Sumber foto: www.bing.com
Penulis: Annisa Rezki Putri Nasution / Lidia Shabrina Aulia / Arya Pangestu Maulana / Naomi Varera Pasaribu / Robert Ong / Celvin Koredson Sihite
Era digital merupakan era dimana pengaplikasian internet ada di segala bidang. Hal ini menuntut masyarakat dari segala usia terutama generasi milenial untuk melek terhadap teknologi. Era digital ini telah mengakibatkan digitalisasi di segala bidang, sehingga terjadi rotasi tentang cara-cara kehidupan sosial dari konvensional ke digital. Generasi muda saat ini identik dengan media sosial, media sosial yang ada memudahkan kita untuk merasa dekat dengan yang jauh dan merasa jauh dari yang dekat, namun pada dasarnya media sosial yang ada merupakan sarana untuk menjalin komunikasi antar manusia. Namun, belakangan ini media sosial kerap digunakan untuk hal-hal yang berdampak negatif. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai tren dan permasalahan dengan media sosial sebagai sumber produknya. Akibatnya, muncul isu-isu perpecahan yang dapat mengganggu integrasi bangsa.
Kalangan remaja yang mempunyai media sosial biasanya mengunggah kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto bersama teman-teman dan keluarga. Dalam media sosial siapapun dapat dengan bebas berkomentar serta menyalurkan pendapatnya tapa rasa khawatir. Hal ini dikarenakan dalam internet khususnya media sosial sangat mudah memalsukan identitas atau jati diri untuk melakukan suatu tindakan kejahatan. Padahal dalam perkembangan sekolah, remaja berusaha mencari identitasnya dengan bergaul bersama teman-teman sebayanya. Namun saat ini seringkali remaja yang beranggapan bahwa semakin aktif dirinya di media sosial maka mereka akan dianggap semakin keren dan gaul. Sedangkan remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya dianggap kuno atau ketinggalan jaman dan kurang gaul.
Demi membuat remaja generasi milenial yang berkarakter maka implementasi nilai Pancasila sangat diperlukan, agar generasi muda lebih mengenal ciri khas bangsa dan bisa membentuk karakter generasi yang berjiwa Pancasila untuk kemajuan negara. Pancasila mampu menjadi alat pemersatu bangsa Indonesia dan sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Shofa, 2016). Tak hanya itu saja, Pancasila juga bisa menjadi dasar moral atau norma dan tolak ukur tentang baik dan buruk, benar dan salah sikap, perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia (Rulyansah et al., 2018). Apalagi saat ini sudah memasuki era revolusi industri, dimana semua bergantung pada kecanggihan teknologi dan budaya luar juga mulai masuk melalui teknologi, anak-anak muda saat ini sangat cepat dalam menyerap perkembangan berita maupun hal-hal mengenai kebudayaan, tradisi, adat dll. Maka dari itu upaya menumbuhkan sikap diri berlandaskan Pancasila harus diterapkan sejak dini. Lingkungan keluarga maupun sekolah harus menjadi pendukung menumbuhkan sikap Pancasila. Hal kecil yang dapat dilakukan dengan mudah yaitu membiasakan rasa tolong menolong kepada yang lain dan membiasakan menyapa ketika bertemu orang lain. Karena kebiasaan kecil akan berdampak terus menerus jika dilakukan. Dengan sikap seperti itu tentu rasa sosial akan semakin terlihat.
Pengaruh Positif Media Sosial terhadap Penerapan Nilai-Nilai Pancasila
- Peningkatan Kesadaran tentang Nilai-Nilai Pancasila: Media sosial dapat menjadi platform untuk mengedukasi remaja tentang nilai-nilai Pancasila. Informasi tentang Pancasila, sejarahnya, dan implementasinya dapat dengan mudah diakses melalui konten edukatif yang tersebar di media sosial. Ini dapat meningkatkan kesadaran remaja tentang prinsip-prinsip Pancasila.
- Promosi Persatuan dan Kerukunan: Media sosial memberikan peluang untuk mempromosikan persatuan dan kerukunan di tengah keragaman sosial. Remaja dapat menggunakan platform ini untuk mendukung nilai-nilai Pancasila seperti Persatuan Indonesia dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dengan memperjuangkan hak asasi manusia dan keadilan sosial.
Pengaruh Negatif Media Sosial terhadap Penerapan Nilai-Nilai Pancasila
- Penyebaran Konten Negatif dan Radikalisasi: Media sosial juga memiliki potensi untuk menyebarkan konten negatif, termasuk ekstremisme dan radikalisasi. Remaja yang terpapar konten ini dapat menjadi terpengaruh dan melupakan nilai-nilai Pancasila seperti Persatuan Indonesia.
- Perpecahan dan Intoleransi: Media sosial kadang-kadang menjadi tempat di mana perpecahan dan intoleransi dapat berkembang. Isu-isu yang sensitif dapat menciptakan konflik di antara remaja dan mempengaruhi kemampuan mereka untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila seperti Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Dari Pengaruh di atas, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerapan nilai-nilai pancasila di kalangan remaja meliputi:
- Pendidikan dan Kesadaran: Penting bagi pendidikan dan lembaga sosial untuk meningkatkan kesadaran remaja tentang nilai-nilai Pancasila. Ini dapat dilakukan melalui program pendidikan, seminar, dan kampanye di media sosial yang positif.
- Kewaspadaan Orang Tua dan Pengawasan: Orang tua dan pengasuh perlu mengawasi aktivitas media sosial anak-anak mereka dan memberikan pemahaman tentang penggunaan yang aman dan bertanggung jawab.
- Kolaborasi antara Pemerintah dan Platform Media Sosial: Pemerintah dan penyedia platform media sosial dapat bekerja sama dalam mengidentifikasi dan mengatasi konten yang merugikan yang dapat mempengaruhi penerapan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila terus mengalami tantangan-tantangan dalam berbagai persoalan. Indonesia membutuhkan generasi penerus yang berkualitas dan generasi milenial ini juga diharapkan mampu menyebarkan nilai-nilai Pancasila melalui media sosial dengan menciptakan konten yang positif dan dapat melestarikan sifat gotong royong khas Indonesia. Penggunaan media sosial sendiri bisa berdampak positif dan negatif, kedua hal tersebut harus bisa kita pilah mulai dari sekarang. Jadi, fitur dan kemudahan yang ada di aplikasi media sosial bisa kita manfaatkan sebaik mungkin dan hindari tindakan yang berdampak negatif. Maka kita sebagai generasi milenial harus menggunakan media sosial sebagai sarana bersosialisasi dan mengkomunikasikan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dan kita juga harus mengikis pemikiran intoleran dengan nilai-nilai Pancasila. Agar Pancasila sebagai dasar negara tetap hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Artikel ini adalah publikasi mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan Dosen Pengampu: Onan Marakali S.Sos., M.Si
Redaktur: Anna Fauziah Pane
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.