Reporter: Miranti Perangin angin
Suara USU, Medan. Selama 10 tahun mengemban amanah menjadi Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi kini berpamitan pada rapat terakhir dengan Komisi I DPR yang diselenggarakan pada 12 September silam. Retno menitipkan pesan untuk tetap memperjuangkan hak bangsa Palestina kepada Komisi I.
Perjalanan karir panjang dari Retno mengukir kisah inspiratif bagi anak muda yang sedang berusaha menggapai mimpinya. Menjadi perempuan pertama yang menjabat menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi berhasil membuktikan bahwa seseorang yang berasal dari latar belakang keluarga sederhana dapat menggapai cita-citanya bermodalkan jiwa juang yang dimiliki.
Perempuan kelahiran Semarang 27 November 1962 dengan nama lengkap Retno Lestari Priansari Marsudi ini, sudah memiliki jiwa ambisi sejak remaja. Berawal dari keinginan bisa naik pesawat dan pergi keluar negeri, serta tayangan televisi tentang kehidupan para diplomat yang berpenampilan rapi, Retno memantapkan diri bercita-cita menjadi diplomat saat SMA. Memiliki cita-cita yang besar sebagai diplomat, Retno pun harus mengeluarkan usaha yang besar pula dengan menuntut dirinya menjadi seseorang yang gigih dan memiliki semangat juang yang tinggi.
Dalam usaha mencapai cita-citanya sebagai diplomat, Retno mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada. Selama berkuliah Retno membangun pola hidup disiplin pada dirinya. Setiap hari beliau bangun pada pukul 2 pagi untuk tahajud dilanjutkan persiapan kuliah. Tidak hanya itu, ia juga melakukan puasa setiap Senin dan Kamis. Tidak perlu waktu lama Retno berhasil menjadi wisudawan lulusan tercepat hanya dengan durasi 3 tahun 10 bulan.
Dari pola hidup disiplinnya, saat berkuliah Retno berhasil mendapatkan beasiswa dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang membantunya dalam meringankan beban orang tua. Hal itu juga menjadi langkah awal bagi Retno menjadi bagian dari Kementerian Luar Negeri.
Setelah lulus kuliah, Retno pun memulai karirnya di dunia diplomasi. Pada tahun 1997-2001, Retno bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda sebagai sekretaris satu bidang ekonomi. Pada 2001, ia menjadi Direktur Eropa dan Amerika, tahun 2003 ia ditunjuk menjadi Direktur Eropa Barat, dilanjutkan pada tahun 2005 diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia dengan memperoleh penghargaan Order of Merit dari Raja Norwegia pada Desember 2011. Selanjutnya Retno menjabat menjadi Direktur Jenderal Eropa dan Amerika, yang bertanggung jawab mengawasi hubungan Indonesia dengan 82 negara di Eropa dan Amerika, kemudian ia dikirim sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda pada tahun 2012. Retno juga tercatat pernah memimpin berbagai negosiasi multilateral dan konsultasi bilateral dengan Uni Eropa, ASEM (Asia-Europe Meeting) dan FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation).
Melewati perjalanan karir yang panjang, pada tanggal 27 Oktober 2014, Retno resmi dilantik menjadi Menteri Luar Negeri pada Kabinet Kerja periode 2014-2019. Kemudian pada tanggal 23 Oktober 2019, Retno kembali diminta untuk melanjutkan tugasnya sebagai Menteri Luar Negeri. Selama menjabat 2 periode Retno berhasil memperoleh berbagai prestasi, beberapa diantaranya yaitu pada 2017, Retno memperoleh penghargaan sebagai agen perubahan di bidang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan yang diberikan oleh UN Women dan Partnership Global Forum (PGF). Pada 18 Desember 2017, mendapatkan Penghargaan Perlindungan Buruh Migran dari Serikat Buruh Migran Indonesia. Pada 15 November 2018 mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Publik Terbaik, dari iNews Indonesia Awards, dan pada 19 Desember 2018, Retno memperoleh penghargaan khusus untuk Pemimpin Diplomasi Kemanusiaan dari PKPU Human Initiative.
Retno membuktikan bahwa sebagai orang biasa ia berhasil memperoleh karir yang luar biasa. Ia juga berhasil memecahkan stigma bahwa perempuan hanya memiliki peran di rumah saja, dengan membuktikan ia mampu terjun ke dunia diplomasi dan berperan penting didalamnya. Melihat totalitas Retno dalam bekerja, ia pun dipercayakan jadi utusan khusus PBB untuk isu air, setelah masa menyelesaikan tugasnya sebagai Menteri Luar Negeri RI.
Dengan kerja keras dan jiwa pejuang yang dimilikinya Retno berhasil memotivasi banyak orang. Kita tidak boleh takut dalam bermimpi, hanya karena kamu berasal dari keluarga yang sederhana bukan berarti kamu tidak bisa menggapai mimpimu. Kita semua memiliki kesempatan yang sama dalam mewujudkan mimpi besar kita, tinggal tergantung usaha dan kegigihan kita dalam menggapainya.
Redaktur: Jio M
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.