebih naif, lucu, dan optimistik. Film Wonka ini sangat direkomendasikan menjadi tontonan wajib keluarga saat natal, dikarenakan ceritanya yang ringan serta imaginatif, tetapi tetap ada pesan moralnya untuk tidak menyerah mengejar mimpi-mimpi kita.

Redaktur: Taty Kristina 

Kristina


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

12th Fail: Kisah Kejujuran dan Integritas dalam Meraih Impian

redaksi

Greta, Pertemanan yang Manis Diakhiri dengan Teror yang Tragis

redaksi

Lamun Semulang, Film Bertema Isu Sosial yang Dibalut dengan Unsur Budaya

redaksi