Penulis: Alya Nayla Sahirah
Meja panjang bertaplak sutra, perjamuan mewah tersaji mesra.
Hidangan Tuan berlimpah, sedang kuah keadilan mengering di periuk tua.
Dari kantong rakyat, tangis yang basa,
Mereka seruput anggur dosa tanpa sisa.
Tuan membual, “untuk negeri kita berkorban.”
Pengorbanan… korban siapa?
Berseru lantang soal naiknya angka,
Bukankah celah kantongmu sudah menganga?
Kepingan kecil dari bangkai keju,
Tak cukup menyamarkan bau busuk tikus berdasi itu.
Gajimu gemuk, moralmu layu, janjimu gemilang.
Lemak ambisi menggumpal, para Tuan berdendang.
Musik penyakit birokrasi, nada yang sama terulang.
Menjerat rakyat ke labirin drama.
Geli!
Dalang bencana berlagak penyelamat bangsa.
Di singgasana pengadilan, catur ditandingkan,
Bidak pion menyerah, tapi dengan riangan.
Tempat penghapusan dosa… singgasana, kan?
Tentu… jeruji besi palsu.
Hidanganmu Tuan, terlalu melangit untuk kami telan,
Hidanganmu, Tuan, luka pahit kami di meja pengkhianatan,
Rakyat lapar menahan kerontang kesabaran,
Namun Tuan hidup di dunia tanpa harga nasi, tanpa harga angan-angan kami.
Redaktur: Jio M
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.