SUARA USU
Uncategorized

Pentingnya Peran Nilai Pancasila pada Gaya Hidup Hedonisme di Era Digital

Penulis: Elizabeth/Erikson Nababan/Tasya Dwi Putri/Ray Muhammad Abdi Harahap/Raskita Anggreni Simarmata/George Sorin Hutahean/Tara Gloria Sihombing

Suara USU, Medan. Marketplace

Marketplace merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk berdagang secara online. Pelanggan bisa menemukan banyak barang dan jasa yang mereka butuhkan di website.

Di zaman sekarang yang serba digital ini banyak sekali generasi z yang membeli barang secara online hanya untuk kesenangan semata, entah itu dari aplikasi belanja online, Instagram, bahkan yang sudah lebih marak sekarang yaitu TikTok. Ada beberapa contoh perusahaan marketplace antara lain Shopee, Tokopedia, BliBli, Belanjacom, JD.ID, Lazada, Bhineka, OLX, Elevania, dan BukaLapak.

Dampak dari marketplace memiliki dampak positif dan dampak negatif, yaitu:

Dampak positif

ā— Praktis dan efisien

ā— Pilihan yang bervariasi

ā— Banyak promo/diskon

ā— Sistem pembayaran lebih mudah

Sedangkan untuk dampak negatifnya, yaitu:

ā— Bisa mengganggu manajemen uang

ā— Barang tidak sesuai ekspektasi

ā— Cenderung membeli barang yang tidak diperlukan

ā— Rawan penipuan

Hedonisme

Hedonisme merupakan sebuah doktrin yang menyampaikan bahwa kesenangan adalah hal yang paling penting di dalam hidup. Hedonisme adalah istilah berasal dari bahasa Yunani “Hedone” berarti kesenangan. Pengertian hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas.

Dampak dari hedonisme cenderung menimbulkan perilaku konsumtif secara berlebihan, bahkan meski saat pemasukannya tidak cukup untuk membiayai pengeluarannya. Egois hedonisme cenderung ditemui pada orang yang memiliki sifat individualis serta mementingkan dirinya sendiri atau bersikap egois.

Dampak dari perilaku hedonisme juga berpengaruh pada psikologi seseorang. Mereka cenderung tidak peduli dan tidak bertanggung jawab, baik untuk dirinya sendiri apalagi untuk lingkungan sosial di sekitarnya. Orang yang hedon akan mengutamakan kesenangan tanpa memikirkan orang lain.

Di era digital sekarang banyak generasi z sekarang sudah memiliki gaya hedonisme. Mereka membeli barang untuk kesenangan semata tanpa memikirkan kegunaannya untuk kedepannya. Contohnya aksesoris, pakaian, make up, skincare. Mereka merasa kepuasan adalah hal yang terpenting tanpa memperdulikan untuk ke depannya.

Ciri gaya hidup hedon:

  1. Kesenangan pribadi adalah tujuan hidup

Tujuan utama hidupnya menjadi sebatas kesenangan dan kepuasan belaka. Mereka akan menghindari rasa sakit dengan menciptakan rasa senang sendiri. Kenikmatan dan kesenangan pribadi menjadi di atas segalanya.

  1. Berperilaku konsumtif

Cara mereka menciptakan rasa senang biasanya dengan membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang memuaskan diri. Misalnya membeli barang yang tidak dibutuhkan, selalu memilih makanan-makanan mewah, sering mentraktir teman, dan lainnya.

Perilaku ini termasuk konsumtif yang berlebihan ini tidak berdasarkan kebutuhan melainkan gaya hidup dan keinginan belaka. Mereka bahkan bisa membelanjakan uangnya lebih banyak untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Gaya hidup seperti ini dapat dikatakan sebagai pemborosan.

  1. Egois

Mereka cenderung memiliki sifat individualis dan tidak mempedulikan kebahagiaan atau kepentingan orang lain. Kebahagiaan mereka sendirilah yang patut diperjuangkan. Sayangnya, untuk mendapatkan kebahagiaan semu itu mereka bisa mengorbankan orang lain.

