Penulis : Annisa Putri / Ihsanul Majid Tampubolon / Adryan Anugrah Subardja / Alfi Syahri / Mhd Rizki Pratama batubara / Jhon Abraham Marpaung/ Yemima Grace
Suara USU, Medan. Dalam era globalisasi yang kian meluas, tren fashion telah menjadi fenomena yang mendalam dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, terutama di kalangan remaja. Remaja, sebagai kelompok yang paling dinamis dan rentan terhadap perubahan seringkali menjadi pusat dari pengaruh fashion yang cepat berubah. Hal tersebut dapat menimbulkan gaya hidup impulsif pada remaja. Gaya hidup impulsif ini tak sekadar mencakup keputusan pembelian, tetapi juga membentuk nilai-nilai dan sikap yang mungkin tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, dasar negara Indonesia.
Globalisasi membawa perubahan signifikan dalam industri fashion. Melalui media sosial dan teknologi informasi, remaja memiliki akses tak terbatas terhadap tren fashion terkini. Mereka tidak hanya mengonsumsi produk fashion, tetapi juga mengonsumsi citra dan gaya hidup yang diperankan oleh tokoh publik dan selebritas di dunia maya. Hal ini menciptakan tekanan sosial yang mendorong remaja untuk mengadopsi gaya hidup yang seringkali bersifat impulsif. Media sosial dan iklan memegang peran kunci dalam membentuk persepsi remaja terhadap fashion. Pesan-pesan visual dan naratif dari iklan seringkali memanipulasi citra diri remaja dan memicu keinginan untuk terus mengikuti tren terkini. Dalam kondisi ini, remaja cenderung membuat keputusan pembelian secara impulsif tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya.
Gaya hidup impulsif pada remaja tidak hanya tercermin dalam pemilihan pakaian, tetapi juga dalam keputusan konsumtif mereka. Pemakaian produk fashion tertentu menjadi simbol status sosial dan nilai diri yang seringkali diperoleh melalui pembelian impulsif. Perilaku konsumtif ini bisa memicu ketidakseimbangan dalam pengeluaran, memberikan tekanan pada nilai-nilai ekonomi dan keadilan sosial.
Sosial media adalah platform yang memungkinkan individu berkomunikasi segera dan terus menerus dengan bantuan koneksi internet (Jacka, J., & Scott, P., 2011). Adapun menurut Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein (2010) bahwa media sosial adalah media yang digunakan oleh seseorang untuk berbagi teks, gambar, suara, dan video informasi baik dengan orang lain maupun kelompok. Sosial media telah mengubah paradigma dalam industri fashion dengan memberikan panggung global bagi tren dan gaya hidup. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest menjadi tempat di mana brand, selebritas, dan influencer memperkenalkan tren terbaru. Pengguna sosial media, khususnya remaja, seringkali terpapar secara terus-menerus pada gambaran gaya hidup tertentu yang dianggap sebagai norma atau standar keindahan. Ini menciptakan tekanan untuk terus mengikuti tren, yang dapat merangsang perilaku konsumtif dan impulsif dalam membeli produk fashion.
Dampak Psikologis Remaja dan Pengaruh Sosial Media pada Identitas
Sosial media dapat memainkan peran penting dalam membentuk identitas remaja melalui tren fashion. Citra diri remaja seringkali terbentuk oleh respons positif atau negatif dari teman sebaya dan pengikut online. Dalam upaya untuk mempertahankan popularitas dan penerimaan sosial, remaja mungkin cenderung mengadopsi gaya hidup impulsif, termasuk keputusan pembelian yang tidak terencana, demi memenuhi ekspektasi online.
Pengaruh sosial media terhadap fashion dan gaya hidup dapat menimbulkan tantangan terhadap nilai-nilai Pancasila. Tren individualisme dan konsumerisme yang muncul dapat mengancam semangat gotong royong dan keadilan sosial yang dianut oleh Pancasila. Kompetisi dan kesenjangan sosial yang sering tergambar dalam lingkungan daring dapat memicu perilaku yang lebih fokus pada diri sendiri, melanggar prinsip kesatuan dan persatuan.Pancasila, sebagai landasan negara Indonesia, mengajarkan nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, dan persatuan.
Gaya hidup impulsif, dengan fokus pada kepentingan pribadi dan materialistik, dapat merusak semangat gotong royong. Dampak ekonomi dan sosial dari konsumsi impulsif juga dapat menciptakan kesenjangan sosial yang bertentangan dengan prinsip keadilan Pancasila. Perilaku impulsif remaja dalam hal fashion juga membawa risiko terhadap masa depan mereka. Keputusan pembelian yang tidak terencana dapat mengakibatkan beban finansial yang berlebihan, menghambat akses mereka terhadap pendidikan dan peluang karir yang lebih baik. Keterlibatan teknologi dan akses mudah terhadap informasi memperkuat pengaruh fashion terhadap remaja. Mereka tidak hanya mengikuti tren secara pasif, tetapi juga terlibat dalam proses penciptaan dan penyebaran tren melalui media sosial.
