SUARA USU
Opini

Berani Melepas Jeratan Abusive Relationship

Oleh : Yuni Hikmah

SUARA USU, Medan. Layaknya lingkaran setan, Abusive Relationship menjadi mimpi buruk yang terus berulang. Tak pandang bulu siapa pun bisa menjadi korbannya. Hubungan tidak sehat ini sering ditemui pada hubungan asmara baik terikat pada sumpah pernikahan sampai yang masih sebatas kekasih.

Sayangnya, banyak puan sebagai korban utama seakan memilih tutup mata, ia merelakan dirinya untuk  meminum racun atas nama cinta. Ironis, Saat terbelenggu dengan hubungan semacam ini sangatlah melelahkan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hanya sedikit yang mampu mencapai pintu keluar dari hubungan toxic ini. Mengapa bisa sesulit itu?

Dikutip dari Alodokter.com, Hubungan abusive adalah istilah untuk menggambarkan hubungan di mana salah satu pihak berusaha untuk menguasai dan mengendalikan pihak lainnya dengan perilaku yang negatif. Hubungan ini biasanya dipenuhi dengan kekerasan verbal, fisik, psikologis bahkan seksual.

Abusive relationship menyebabkan trauma bagi korban, selain perlakuan menyakitkan secara fisik, psikis korban ikut terganggu. Salah satu cuitan seorang Self compassion trainer di aplikasi burung biru dengan username @bennysiauw89 dijelaskan bahwa umumnya pelaku melakukan tindakan-tindakan manipulatif terhadap korban, membombardir korban dengan perlakuan penuh cinta sedang di satu sisi menjatuhkan kepercayaan diri korban, mendoktrin korban untuk percaya bahwa dirinya tidak lagi berharga. Pelaku kerap kali mengkondisikan hasil perbuatannya sedemikian rupa sehingga menciptakan ilusi bahwa kekerasan adalah perwujudan dari cinta.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan sulitnya pergi dari hubungan tidak sehat ini. Tidak jarang korban mengemis balik untuk dicintai oleh pelaku, sebab bagi korban hanya pelaku satu-satunya orang yang mampu memberinya cinta, membuat kehidupannya lebih berwarna. Faktor ini semakin diperparah saat orang-orang di sekitar korban menghakimi keputusannya, di titik tersebut biasanya korban akan merasa tidak memiliki dukungan apapun untuk menyelamatkan diri, membuat korban tak kuasa buka suara dan memilih kembali masuk kedalam lingkaran tak berujung.

Selengkapnya, dilansir dari sebuah jurnal berjudul “Eight Reasons Women Stay in Abusive Relationships” milik Jason B. Whiting (2016) disebutkan beberapa alasan berikut:

  • Pikiran yang terdistorsi. Dikendalikan dan disakiti menimbulkan trauma, hal ini menyebabkan kebingungan, keraguan, bahkan menyalahkan diri sendiri.
  • Harga diri yang rusak. Terkait dengan kerusakan pada diri sendiri yang merupakan hasil dari perlakuan yang merendahkan.
  • Ancaman bahaya fisik dan emosional yang sangat kuat, pelaku kekerasan menggunakan hal ini untuk mengendalikan dan membuat perempuan terperangkap.
  • Ingin menjadi penyelamat. Banyak yang menggambarkan keinginan untuk membantu atau mengasihi pasangan mereka dengan harapan mereka dapat mengubahnya.
  • Anak-anak. Para perempuan ini juga mengutamakan anak-anak mereka, meskipun harus mengorbankan keselamatan mereka sendiri.
  • Harapan dan pengalaman keluarga. Pengalaman masa lalu dengan kekerasan telah mendistorsi perasaan mereka tentang diri mereka sendiri atau hubungan yang sehat. Beberapa lainnya menyebutkan tekanan keluarga dan agama.
  • Kendala keuangan. Banyak yang merujuk pada keterbatasan finansial, dan ini seringkali dihubungkan dengan kegiatan merawat anak. Sebagian lainnya tidak dapat mempertahankan pekerjaan karena kontrol pelaku atau cedera mereka, dan yang lain dimanfaatkan secara finansial oleh pelaku
  • Taktik umum yang dilakukan oleh pasangan yang manipulatif adalah memisahkan korbannya dari keluarga dan teman-teman.

Setelah mengetahui alasan-alasan paling umum mengapa hubungan ini sulit untuk ditinggalkan, kita dapat memperkirakan seberapa besar beban mental seorang korban hanya untuk bernafas lega. Namun, sesulit apapun masalahnya pasti punya jalan keluar. Berikut beberapa kiat-kita yang dapat dilakukan seseorang jika terjebak dalam keadaan ini:

  • Kenali perilakunya. Korban harus terlebih dahulu menyadari tindakan-tindakan yang ditujukan padanya untuk menentukan langkah selanjutnya.
  • Berdamai dengan diri sendiri. Hal ini perlu dilakukan untuk melepaskan diri dari rasa ketakutan dan perasaan negatif lainnya.
  • Mempersiapkan rencana untuk keselamatan diri sendiri.
  • Mencatat semua kejadian kekerasan dan mengumpulkan barang bukti untuk memperkuat statement.
  • Dapatkan bantuan dari orang terdekat yang dapat dipercaya.
  • Jangan berikan kesempatan kedua. Pada akhirnya, hubungan toxic ini bergantung kepada korbannya. Apakah ia akan memutuskan tindakan pelaku sebagai sesuatu yang dapat ditolerir atau tidak.

Lalu, bagaimana bila orang terdekat kita sedang terjebak abusive relationship? Kita tentu tidak boleh berdiam diri dan menutup telinga tanpa memberikan bantuan apapun, kan? Beberapa diantara yang dapat kita lakukan adalah;

1)  Memahami posisi mereka, tanyakan atas alasan apa mereka memilih bertahan.

2) Jangan menghakimi keputusan mereka, tujuannya adalah agar tidak membuat mereka merasa sendiri.

3) Membantu mencari pertolongan.

Ketika berhadapan dengan Abusive relationship, urusannya berkaitan dengan kompleksitas mental, butuh waktu lama untuk sekadar menyadari pengaruh mantra-mantra manipulasi yang diberikan pelaku. Perlu adanya keberanian besar untuk memutuskan lingkaran setan tersebut, termasuk di dalamnya mengenyahkan rasa takut akan banyak hal. Meskipun wanita rawan menjadi korban dalam hubungan ini, tak jarang pria juga menjadi korbannya.

Sudah sepatutnya kita memperhatikan red flags kecil yang ditunjukkan sejak awal berhubungan, mencegahnya sebelum terjadi. Ingat, kekerasan dalam bentuk apapun bukanlah cinta. Cinta tidak sepatutnya menyakiti, cinta tidak sepatutnya ditunjukkan dengan cara seperti itu. Untuk siapapun yang sedang berjuang melawan Abusive relationship semoga semuanya lekas berakhir, semua manusia pantas mendapatkan cinta yang lebih baik.

Redaktur: Muhammad Keyvin Syah


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Budaya Organisasi yang Diterapkan UMKM Burger Bangor

redaksi

Kontribusinya Paling Sedikit, Tapi Bicaranya Setinggi Langit

redaksi

Angka Bunuh Diri Remaja Meningkat , Media Sosial Menjadi Faktor Terbesar

redaksi