Sumber foto: Pinterest
Penulis: Priyanka Az Zahra
Suara USU, Medan. Pengangguran tak pernah hilang dari nominasi permasalahan sektor perekonomian Indonesia. Dari tahun ke tahun, topik ini adalah topik yang memprihatinkan di Indonesia. Hal ini diperkuat oleh data Dana Moneter Internasional (DMI) pada April 2024 yang menunjukkan tingkat pengangguran di Indonesia berada pada angka 5,2%. Dilansir dari Liputan6, meskipun jumlah pengangguran telah menurun dari 7,99 juta menjadi 7,2 juta orang, angka tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand, yang mencatat tingkat pengangguran terendah di ASEAN, yakni 1,1%. Situasi ini menjadikan Indonesia menempati posisi dengan tingkat pengangguran tertinggi di wilayah ASEAN.
Selain itu, tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia didominasi oleh lulusan SMK, yang mencapai angka 9,01% sebagaimana tertulis di situs Liputan6. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa problematika pengangguran di Indonesia disebabkan oleh dua aspek utama, yaitu aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal merujuk pada faktor-faktor yang berasal dari individu pencari kerja itu sendiri. Berdasarkan laporan CNBC Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bahwa sekitar 9,9 juta masyarakat muda berusia 15-24 tahun tidak memiliki aktivitas atau pekerjaan di Indonesia pada tahun 2023. Ironisnya, kalangan muda yang didominasi oleh Gen-Z menjadi korban utama dari persoalan ini.
Adapun tiga dari beberapa penyebab dari aspek internal ini, yakni:
- Kurang menguasai softskill dan hardskill
Isu ini dibuktikan dengan banyaknya fresh-graduate yang masih kurang menguasai keahlian mereka, seperti keahlian manajemen tim, komunikasi, berpikir kritis, hingga menggunakan aplikasi tertentu.
- Tidak cukup pengalaman dalam menangani pekerjaan terkait
Contoh permasalahan berikut adalah tidak mempunyai pengalaman dalam magang, serta volunteer (sukarelawan) di perusahaan atau event tertentu.
- Terjebak dalam zona nyaman
Tidak sedikit Gen-Z yang merasa berat untuk mempelajari banyak pelatihan baru atau mengikuti kursus tertentu dikarenakan merasa sepele dengan dampak kegiatan tersebut.
Selain aspek internal, aspek eksternal atau aspek diluar kendali subjek pekerja juga sangat berpengaruh dengan angka pengangguran saat ini. Adapun beberapa aspeknya yaitu:
- Syarat lowongan yang terlalu mematok
Di era sekarang, semakin banyak perusahaan yang mematokkan syarat rekrutmen calon pekerja. Salah satu contohnya seperti minimal tingkat pendidikan kuliah (D3, S1, dan seterusnya). Syarat ini terkadang memberatkan calon pekerja untuk mendaftar lowongan tersebut.
- Gaji yang tidak seberapa
Dalam dunia kerja, tak jarang gaji pekerja sering mengalami ketidaksesuaian dalam apa yang dikerjakan. Hal inilah yang menyebabkan para pekerja meninggalkan pekerjaannya.
- Persaingan yang tinggi
Tingginya peminat di suatu perusahaan dan jumlah karyawan yang diterima adalah bukti dari tingginya persaingan dunia kerja saat ini.
Terlepas dari aspek internal maupun eksternal, persoalan pengangguran ini merupakan isu serius yang harus ditangani secara bersama-sama oleh perusahaan, masyarakat, dan terutama pemerintah. Dengan wewenang yang dimilikinya, pemerintah diharapkan mampu merancang dan menerapkan strategi efektif untuk mengurangi tingkat pengangguran. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Perusahaan juga memiliki peran penting, misalnya dengan menyediakan program pelatihan dan pengembangan karyawan yang dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerja.
Dengan sinergi yang baik dari berbagai pihak, tingkat pengangguran di Indonesia diharapkan dapat terus menurun, sehingga mampu mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Redaktur: Duwi Cahya
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.