Demokrasi di Tangan Rakyat: Perjalanan, Tantangan, dan Harapan

Oleh: Muhammad Hasbi Fauzi

Suara USU, Medan. Demokrasi, sebagai gagasan dan praktik, adalah hasil perjuangan panjang yang merefleksikan keinginan manusia untuk hidup dalam kebebasan dan kesetaraan. Konsep ini melibatkan rakyat sebagai aktor utama dalam menentukan arah pemerintahan melalui mekanisme pemilihan dan partisipasi. Dalam konteks Indonesia, tema “Rakyat Memilih, Rakyat Menentukan” mencerminkan pentingnya demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus menggarisbawahi peran rakyat dalam membentuk masa depan.

Asal-Usul Demokrasi

Demokrasi berasal dari Yunani kuno, khususnya Athena, sekitar abad ke-5 SM. Istilah ini berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan). Demokrasi Athena, meski terbatas pada warga laki-laki bebas, meletakkan dasar partisipasi rakyat dalam pemerintahan. Pericles, seorang negarawan terkemuka, menekankan prinsip kesetaraan, kebebasan individu, dan penghormatan terhadap keberagaman. Setelah mengalami penurunan selama Abad Pertengahan, demokrasi menemukan kebangkitannya kembali di era Renaisans, terutama di Eropa Barat, yang menjadi inspirasi sistem demokrasi modern.

Perjalanan Demokrasi di Indonesia

Di Indonesia, demokrasi tumbuh melalui dinamika sejarah yang penuh tantangan. Dimulai dengan demokrasi konstitusional pascakemerdekaan, perjalanan ini mengalami berbagai fase:

1. Demokrasi Konstitusional (1945–1959): Era ini ditandai oleh dominasi parlemen dan partai politik, meski diwarnai oleh instabilitas pemerintahan.

2. Demokrasi Terpimpin (1959–1965): Sentralisasi kekuasaan di bawah Presiden Sukarno membawa kemunduran dalam prinsip-prinsip demokrasi.

3. Demokrasi Pancasila (1965–1998): Stabilitas politik menjadi prioritas, namun sering mengorbankan kebebasan rakyat dan hak asasi manusia.

4. Demokrasi Pasca-Reformasi (1998–sekarang): Reformasi membuka jalan bagi pemilihan langsung, desentralisasi kekuasaan, dan peningkatan partisipasi politik rakyat.

Pemilu langsung yang dimulai pada 2004 merupakan simbol keberhasilan demokrasi pasca-reformasi, di mana rakyat memiliki hak memilih pemimpin mereka secara langsung, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Tantangan Demokrasi di Indonesia

Meskipun mengalami kemajuan, demokrasi Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Politisasi identitas berbasis agama dan budaya sering kali mengganggu esensi demokrasi sebagai ruang inklusif. Korupsi, ketimpangan kekuasaan, dan ancaman terhadap kebebasan sipil juga menjadi hambatan serius.

Menurut “The Economist Intelligence Unit”, indeks demokrasi Indonesia pada 2021 berada di angka 6,71, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun masih berada dalam kategori “demokrasi cacat”. Ini menunjukkan bahwa meski ada kemajuan, demokrasi Indonesia belum sepenuhnya matang.

Pentingnya Demokrasi Lokal

Di tingkat lokal, demokrasi mendapatkan momentum melalui pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang menjadi simbol desentralisasi. Pilkada memungkinkan rakyat menentukan pemimpin mereka secara langsung, namun praktik ini kerap diwarnai oleh politik uang dan mobilisasi berbasis identitas. Tantangan ini menuntut peningkatan pendidikan politik dan penguatan institusi demokrasi agar nilai-nilai demokrasi tetap terjaga.

Kesimpulan

Demokrasi adalah hasil perjuangan kolektif rakyat yang menempatkan mereka sebagai pengambil keputusan utama. Di Indonesia, perjalanan demokrasi telah membawa banyak kemajuan, meski tantangan tetap ada. Untuk mewujudkan demokrasi sejati, diperlukan komitmen bersama untuk menjaga nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kebebasan. Dengan terus meningkatkan partisipasi rakyat dan melawan segala bentuk penyimpangan, demokrasi dapat menjadi fondasi kokoh bagi masa depan bangsa.

Redaktur: Khalda Mahirah Panggabean