Oleh: Lita Amalia dan Wirayudha Azhari Lubis
Suara USU, Medan. Sebuah kafe yang terletak dijalan Samanhudi No. 7 Hamdan itu terlihat tak terusik dengan hiruk-pikuk jalanan di depannya. Bangunannya didominasi oleh cat putih dan dipenuhi dengan obrolan hangat dari kolega hingga sahabat. Suara Rara Sekar melantunkan Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti menggema ke seluruh penjuru ruangan. Kafe Filosofi Kopi yang digagas oleh Chicco Jericco dan kawan-kawan ini, baru resmi dibuka pada tanggal 17 Februari kemarin. Kabarnya Chicco juga secara langsung meramaikan acara pembukaan kafe tersebut, lho!
Filosofi Kopi yang semula hanya berpusat di pulau Jawa sekarang mulai memberanikan diri menyentuh tanah Sumatera dengan esensi khasnya. Namun, bukan hanya sekedar membuka cabang di kota Medan, Filosofi Kopi kali ini memiliki cerita yang sedikit berbeda. Tidak sebatas menyajikan kopi untuk penggemar berat kopi, Chicco Jericco dan kawan-kawan lain sebagai penggagas kafe ini, mengusung sebuah konsep baru. Berwujud sebuah kafe yang lebih ramah kepada kawula muda yang belum terlalu akrab dengan dunia perkopian. Maka lahirlah Filosofi Kopi Ride sebagai pilot project pertama di pulau Sumatera.
Beberapa hal menarik menjadi pertimbangan Chicco dan kawan-kawan ketika mencoba untuk memilih outlet Kafe Filosofi Kopi berikutnya. Medan menjadi pilihan yang tepat karena punya permintaan pasar yang cukup tinggi ditambah perolehan jumlah penonton Filosofi Kopi tahun 2017 lalu memiliki angka yang mengesankan.
“Filosofi Kopi dengan Filosofi Kopi Ride ini diibaratkan dua genre lagu yang berbeda. Karena Filosofi Kopi Ride ini lebih ditujukan untuk penikmat kopi kelas bawah. Maka dari itu, Filosofi Kopi Ride memberikan sajian kopi dengan rasa yang lebih ringan, namun kita juga tidak melupakan esensi kopi yang sebenarnya. Contohnya kopi yang serius seperti manual brew yang berasal dari berbagai kolaborasi biji kopi bersama petani kopi di Indonesia,” ujar Fikri, selaku Head Bar di Filosofi Kopi Ride Medan.
Kafe ini juga menawarkan berbagai pilihan biji kopi. Diantaranya ada biji kopi dari Flores, Bali, dan juga Gayo. Namun, ada dua menu best seller favorit pengunjung. Mereka adalah manual brew dengan biji Tiwus yang habis dalam jangka waktu empat hari setelah soft opening dan Eeekopi yang merupakan campuran kopi, susu, dan gula aren. Selain itu, disediakan pula pilihan non kopi seperti teh dan susu. Harga yang ditawarkan oleh Filosofi Kopi Ride berkisar dari Rp15.000 sampai Rp30.000. Meskipun nama Filosofi Kopi sudah dikenal khalayak luas, harga tersebut tergolong standar untuk secangkir minuman yang punya latar belakang se-otentik mereka.
Filosofi Kopi ternyata juga ikut mengambil peran dalam isu-isu seputar kesejahteraan petani kopi. “Kami menggunakan sistem direct-pass, dimana kami langsung membeli biji kopi dari petaninya, tanpa membeli lahan ataupun menggunakan jasa distributor lain. Dengan sistem ini kami berharap bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Tapi, karena Filosofi Kopi juga punya standar untuk kopi-kopi yang akan dijual, kami memantau proses kopi yang dihasilkan dari petani tersebut dengan cara memberikan edukasi pra dan pasca panen kepada petani.”
Nisa, salah satu pengunjung Filosofi Kopi Ride yang kami wawancara sore itu, mengaku merasa nyaman dengan suasana kafe ditambah rasa kopi yang berhasil memuaskan ekspektasinya. Wanita kantoran ini juga merasa senang dengan pelayanan yang diberikan oleh pelayan Filosofi Kopi Ride. Karena menurutnya, pelayanan yang baik dapat membuat pelanggan kembali berkunjung.
Kalian bisa mengunjungi Kafe Filosofi Kopi Ride kapan saja karena kafe ini buka setiap hari. Dari Senin sampai Jumat kafe ini buka mulai pukul 9 pagi hingga 9 malam. Sementara pada Sabtu dan Minggu, buka dari pukul 7 pagi hingga 9 malam. Kalau berkunjung, jangan lupa untuk memakai masker dan patuhi protokol kesehatan, ya!
Redaktur: Zukhrina Az Zukhruf
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.