SUARA USU
Kabar Kampus

Kelompok 7 Dos Ni Roha Belajar dan Mengetahui Perkembangan Pos Indonesia dari Dulu hingga Sekarang

Oleh: Kelompok 7 Dos Ni Roha

Suara USU, Medan.  Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Kelompok 7 Modul Nusantara Dos Ni Roha melakukan kunjungan ke Museum Pos Indonesia pada Sabtu, (09/09). Kunjungan ini dilakukan guna mengenal lebih dekat tentang sejarah dan kebudayaan Indonesia yang beragam.

Pada era kolonial (1746), Kantor Pos pertama didirikan di Indonesia oleh Gubernur Jenderal Hindia ke-27 G.W. Baron van Imhoff di Batavia. Pada awal berdiri, Kantor Pos diisi oleh dua orang Pos Mister dn dua orang kerana atau staff kantor.

Kemudian, pada tahun 1808-1811 Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36 H.W. Daendels membuat De Groote Postweg sepanjang 1000 km dari Anyar hingga Panarukan. Dee Groote Postweg juga dikenal sebagai Jalan Raya Pos.

Pada tahun 1864, Hindia Belanda menerbitkan prangko pertama bergambar Raja Willem III tepatnya pada 1 April 1864. Prangko digunakan sebagai alat bukti pembayaran pengirim pos. Kemduian, pada tahun 1874 kartu pos pertama diterbitkan.

Pos Indonesia menjadi satu-satunya saluran komunikasi jarak jauh di Indonesia pada zaman dahulu. Sebanyak 198 titik kantor pos tersebar di seluruh Indonesia mulai dari kota besar hingga pelosok menjadikan kantor pos lebih dekat dengan masyarakat.

Pada tahun 1945 tepatnya setelah kemerdekaan, pos era Kolonial Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia setelah merdeka dan menjadi Jawatan PTT (Pos, Telegraf, dan Telepon). Awalnya dipimpin oleh Soeharto sebagai Kepala Jawatan PTT. Setelah beberapa kali berganti nama, akhirnya secara resmi pos menjadi BUMN dengan nama PT Pos Indonesia pada 20 Juni 1995.

Saat ini, Pos Indonesia terus bertumbuh sebagai operator pos, penyedia jasa kurir, logistik, keuagan, properti, dan pendidikan. Pos Indonesia juga menaungi 3 nak perusahaan, yaitu PT Pos Logistik, PT Pos Finansial, dan PT Pos Properti, serta Yayasan Pendidikan Bhakti Pos Indonesia.

Sesuai dengan motto PMM yaitu Bertukar Sementara Bermakna Selamanya, program ini memberikan pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa untuk mengetahui sejarah unik di Indonesia. Program ini juga memberikan pendidikan bagi mahasiwwa generasi muda untuk mengenal seluruh wawasan nusantara dan melatih diri. Hal inilah yang dilakukan pemerintah untuk menyiapkan generasi emas yang cinta tanah air tanpa perbedaan.

 

Redaktur: Anggie Syahdina Fitri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Tanggapi Isu Penggerebekan FIB, PEMA Hukum Nyatakan Sikap

redaksi

Lingkar Diskusi UKM Studi Pedesaan USU, Ajak Mahasiswa Peduli Pendidikan Masyarakat Desa

redaksi

Hargai Keberagaman, Mahasiswa PMM Batch 4 Inbound USU Gelar Festival Budaya

redaksi