Dampak Sosial Media terhadap Gaya Hidup Impulsif:
- Keterlibatan Media Sosial: Media sosial menjadi pendorong utama dalam mengarahkan tren fashion. Melalui platform ini, remaja terpapar secara konstan pada citra diri yang diharapkan oleh masyarakat, menciptakan tekanan untuk mengikuti tren terkini.
- Gaya Hidup Impulsif dan Keputusan Pembelian: Dampak fashion pada gaya hidup impulsif remaja tercermin dalam keputusan pembelian yang seringkali didorong oleh keinginan untuk memenuhi ekspektasi sosial daripada kebutuhan yang sebenarnya. Keputusan impulsif ini seringkali dilakukan tanpa pertimbangan matang.
- Dampak Ekonomi pada Remaja: Keputusan konsumtif yang impulsif dapat membawa dampak ekonomi yang signifikan pada remaja. Pemilihan produk berdasarkan tren dan bukan kebutuhan seringkali mengakibatkan beban finansial yang tidak terduga.
- Dampak Kesenjangan Sosial: Pemilihan produk berdasarkan tren dan merek tertentu dapat menciptakan kesenjangan sosial di antara remaja. Hal ini dapat merugikan nilai-nilai keadilan dan persatuan yang dijunjung tinggi oleh Pancasila.
Solusi yang Harus Dilakukan
Pendidikan memiliki peran besar dalam merespons tantangan ini. Integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan dapat membentuk karakter remaja dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari. Selain pendidikan nilai-nilai Pancasila, pendidikan keuangan juga perlu diperkuat. Remaja perlu diberdayakan dengan pengetahuan keuangan untuk membuat keputusan konsumtif yang lebih bijak. Pendidikan perlu mendorong pengembangan kreativitas dan kritisitas remaja. Hal ini dapat membantu mereka mengembangkan citra diri yang tidak terpaku pada tren semata.
Selain itu, masyarakat perlu memiliki kesadaran akan dampak sosial dari keputusan hidup impulsif remaja terkait fashion. Kampanye sosial dan dialog masyarakat dapat menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaman akan implikasi ini. Pemerintah dapat memainkan peran dalam mengatur industri fashion. Regulasi yang bijak dapat membantu mengurangi tekanan sosial terkait tren dan melindungi remaja dari praktik-praktik bisnis yang merugikan. Pembentukan karakter remaja perlu disertai dengan pembentukan etika konsumen. Mereka perlu memahami dampak jangka panjang dari keputusan pembelian impulsif terkait fashion. Orang tua dan keluarga memegang peran sentral dalam membimbing remaja. Dukungan dan pendampingan mereka dapat membantu remaja mengembangkan sikap yang lebih bijak dalam menghadapi pengaruh fashion. Maka dari itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan industri fashion menjadi kunci untuk mengatasi dampak negatif ini secara holistik dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Perkembangan industri fashion yang pesat, terutama melalui media sosial, telah membentuk paradigma baru dalam gaya hidup remaja. Mereka tidak hanya mengonsumsi produk fashion sebagai pakaian, tetapi juga sebagai ekspresi identitas dan pencarian penerimaan sosial. Gaya hidup impulsif remaja, terutama terkait keputusan pembelian, menjadi perhatian utama, dipicu oleh tekanan sosial dan keterlibatan media sosial.
Dampak ekonomi pribadi pada remaja dan potensi terciptanya kesenjangan sosial mengancam nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong dan keadilan sosial. Pendidikan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ini dengan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum untuk membentuk karakter remaja. Pendidikan keuangan juga penting sebagai alat pemberdayaan agar remaja dapat membuat keputusan konsumtif yang lebih bijak.
Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan industri fashion menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan remaja sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Regulasi pemerintah yang bijak dan tanggung jawab sosial industri fashion dapat mengurangi tekanan pada remaja terkait tren tertentu. Kesimpulan ini menegaskan perlunya pendekatan holistik untuk mengatasi dampak negatif fashion terhadap gaya hidup impulsif remaja demi menciptakan generasi yang berkualitas dan berkontribusi positif sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Artikel ini adalah publikasi tugas mata kuliah Pancasila dengan Dosen Pengampu: Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si.
Redaktur: Tania A. Putri
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.