Penulis: Lita Amalia dan Irdiana Syahrani
Suara USU, Medan. Setelah mengumumkan terbukanya kembali jalur beasiswa, Beasiswa Generasi Baru Indonesia (GenBI) yang dipelopori oleh Bank Indonesia ini mendapat banyak sorotan dari mahasiswa. Selain kaya akan benefit, Beasiswa GenBI ini juga memiliki segudang cerita menarik. Seperti yang disampaikan oleh Karin Nabilah, satu dari ratusan mahasiswa yang berhasil menyabet Beasiswa Generasi Baru dari Bank Indonesia.
Mahasiswa FISIP Antropologi 2018 ini mengaku memperoleh informasi Beasiswa GenBI pertama kali dari kakak tingkat dan juga media sosial. “Dari kakak-kakak tingkat, mereka merekomendasikan saya untuk ikut tapi saya saat itu belum punya mental yang kuat. Tapi dikuatkan sama mereka, terus dapat informasi dari Instagram juga,” paparnya.
Karin juga menyebutkan bahwa keluarnya beasiswa ini saat tahun lalu bertepatan dengan awal mula pandemi, sehingga mahasiswa yang mengetahui kehadiran beasiswa tersebut sangat sedikit.
Ketika ditanya alasan mendaftar beasiswa ini, ternyata urusan nominal menjadi hal yang kesekian bagi Karin. Ia bahkan baru mengetahui nominal yang diberikan beasiswa ini ketika dirinya sudah dinyatakan lulus.
“Bahkan saya kira (nominalnya) gak sebesar itu. Saya kira itu seperti BBM. Saya justru tertarik sama kegiatan campaign-nya. Saya cek Instagram GenBI SUMUT, USU, dan universitas lainnya, seperti UIN, UMA, UNPAC. Jadi dari kegiatannya disitu kelihatan asik, seru. Ditambah saya juga anaknya sosial dan organisasi banget, makanya sangat tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang mereka buat.”
Beasiswa GenBI ini juga sangat identik dengan kehadiran Komunitas GenBI. Sebuah perkumpulan seluruh penerima beasiswa Bank Indonesia yang acapkali melakukan kegiatan sosial yang positif. Salah satu kegiatan yang dilakukan misalnya upgrading. “Nah upgrading SUMUT itu menyatukan semua anak GenBI di seluruh universitas di SUMUT. Jadi, saya bisa kenal anak-anak GenBI dari UIN, UMA, dan banyak lagi. Gak mentok hanya di USU saja. Termasuk ajang silaturahmi juga,” tuturnya lengkap.
Komunitas GenBI secara tidak langsung juga memberikan keuntungan pribadi bagi dirinya. “Misalnya seperti kemaren ada keperluan di universitas lain untuk penelitian, bisa gak bantu aku, gitu. Jadi ada feedback–nya ketika kita bisa kenalan dengan anak universitas lain. Makanya aku merasa terbantu sekali saat mengerjakan tugas.”
Tidak hanya itu, masih ada kelebihan lain yang bisa diperoleh anak GenBI. Misalnya, free pass masuk Bank Indonesia kapan saja. Pasalnya, tidak sembarang orang diperbolehkan masuk ke dalam Bank tersebut. Namun, pengecualian untuk anak GenBI. Bahkan tidak hanya diberikan izin masuk, mereka juga dipersilahkan untuk mengakses perpustakaan yang terdapat dalam Bank Indonesia.
“Tapi sampai saat ini Beasiswa GenBI dari pihak universitas sendiri gak menerima anak mandiri. Untuk alasan spesifiknya kurang tau.” Karin juga menyampaikan bahwa persyaratan berupa SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) merupakan komponen utama dalam Beasiswa ini.
Ada cerita unik juga dibalik proses pendaftaran yang sedemikian panjang dan cukup menguras emosi batin. Karin dan kedua temannya yang juga sesama mahasiswa Antropologi memutuskan untuk mendaftar beasiswa ini secara bersamaan. Perjalanan mereka diawali dengan miskomunikasi dari pihak kampus hingga kendala berkas yang terkena tumpahan air.
“Ketika berkas itu udah kami satukan di map, ternyata ada minum kami tumpah. Jadi kami harus mengulangnya, harus menge-scan lagi, mengetiknya lagi. Kami pun mulai nangis sambil nyiapin berkas-berkasnya lagi. Mulai juga bertanya-tanya, cobaan macam apa ini Tuhan? Kenapa seribet ini?”
Namun, tangisan itu dijawab oleh Tuhan dengan hasil yang manis. Karin dan salah satu temannya berhasil lolos tahap seleksi berkas. Melanjutkan ke tahap wawancara, Karin berdebar bukan main karena waktu itu adalah pertama kalinya ia melakukan wawancara.
“Dan di beasiswa GenBI ini bukan hanya kepintaraan yang harus ada, tapi seperti kemampuan apasih yang kita punya, apasih yang bisa kita buat dan apasih yang akan kita buat ketika kita lolos beasiswa GenBI ini. Itulah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara spesifik.” Selain pertanyaan-pertanyaan tersebut, Karin juga sempat dites untuk menjadi seorang moderator dan MC. “Alhamdulillahnya semuanya kelar dan ternyata lulus.”
Sebagai penutup, Karin memberikan alasan atas Beasiswa GenBI yang memang selayak itu untuk diperjuangkan.
“Semua orang wajib mencoba, terutama mahasiswa yang universitasnya dinaungi oleh Bank Indonesia. Bukan uangnya saja yang harus kita raih, tapi juga ada banyak kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat untuk kita. Selain itu, Beasiswa GenBI ini berbeda dengan Beasiswa pada lainnya. Kita tidak hanya diberikan uang secara cuma-cuma, tapi juga harus memberikan feedback untuk mereka. Karna kegiatan yang kita lakukan mendapat feedback alhasil ketika ingin melakukan sesuatu kita juga semangat. Ada pertanggungjawaban dari pihak tersebut untuk membayari uang kuliah kita, jadi kita tuh gak memberatkan orangtua kita lagi.”
Redaktur: Zukhrina Az Zukhruf
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.