SUARA USU
Opini

Fenomena Mutualisme dalam Pertemanan Mahasiswa: Saling Memanfaatkan?

Oleh: Jesika Yusnita Laoly

Suara USU, Medan. Sebagai seorang mahasiswa, pernyataan tentang bagaimana pertemanan di dunia perkuliahan penuh dengan kebohongan dan kepalsuan sudah sering kita dengar, baik secara langsung maupun melalui komentar para netizen di media sosial. Hal ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum di kalangan mahasiswa. Pernyataan tersebut juga biasanya diungkapkan oleh mereka, orang-orang yang merasa menjadi korban dalam lingkup pertemanan di masa kuliah. Sehingga tidak mengherankan stereotipe ini menimbulkan kecemasan dalam diri mahasiswa terutama bagi mereka para mahasiswa baru.

Fenomena ini juga menyebabkan tingkat kepercayaan terhadap sesama mahasiswa menjadi sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh perubahan prespektif dalam diri para mahasiswa akibat stereotipe yang sudah mendarah daging dikalangan mahasiswa. Pandangan awal pertemanan sebagai landasan untuk pertukaran ide dan dukungan, kini berubah menjadi alat untuk mencapai kepentingan pribadi.

Pada dasarnya, konsep mutualisme dalam hubungan antar manusia ditujukan untuk mendapatkan dampak positif diantara kedua belah pihak. Namun, ketika pertemanan direduksi menjadi sebuah transaksi atau alat untuk kepentingan pribadi, nilai-nilai sejati dari hubungan antarmanusia menjadi tercemar. Sehingga hal tersebut menyebabkan resiko dan tantangan baru bagi individu dalam menjalin hubungan sosial di dalam masyarakat. Hal ini kemudian berujung pada pro dan kontra mengenai hal tersebut di kalangan mahasiswa. Sebagian dari mereka menganggap ini sebagai win-win solution. Dan sebagian dari mereka meganggap ini sebagai boomerang.

Jika kita melihat dari sisi positif, mutualisme sebenarnya mendorong kolaborasi antar mahasiswa. Dimana hal ini memungkinkan mahasiswa untuk saling membantu dalam mencapai tujuan mereka, baik itu dalam hal akademik dan non-akademik. Pertemanan dengan saling memberi dan saling menerima manfaat juga dapat membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan bila didasarkan kepercayaan, empati dan saling menghargai. Selain itu, mutualisme juga dapat membantu mahasiswa membangun jaringan yang kuat, menjadi sumber dukungan sosial, kesempatan karir dan pertukaran ide di masa depan bila hubungan tersebut dibangun dengan baik.

Disisi lain, pertemanan yang didasarkan pada sistem mutualisme ini membawa resiko seperti hubungan pertemanan yang hanya didasarkan pada kepentingan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan bersama. Selanjutnya ketidakseimbangan dalam konstribusi, dimana beberapa individu mungkin lebih cenderung mengambil manfaat daripada memberikan, menyebabkan terjadinya ketegangan. Kemudian sistem mutualisme yang berlebihan bisa menciptakan ketergantungan yang tidak sehat di antara anggota kelompok. Segala potensi pemanfaatan, ketidakseimbangan dalam kontribusi dan ketergantungan yang berlebihan ini menjadi hal yang menakutkan pihak yang menjadi korban.

Oleh sebab itu, penting bagi para mahasiswa untuk memahami bahwa prinsip mutualisme akan efektif apabila dalam hubungan tersebut bukan hanya tentang mengambil tetapi juga memberi. Untuk itu, penulis akan memberikan tiga solusi yang bisa kamu terapkan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari sistem ini jika terjadi pada diri anda.

Pertama, mari memulainya dengan komunikasi terbuka. Dimana dengan mendorong komunikasi terbuka antarindividu dapat mengatasi potensi pemanfaatan. Kamu mempunyai hak untuk menolak dan berkata tidak untuk hal yang tidak ingin kamu lakukan atau hal yang merugikan untukmu. Kedua, intropeksi diri. Dimana penting bagi kita memahami kontribusinya dalam hubungan pertemanan. Terakhir, saling menghargai dan menetapkan batasan yang sehat. Dilingkungan pertemanan kita harus menanamkan budaya saling menghargai dan menetapkan batasan yang sehat dalam lingkungan petemanan sehingga hubungan yang terjalin dapat berkelanjutan di masa depan.

Dengan mengimplementasikan ketiga langkah ini, diharapkan mahasiswa dapat memastikan bahwa prinsip mutualisme dalam lingkungan pertemanan mereka dapat dijalankan secara sehat, berkelanjutan, dan  membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat alih-alih menjadi sesuatu yang menakutkan bagi mereka.

Redaktur: Fransiska Zebua


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Aksi Aktivis Warnai Women 20 Summit di Danau Toba

redaksi

Apa yang Seharusnya Indonesia Lakukan Terhadap Pengungsi Rohingya

redaksi

Tren Foto dengan Jas Almamater, Abadikan Momen dengan Teman Seperjuangan

redaksi