Mengenal Gordon Tobing, Musisi Batak yang Dikagumi Presiden Soekarno

Oleh: Reinhard Halomoan

Suara USU, Medan. Ketika kita berbicara tentang lagu Batak, lagu “Sing Sing So” tentu bukanlah lagu yang asing. Lagu ciptaan Boni Siahaan ini sudah malang melintang di antero industri musik Batak dan sering kali dinyanyikan ulang oleh banyak penyanyi ataupun grup vokal Batak, seperti Trio Ambisi, Marsada Band, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, lagu ini juga pernah dinyanyikan ulang oleh musisi-musisi top tanah air, seperti Rossa dan Ruth Sahanaya. Tetapi, apakah Sobat USU tahu siapa yang mempopulerkan lagu tersebut jauh sebelum penyanyi-penyanyi Batak di masa sekarang melakukannya?

Sosok tersebut ialah Gordon Tobing, sebuah nama yang asing didengar oleh generasi muda zaman sekarang. Namun, perlu kita ketahui, Gordon adalah musisi Batak pertama yang melanglang buana ke berbagai negeri seperti Meksiko, Argentina, Brasil, Amerika Serikat, dan Cina. Ia berjasa untuk memperkenalkan musik Batak di sana. Semasa hidupnya, ia dijuluki sebagai Mario Lanza dari Indonesia. Mario Lanza sendiri merupakan musisi beraliran klasik asal Amerika Serikat yang populer di era 1930-an. Gordon mendapat julukan tersebut karena suara tenornya yang memiliki oktaf tinggi dan karakter yang kuat.

Gordon lahir di Medan, Agustus 1925. Bakat sebagai musisi diturunkan dari sang ayah, yaitu Romulus Tobing, yang namanya sudah dikenal sebagai pemusik dan komposer ternama pada saat itu. Sebenarnya, Gordon tidak memperoleh pendidikan musik formal apa pun semasa hidupnya. Namun, sejak tahun 1950-an, Gordon sudah merantau dan berkarier dalam dunia musik di berbagai lembaga penyiaran. Puncaknya adalah ketika Gordon melanjutkan kiprahnya sebagai musisi di Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI). Di sana, Gordon, dengan gitarnya dan aliran country yang menjadi ciri khasnya, kerap menyanyikan lagu-lagu Batak, termasuk lagu “Sing Sing So”, yang hingga saat ini kepopulerannya bisa dibanggakan oleh setiap insan berdarah Batak.

Saat bekerja di RRI pula, Gordon membentuk sebuah grup vokal Batak bernama Senandung Tapianauli. Senandung Tapianauli dibuat Gordon khusus untuk menyanyikan lagu-lagu dari Tapanuli. Grup musik ini merupakan cikal bakal dari grup vokal Impola, yang di dalamnya terdapat penyanyi-penyanyi sekaliber Hakim Tobing dan Koes Hendratmo.

Kisah perjumpaan Gordon dengan Presiden Soekarno dimulai ketika Gordon bekerja sebagai musisi di Uni Soviet dan negara-negara di sekitarnya pada awal tahun 1960-an. Pada tahun 1961, ketika Presiden Soekarno memiliki jadwal untuk pergi ke RRC (Republik Rakyat Cina), Gordon ternyata sudah mendahului beliau di sana. Setelah turun dari pesawat, Presiden pertama Republik Indonesia itu terkesima ketika Gordon menyambut dirinya dengan bernyanyi di bandara. Presiden lantas bertanya, “Siapa yang bernyanyi lagu Batak di sini? Luar biasa, dengan lagu rakyat bisa sampai ke sini!” Sejak saat itu, Gordon dan Impola mulai sering dipanggil ke istana oleh Presiden Soekarno untuk mengisi hiburan di sana.

Gordon Tobing tutup usia pada tanggal 13 Januari 1993 di kediamannya yang berlokasi di Jakarta. Walaupun telah tiada, dedikasi Gordon untuk mempopulerkan musik dari tanah asalnya harus diapresiasi. Dari sekian banyak musisi di Indonesia, Gordon merupakan bagian dari sebagian kecil yang memutuskan untuk tetap berada di jalur hidupnya sebagai seorang musisi dan tidak melenceng ke bidang lain. Gordon juga menjadi contoh bagi generasi muda sekarang agar tidak malu dengan identitas yang dibawa dari daerahnya ke berbagai negara di dunia.

Redaktur: Yuni Hikmah