Penulis :Muhammad Fadhlan Amri
SUARAUSU,Medan. Melalui akun Instagram resmi, Universitas Sumatera Utara mengumumkan akan memberikan bantuan untuk biaya pembelajaran daring bagi mahasiswa yang merupakan lulusan jalur SNMPTN dan SBMPTN pada Jumat (01/05) lalu.
Kicauan tersebut bak pisau bermata dua, di satu sisi bantuan tersebut merupakan angin segar bagi sebagian mahasiswa. Namun, di sisi lain menuai kritikan karena terkesan pilih kasih terhadap mahasiswa lulusan jalur Mandiri yang tidak memperoleh bantuan dengan alasan tertentu. Tak hanya berhenti di situ, kontroversi terjadi lagi dalam penyaluran bantuan untuk kuliah daring ini. Terhitung hingga Rabu (03/06) bantuan tak kunjung cair dan seakan tidak menemukan kepastian, kolom komentar Instagram akun resmi Universitas Sumatera Utara pun diserbu oleh para mahasiswa yang sudah menantikan sejak lama bantuan ini.
“Bulan ini turun, karena hitungannya kan April, Mei, dan Juni sekaligus dibayar.” Terang Wakil Rektor 1 bidang akademik, kemahasiswaan, dan kealumnian, Prof. Dr. Ir. Rosmayati, M.S. pada Suara USU via whatsapp. Ia juga menambahkan bahwa dalam dunia pendidikan, apa yang disampaikan harus dipertanggungjawabkan dan jangan Suudzon atau berburuk sangka.
Suara USU juga melakukan wawancara secara online dengan beberapa mahasiswa USU, untuk mengetahui opini serta aspirasi dari para mahasiswa. Seperti yang disampaikan oleh AS (18) mahasiswa Fakultas Hukum, ia menilai bahwa pada awalnya Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan suatu hal yang bagus dan patut diapresiasi. Namun, ia menyanyangkan ketidakjelasan mengapa sampai sekarang belum ada kejelasan apakah BLT itu jadi diberikan kepada mahasiswa atau tidak. “Saya berpikir positif, mungkin dari pihak USU ada sesuatu hal yang menyebabkan bantuan biaya daring itu sampai sekarang tidak turun turun. Bantuan biaya daring sangat penting bagi para mahasiswa saat di tengah pandemi ini,” terangnya via Whatsapp.
Ketika ditanyakan tentang statement bahwa USU merupakan kampus yang hobi ngaret, AS tidak mau banyak berkomentar. “Karena saya masih semester 2 dan masih dapat dikatakan sebagai maba (mahasiswa baru), jadi belum banyak merasakan bagaimana pihak USU dalam implementasi pemenuhan fasilitas mahasiswa apakah terkesan lambat atau tidak,” ungkap AS dikesempatan yang sama.
”Mengenai Bantuan biaya daring mungkin bisa ditambah dananya bila dilihat daring menggunakan aplikasi zoom itu memakan banyak kuota. Bila dalam dua hari ada satu kali pertemuan melalui zoom jadi kira-kira dalam 5 hari kuliah bisa jadi ada 2 atau 3 kali pertemuan melalui zoom, belum lagi dihitung perbulan. Menurut saya, ada baiknya dana ditambah agar para mahasiswa tidak kesusahan dalam proses pembelajaran dan bila dananya sesuai bisa membeli kartu paket yang kencang seperti telkomsel agar gak ngelek-ngelek,” pungkas AS diakhir wawancara.
Berbeda dengan AS (18) yang menolak untuk menguak identitasnya, Teddy Fitra, Mahasiswa Fakultas Teknik ini, mengatakan “Menurut saya, kampus telah beriktikad baik kepada mahasiswanya dengan memberikan bantuan berupa dana paket internet namun hendaknya bantuan ini diberikan ke semua kelas atau program mahasiswa karena pembelajaran daring dilakukan oleh semua program mahasiswa tidak hanya mahasiswa SNMPTN dan SBMPTN saja”.
Teddy juga bertentangan pendapat dengan AS, di mana ia cukup setuju dengan statement jika USU terkesan “ngaret” dan lambat dalam implementasi pemenuhan fasilitas untuk mahasiswa. Ia menjelaskan bahwa melihat dari beberapa kasus seperti almamater dan pemenuhan fasilitas lain, kampus cenderung lambat dalam merealisasikannya, untuk perbaikan fasilitas juga memerlukan waktu lama dalam perbaikannya.
Ia berharap agar birokrasi kampus dapat ditingkatkan menjadi lebih baik serta pelayanan terhadap proses perkuliahan mahasiswa dilakukan secara cepat dan baik dan juga penyampaian informasi kebijakan kampus kepada mahasiswa hendaknya disampaikan dengan jelas sehingga mahasiswa tidak merasa bingung dengan apa yang disampaikan pihak kampus.
“Perbaikan sistem belajar online yang kurang efektif dan pemaksimalan jam kuliah seperti yang sebagaimana mestinya. Terkadang dalam pembelajaran online waktu pembelajaran tidak sesuai dengan jadwal yang ada,” tambahnya.
Sejatinya, dalam pengumuman bantuan tersebut tidak mencantumkan tanggal yang jelas sehingga membuat banyak spekulasi yang beredar di tengah mahasiswa, Berita ini diturunkan bukan untuk menjatuhkan marwah dari kampus dan pihak rektorat melainkan sebagai wadah penyampaian aspirasi mahasiswa dan kedepannya diharapkan pihak rektorat dapat lebih fair dan transparan. Terlebih untuk urusan yang menyangkut mahasiswa seperti bantuan biaya daring ini dan permasalahan lainnya.
Terpenting, untuk urusan bantuan ini seharusnya sejak awal diberikan kepastian yang jelas, kapan akan disalurkan kepada para mahasiswa dan jika terlambat, diberitahu kendalanya, bukankah dalam pendidikan, kejujuran dan karakter adalah salah satu elemen yang paling penting untuk dibina dan diterapkan?
Redaktur Tulisan : Putri Narsila
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.