Orang-orang dengan gaya hidup seperti ini juga bisa mengorbankan kebutuhan penting mereka. Misalnya, lebih baik belanja ke mall dengan teman komunitas dan rela hanya makan mie instan hingga beberapa hari. Mereka cenderung egois dan tidak bertanggung jawab.

  1. Sombong

Ciri lainnya adalah sifat sombong karena menilai penampilan mereka yang paling baik dibandingkan orang lain. Mereka bisa diskriminatif dan memandang orang lain hanya dari harta kekayaan atau penampilan luarnya saja.

  1. Tidak pernah merasa puas

Saat memanjakan diri memang dapat memberikan kepuasan batin. Namun, pada orang-orang yang sudah terjebak di gaya hidup ini tidak pernah merasa puas. Mereka akan terus mencari apa yang membuatnya senang dan bahagia.

Peran Nilai-nilai Pancasila Terhadap Perilaku Marketplace dan Gaya Hedonisme

Pancasila memiliki peran penting dalam membentuk perilaku di berbagai aspek kehidupan, termasuk perilaku di marketplace dan gaya hidup hedonisme. Nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, adil, dan bermoral dapat memengaruhi cara orang berinteraksi dalam lingkungan sekitar dan memoderasi gaya hidup hedonistik.

Misalnya, nilai gotong royong dapat mendorong sikap saling membantu dan keadilan di dalam marketplace, sementara nilai bermoral dapat membatasi perilaku hedonistik yang berlebihan. Oleh karena itu, penerapan nilai Pancasila dapat berkontribusi untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan serta mendorong gaya hidup yang seimbang.

Pancasila memiliki nilai-nilai seperti keadilan sosial, moralitas, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Dalam konteks gaya hidup hedonistik, nilai-nilai tersebut dapat berperan sebagai pembatas atau panduan.

Pancasila mendorong keseimbangan antara kepuasan pribadi (hedonisme) dan tanggung jawab sosial. Meskipun kebebasan individu dihargai, nilai-nilai moral dan sosial Pancasila dapat membatasi perilaku marketplace yang melampaui batas norma atau merugikan masyarakat.

Dengan demikian, Pancasila dapat berfungsi sebagai landasan untuk mengarahkan gaya hidup agar tetap sejalan dengan nilai-nilai etika dan keadilan, mengimbangi keinginan pribadi dengan pertanggung-jawaban sosial.

Nilai Pancasila dapat memainkan peran penting dalam mengontrol dan membimbing gaya hidup hedonistik. Beberapa nilai Pancasila yang relevan termasuk keadilan sosial, gotong royong, dan moralitas.

ā— Keadilan Sosial: Nilai keadilan sosial dalam Pancasila dapat menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak sosial dari keputusan dan tindakan individual. Ini dapat memoderasi perilaku hedonistik yang mungkin merugikan atau tidak adil terhadap masyarakat.

ā— Gotong Royong: Konsep gotong royong dapat mendorong sikap saling peduli dan membantu sesama. Dalam konteks gaya hidup hedonistik, nilai ini dapat menekankan pentingnya tidak hanya memenuhi keinginan pribadi tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan bersama.

ā— Moralitas: Pancasila juga menyoroti nilai-nilai moralitas yang mencakup perilaku etis dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, nilai-nilai moral Pancasila dapat menghambat perilaku hedonistik yang melampaui batas etika atau merugikan orang lain.

Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, individu diharapkan pada generasi z dapat menjalani gaya hidup yang seimbang, menghormati kepentingan bersama, dan mempertimbangkan dampak sosial dari tindakan hedonistik mereka.

Artikel ini adalah publikasi tugas mata kuliah Pancasila dengan Dosen Pengampu: Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.Si.

Redaktur: Yohana Situmorang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Menilik Budaya dalam UKM U.L.O.S

redaksi

Tim PKM-VGK USU Mengembangkan Museum Ulos Heritage: Inovasi Museum Interaktif Berbasis Mixed Reality

redaksi

Peran PT Asuransi Kredit Indonesia Dalam Meningkatkan Kesadaran terhadap Asuransi dan Jaminan Sosial

redaksi