SUARA USU
Life Style Opini

Sudahkah Mahasiswa Berpikir Modern?

Penulis : Fathan Mubina

Suara USU, Medan. Sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Begitulah kamus suci pedoman kebahasaan yang dipakai bangsa Indonesia mengartikan kata ‘Modern’. Mari kita telaah kata perkata dari pedoman kebahasaan.

Sikap. Berarti sebuah perilaku konkret seorang, penulis disini mengkhusukan kepada mahasiswa. Mahasiswa kebanyakan umumnya berada pada kisaran umur 18-23, setelah lulus Pendidikan dasar dan menengah, masuklah seseorang ke tahap pendidikan tinggi, tentu tidak semua bisa masuk pendidikan tinggi ini, lebih banyak orang yang tidak dapat memasuki perguruan tinggi karena banyak faktor, maka, suatu kesempatan yang tidak terkira bagi kita, sebagai mahasiswa dapat mengenyam pendidikan tinggi.

Idealnya, dari tersaringnya berjuta-juta orang yang tidak dapat masuk perguruan tinggi, maka semua orang yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi (baca:mahasiswa/i) seyogyanya memiliki cara berpikir yang lebih maju A.K.A modern. Namun lihatlah realita yang terjadi, untuk sekadar membuang sampah, masih banyak mahasiswa yang membuang sampahnya seenak jidat, seakan-akan sampah tersebut akan hilang ditelan kehampaan. Dilihat lebih jauh, ternyata hanya memerlukan sedikit usaha untuk bergerak ke tong sampah, sulit rasanya melakukan hal tersebut. Berpikir maju dengan cara menjaga bumi tetap bertahan untuk waktu yang lama saja, tidak terpikirkan oleh mahasiswa yang katanya intelektual muda.

Idealnya lagi, mahasiswa di perguruan tinggi, tidak melakukan hal-hal ke kanakkan seperti di pendidikan menengah, mencontek dalam sebuah tugas misalnya, (walaupun penulis mengetahui dengan baik, bahkan mencotek tidak baik untuk seluruh manusia, khususnya bagi pelajar yang sedang dalam masa pendidikan). Hal yang seharusnya tidak diulangi kembali di perguruan tinggi, malah menjadi sebuah kebiasaan bagi beberapa mahasiswa untuk mencontek tugas teman kuliah. Secara kaidah kebahasaan maka hal tersebut berlawanan dengan kata ‘modern’ itu sendiri.

Kata yang tepat untuk disandingkan kepada mahasiswa/i yang seperti ini tidak lain ialah tunagrahita (keterbelakangan mental). Konservatif yang merupakan lawan kata modern tetap tidak bisa dijadikan sebagai opsi, karena konservatif yang berarti kolot. Kolot itu sendiri tidak pernah membenarkan sekalipun terkait dengan buang sampah sembarangan maupun perbuatan mencontek teman.

Kata selanjutnya, cara berpikir. Cara berpikir merupakan sebuah formula dari pikirin seseorang yang dituangkan kedalam perbuatan. Maka dilanjut kembali pengertian modern yaitu cara bertindak. Cara bertindak lahir dari cara berpikir, yang sesuai dengan zaman. Sesuai dengan zaman berarti menyesuaikan keadaan yang sekarang.

Tuntutan zaman, banyak orang salah mengartikan dua kata ini, mungkin bukan salah mengartikan, namun salah dalam mendapatkan pendidikan perihal tuntutan. Tuntutan ialah kebutuhan. Kebutuhan zaman saat ini, pemikir-pemikir cerdas yang dapat membangun dunia lebih baik umumnya, khususnya membangun Indonesia lebih baik, dan disitulah peran mahasiswa itu masuk.

Maka berpikir secara modern yang seharusnya dilakukan mahasiswa tidak lain tidak bukan, untuk berpikir secara visioner untuk Indonesia yang akan datang, untuk dunia di masa depan, untuk pendidikan di masa yang akan datang. Bukan malah menyalah artikan modern sebagai tuntutan harga diri. Apabila semua didasarkan kepada harga diri, maka bergeserlah cara berpikir modern, dengan cara berpikir gengsi.

Betulkah mahasiswa sekarang sudah berpikir modern? Tanyakan hal ini kepada sanak, saudara, teman, kawan yang katanya “berpendidikan tinggi!.


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Mencegah Timbulnya Jerawat? Ketahui Manfaat Satin Silk Pillowcase Disini

redaksi

Menyoal Kondisi serta Harapan Taman Cadika Johor sebagai Ruang Publik

redaksi

KKN, Tulus Mengabdi atau Hanya Menambah SKS?

redaksi