Penulis : Orsella Nuraina
SUARA USU, MEDAN. Semakin bertambahnya jumlah masyarakat yang terinfeksi Virus Corona (COVID-19) membuat pemerintah menerapkan berbagai kebijakan, seperti halnya WFH (Work From Home), Social Distancing dan terkini regulasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyusul terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020.
Kondisi ini tentu berdampak pada turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Berbagai lembaga internasional memprediksi turunnya proyeksi ekonomi global tahun ini. Internasional Monetary Found (IMF) menyebutkan penyebaran Virus Corona yang cepat akan menghapus harapan pertumbuhan ekonomi tahun 2020.
Wabah Virus Corona (COVID-19) kemungkinan berakhir sebelum akhir tahun ini, namun di tengah pendapatan yang berkurang dan pengeluaran yang tetap. Dosen Fakultas Ekonomi Kewirausahaan Politeknik Negeri Medan (POLMED), M.Rikwan Manik. Beliau berharap agar masyarakat Sumatera Utara tetap tenang dan nyaman dalam menjalankan aktivitas sehari-hari walau tanpa bekerja.
Masyarakat diharapkan tenang, tidak terlalu takut menghadapi Pandemi ini. Berbagai anjuran yang telah disampaikan pemerintah untuk tetap berada di rumah dapat memperkecil resiko tertular COVID19. Selain itu, ada sejumlah strategi penghematan yang dapat dilakukan masyarakat untuk meminimalisir pengeluaran berupa:
Dengan Menurunkan Kualitas Hidup
Di sini menurunkan kualitas hidup tergantung dengan cara mereka masing-masing. Masyarakat terbantu dengan puasa, beli beras bermerek jadi tidak bermerek, memetik sayuran dari kebun sendiri, yang tadinya makan buah jadi tidak makan buah lagi hingga memasak. Kebiasaan membeli sayur di warung menambah pengeluaran, maka lebih baik memasak sendiri. Makanan yang dimasak sendiri lebih jelas kandungannya, juga lebih berhemat.
Berhemat
Masyarakat dapat berhemat dengan mengatur kebutuhan rumah tangga. Mengutamakan kebutuhan pangan, dan mengurangi keperluan-keperluan yang tidak perlu. Lebih bijaklah dalam hal managemen uang belanja dari penghasilan yang ada dengan sebaik-baiknya.
Membuat Skala Proritas
Hal yang sangat dibutuhkan hari ini adalah kebutuhan konsumsi dan membuat bagaimana agar konsumsi itu terjamin.
Begitu banyak masyarakat yang sudah tidak mempunyai pendapatan terkena imbas Pandemi COVID-19 ini. Sebanyak 1,2 juta pekerja korban PHK sesuai berita Liputan6.com, masyarakat kocar-kacir memenuhi kebutuhan hidup. Tidak ada pekerjaan maka tidak ada penghasilan. Pemerintah pun melakukan berbagai upaya untuk mengurangi beban masyarakat yang terkena imbas COVID19. Mulai dari bantuan sosial hingga kartu prakerja. Pemerintah menyarankan masyarakat tidak khawatir namun tetap produktif walaupun tidak bekerja di kantor.
Semua kalangan merasakan dampak Pandemi COVID19 bagi masyarakat. Seperti yang dirasakan oleh mahasiswa jurusan Manajemen USU, Mira Rahmawati.
“Alhamdulillah iya tidak terlalu berpengaruh, kecuali saya berada di perantauan. Namun orang tua yang lebih berpengaruh, untuk mengatasinya keluarga mengurangi jumlah pemakaian yang tidak perlu. Makan seadanya aja jangan banyak tingkah gitu, karena kondisi lagi sulit,” ujarnya.
Hal berbeda diungkapan Wahyu Hidayat mahasiswa Ekonomi Pembangunan USU Stambuk 2018.
“Kalau untuk saya sendiri pengaruhnya semakin besar pengeluaran. Pengeluaran seperti membeli kuota internet yang untuk kuliah daring dan kebutuhan makan saya yang sepertinya setelah COVID19 ini bertambah,” ujar Wahyu.
Redaktur Tulisan: Riska Apsari
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.