Oleh: Muhammad Keyvin Syah
Suara USU, Medan. Women 20 Summit adalah adalah grup keterlibatan G20 yang berfokus pada kesetaraan gender. Pada tahun ini Indonesia menjadi pemimpin G20 di bali. Sementara itu acara W20 pada 19-21 juli 2022 diadakan di Hotel Niagara dan The Kaldera, Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara.
Menariknya konfrensi ini diwarnai dengan aksi dari Greenpeace Indonesia, organisasi masyarakat adat setempat, dan Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM). Ini sebagai bentuk protes atas kerusakan hutan akibat aktivitas perusahaan PT Toba Pulp Lestari dan PT Dairi Prima Mineral dikawasan danau toba.
Aksi protes ini dilakukan di atas sebuah kapal oleh sejumlah aktivis dan perempuan pedesaan di sekitar Danau Toba. Sebuah spanduk berukuran besar juga bertuliskan “North Sumatera Women Against Deforestation” mengambang di atas Danau Toba.
Pada unggahan Instagram Greenpeace Indonesia bertuliskan caption: “Dalam keluarga, laki-laki memang yang memberi nafkah. Tapi sebenarnya, perempuanlah yang memberi keluarga itu kehidupan.”
Para perempuan adat disekitar Danau toba pada Rabu, 20 juli, melakukan aksi membela tanah hutan adat kelahiran mereka yang kini tengah di bawah ancaman deforestasi. Aksi ini berlangsung saat pertemuan W20 Summit digelar di Parapat
Sementara perempuan petinggi 20 negara anggota G20 hadil mendiskusikan isu ekonomi inklusif dan perempuan pedesaan di hotel berbintang. Para perempuan Batak ini dengan lantang menyuarakan aspirasinya demi merebut Kembali ruang hidup mereka yang terampas akibat pembangunan yang serampangan.
Di tanah di mana leluhur mereka hidup sejak ratusan tahun lalu, kini beroperasi PT Toba Pulp Lestari (TPL) dan PT Dairi Prima Mineral (DPM). Lewat aksi ini, mereka ingin memberi pesan ke pada perwakilan W20 untuk melihat keadaan hutan dan hak masyarakat adat, terutama perempuan adat dari penebangan hutan dan eksploitasi lahan di sekitar Danau Toba.
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.