Oleh: Adisti
International Model United Nations, yang juga dikenal sebagai Model UN atau MUN adalah simulasi konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Peserta ditugaskan untuk memecahkan masalah global melalui penelitian, penyusunan, lobi, dan debat untuk melewati ‘resolusi’ yang sesuai.
Peserta mengambil peran sebagai delegasi, pembicara, dan ketua, mewakili negara yang berbeda. Serta bekerja sama dengan peserta lain dari latar belakang yang berbeda untuk mengambil bagian dalam diskusi dan mencap solusi untuk agenda yang ditugaskan kepada mereka.
Agenda atau topik yang diangkat selama International MUN merupakan refleksi dari isu-isu dunia nyata yang dibahas oleh PBB. Seluruh proses dan diskusi berlangsung di bawah ‘Aturan Prosedur’ formal untuk benar-benar memodelkan format PBB.
Salah satu mantan peserta konfrensi IMUN, Yosphine Angeline, mengungkapkan bagaimana persiapannya untuk mengikuti konferensi ini.
“Kalau persiapannya sih lebih ke materi IMUN terkait. Saya kemarin banyak melakukan research terkait topik saya di negara delegating saya yaitu Venezuela dengan bahasan Mental Health Action Plan. Dengan mencari topik bahasan sesuai dengan negara delegate, akan mengarahkan bagaimana plan yang tepat sesuai dengan isu-isu terkini di dunia khususnya di negara yang saya wakilkan,” tutur Yosphine.
Aisyah Rahma Saragih, Campus Ambassaddor yang bertugas sebagai koordinator, menambahkan bahwa peserta harus menguasai topik.
“Persiapan dalam mengikuti konferensi IMUN ini seperti pengetahuan mengenai isu apa yg akan dibahas. Nah, kita harus menguasai masalah apa yang sedang terjadi di lingkup internasional terkhusus dari pihak IMUN yang menyelenggarakan. Misal, topiknya meranah kepada UNESCO, kita sebagai peserta konferensi harus tahu mengenai UNESCO program kerjanya sampai mana, apakah ikut andil dalam sebuah masalah internasional atau tidak,” ucap Aisyah.
Untuk ikut serta dalam konfrensi MUN, peserta harus mengeluarkan biaya pribadi dengan harga sebesar 9 USD atau senilai 132.000 rupiah.
“Cara daftarnya melalui web pelaksana terkait, lalu mengisi form, memilih topik, lalu akan dikirim respon email dari pelaksana, kemudian melakukan pembayaran. Setelah pembayaran dikonfirmasi melalui email, akan dibalas email link grup dan zoom, lalu akan dijelaskan lebih detail mengenai pelaksanaan IMUN nya,” lanjut Yosphine.
Berpartisipasi dalam IMUN akan mengembangkan keterampilan kepemimpinan, penelitian, menulis, berbicara di depan umum, dan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, akan memberikan solusi yang dapat diterima oleh mayoritas. Perwakilan juga menanamkan keterampilan negosiasi, resolusi konflik, dan kerja sama.
“Pengalaman yang saya dapatkan adalah bagaimana tata cara simulasi Model United Nation dengan yang biasa PBB laksanakan, jadi sangat menarik buat saya. Serta kemampuan berbicara persuatif dan pemecahan masalah. Yang paling utama bagaimana cara kita untuk berfikit kritis. Melatih keberanian juga, serta saya mendapatkan banyak teman dari banyak negara dan belajar dari mereka,” tutur Yosphine.
Aisyah menambahkan ia sangat bersyukur bisa menjadi salah satu bagian dari IMUN. Aisyah berharap agar masyarakat luar lebih mengenal IMUN sebagai organisasi yang sudah diakui oleh badan khusus PBB seperti UNESCO, UNDP, IOM.
“Jangan takut hanya karena nggak bisa bahasa inggris, atau takut nggak percaya diri, nggak bisa ngomong. Karena semua juga belajar dari nol, mencari materi dari nol, sama-sama belajar melalui satu sama lain,” tutur Yosphine.
Redaktur: Yulia Putri Hadi