Oleh: Hanna Letare
Suara USU, Medan. Film A Man Called Otto merupakan adaptasi dari sebuah novel yang berjudul A Man Called Ove karangan dari Federick Buckman. Novel best seller ini berhasil menempati daftar buku terlaris koran New York Times selama 77 pekan. Sebelumnya, film ini sudah pernah ditayangkan pada tahun 2015. Kemudian di remake dan berganti judul menjadi A Man Called Otto yang diperankan oleh Tom hanks. Ia memerankan seorang pria paruh baya yang bernama o-t-t-o, Otto Anderson. Film A Man Called Otto sudah tayang mulai dari 13 Januari di bioskop.
Film ini bercerita tentang kehidupan seorang pria paruh baya yang cerewet, mudah tersinggung, dan perfeksionis. Ia memiliki aktivitas dan aturan yang segala sesuatunya harus ada pada porsi dan tempatnya masing-masing. Jika aturan itu dilanggar, Otto akan marah. Setelah kematian istrinya, Otto tinggal sendirian dalam sebuah rumah dan melakukan semua aktivitas sendiri. Ia berubah menjadi sosok yang pemarah, tidak memiliki semangat hidup, dan depresi bahkan kesehatan mentalnya terganggu hingga ia berencana untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Pada setiap upaya bunuh diri, tampil pelbagai kenangan indah bersama Sonya, istrinya melalui kilas balik. Hal tersebut menggagalkan aksi bunuh dirinya.
Sosok Otto yang pemarah diperlihatkan pada adegan Otto melihat anjing ataupun kucing lewat dan melihat orang parkir salah sedikit saja, ia bisa marah-marah. Akan tetapi, semua berubah ketika Otto kedatangan tetangga baru yang menyewa salah satu rumah di kluster itu. Sepasang suami-istri yang bernama Tommy dan Marisol beserta kedua putrinya yang bernama Luna dan Abbie. Mereka adalah tetangga baru yang membuat sudut pandang Otto terhadap dunia berubah. Tetangga baru Otto memiliki kepribadian yang ramah, hangat dan ceria. Perbedaan kepribadian dari mereka menimbulkan konflik dan banyak adegan-adegan yang lucu. Pada akhirnya, kisah masa lalu Otto terungkap dan ternyata sangat sedih. Otto yang tidak siap menghadapi kehilangan dan terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihan akibat kematian sang istri membuat ia menjadi orang yang pahit, emosional, bahkan mengesalkan.
Film bergenre drama komedi ini dikemas sederhana dan memiliki konflik yang ringan serta menyentuh hati penonton. Dari film ini kita tahu bahwa Everything Happens for A Reason dan selalu ada alasan untuk melanjutkan hidup. Film ini juga punya pesan yang begitu bagus tentang pelajaran hidup yaitu “Apapun yang terjadi dalam hidup, seburuk apapun itu, life must go on”. Film A Man Called Otto benaran sebagus itu, yuk tonton di bioskop sebelum filmnya turun layar.
Redaktur: Yessica Irene
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.