SUARA USU
Kabar Kampus

Ungkapan Kekecewaan Para Pedagang Kantin Perpustakaan USU yang Tergusur

 

Reporter : Zahra Salsabilla dan Merry Gultom

Suara USU, Medan. Kabar mengenai tutupnya kantin perpustakaan USU tidak hanya berdampak kepada para mahasiswa yang sering menjadi konsumen di perpustakaan. Tutupnya kantin perpustakaan juga memberikan dampak yang signifikan para penjual makanan yang berjualan di sana. Beberapa pedagang yang berjualan merasa kecewa hingga dirugikan dengan tutupnya kantin perpustakaan ini.

“Ibu, ya, sedih dan tidak terkatakan lagi. Saya enggak ada pindah dimanapun setelah penutupan kantin perpustakaan itu, dek. Saya masih berharap untuk bisa jualan lagi di kantin perpustakaan karena saya sudah enak berjualan di sana juga penghasilan berjualan di sana lumayan,” ungkap Ibu Desy, penjual pempek di kantin perpustakaan USU.

Keluh kesah para penjual makanan di kantin perpustakaan ini pula sudah dimulai sebelum kantin mulai di tutup pada awal semester baru. Salah satu pedagang nasi padang di kantin perpustakaan, Bu Ratna mengungkapkan bahwa ketidakjelasan dari pengelolaan dan operasional kantin ini sudah ada sejak beberapa bulan sebelum ditutupnya kantin.

“Saat itu masih boleh lanjut, tapi harus dinaikkan uang sewanya. Beberapa bulan lagi katanya gak boleh lagi disewa, eh besoknya lagi dapat kabar lagi boleh dilanjut, tapi bayar bulanan. Ibu bayarlah bulanan dari bulan 9. Setelah itu tiba-tiba hari Kamis bulan 2 waktu mahasiswa mau masuk, Ibu dapat kabar kalau udah gak boleh lagi jualan di sana. Hari Jumat udah harus ditutup. Ini lah yang bikin ibu kaget. Gak tau apa masalahnya, simpang siur. Ada yang bilang kalau mau direnovasi untuk dibuat seperti cafè di ekonomi dan fisip, tapi Ibu juga masih belum tau kepastian dari informasi itu,” ucap Bu Ratna.

Bu Ratna juga mengungkapkan tidak hanya ia yang rugi, orang-orang yang bekerja di warung miliknya dengan terpaksa harus berhenti bekerja. Sebanyak 15 orang pekerja berakhir menjadi pengangguran setelah ditutupnya kantin perpustakaan tersebut.

“Dari bulan Juni uang sewaan itu naik terus, sampe pada akhirnya uang sewaan jadi 10 juta, tapi ibu tetap bayar tanpa basa basi. Tidak berapa lama kemudian diinfokan kalau kami harus tutup tanggal 25 Januari. Tanggal 26 Januari barang harus udah kosong jangan ada 1 pun sisa. Makanya itu Ibu tutup dan melepaskan 15 orang pekerja. Sampai sekarang 15 orang ini nganggur. Karena itu, pokoknya ibu berharap agar kantin perpustakaan bisa dibuka kembali,” ungkap Bu Ratna.

Setelah kantin perpustakaan tutup, para pedagang yang tergusur pun harus mencari cara baru untuk berjualan kembali. Beberapa pedagang akhirnya berhasil memutar otak dan kembali berjualan dengan cara yang berbeda. Ada yang pindah tempat sampai membuka franchise makanan yang mereka jual.

“Saya buka franchise dan Alhamdulillah sekarang udah banyak reseller dari berbagai daerah yang berjualan pempek dari saya,” jelas Bu Desy.

“Ibu sekarang bukanya di Berdikari sama di Menteng. Kalau yang di Berdikari itu di dekat tembok itu, dek. Ibu mau buka di Pembangunan, tapi udah gak ada lagi tempat di situ karena padatnya,” ucap Bu Ratna.

Penutupan kantin ini tidak hanya terjadi di kantin perpustakaan. Satu per satu kantin yang ada di USU mulai ditutup dengan alasan yang tidak jelas dan simpang siur. Penutupan kantin-kantin ini merugikan berbagai macam pihak dari berbagai kalangan. Hal ini tentu membuat mahasiswa merasa resah. Para penjual juga terus didesak untuk segera bersiap jika kantin tempat mereka berjualan harus ditutup suatu hari nanti.

Redaktur : Evita Sipahutar


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Ketua Umum Baru IMIKS FISIP USU, Siap Kembangkan IMIKS dan Tingkatkan Inovasi Baru!

redaksi

Pemanfaatan Platform Digital dan Media Sosial pada Marketing Online Produk Hasil Kreatifitas Kelompok PKK dalam Upaya Peningkatan Ekonomi serta Ketahanan Pangan Warga Desa Batu Rejo

redaksi

Kembali dengan Konsep Ibadah Padang, Perayaan Paskah FKEP Sukses Terlaksana

redaksi