SUARA USU
Buku

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam : Dinamika ‘Yappa Mawine’ dan Perempuan yang Melawan di Pulau Sumba

Penulis: Fatimah Roudatul Jannah

Suara USU, Medan. Buku karya Dian Purnomo ini berhasil mengangkat isu hukum adat dan perlawanan kaum wanita di pulau Sumba dengan menyajikan kisah dinamika kehidupan adat yang terjadi berdasarkan informasi yang berhasil penulisnya kumpulkan melalui interaksi dan tanya-jawab langsung bersama penduduk setempat. Mengutip kisah nyata yang pernah dialami wanita di Sumba, Dian Purnomo sukses membuat pembaca dapat ikut merasakan penderitaan yang diterima wanita dalam kisah di buku ini.

Yappa mawine adalah salah satu kebudayaan kawin tangkap atau secara harfia berarti culik perempuan. Kawin culik sudah menjadi tradisi yang dikenal sejak zaman nenek moyang di Sumba dan dulunya dilakukan sebagai upaya menyingkat urusan adat agar tidak memakan biaya atau waktu yang terlalu lama. Umumnya tradisi ini dilangsungkan setelah keluarga kedua calon mempelai sudah mencapai perjanjian yang sesuai. Namun tidak bagi Magi Diela, tokoh utama dalam buku Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam ini. Dia harus dihadapkan pada kenyataan dirinya diculik dengan paksa demi dinikahi seorang lelaki bernama Leba Ali yang terkenal mata keranjang dan diam-diam sudah menginginkan Magi sejak lama. Naasnya, untuk melawan dan menolak pun Magi tidak mendapat kesempatan, ayahnya sendiri bahkan berakhir dengan menyetujui perkawinan karena kepalang malu dengan pandangan masyarakat adat yang menganggap menolak adalah aib besar bagi keluarga.

Siapa sangka di tengah peradaban dunia dan modernisasi dalam berbagai aspek hidup bermasyarakat masih terdapat kehidupan adat yang mengekang perempuan dalam pembatasan hak memilih dan menolak atas aspek paling penting yang akan membersamai mereka sepanjang hidup. Ya, memilih pasangan hidup. Salah satu adat yang masih berkembang di masyarakat suku pulau Sumba membuat sebagian besar perempuan mau tidak mau harus menerima dinikahi oleh lelaki yang tidak ia inginkan dan pedihnya hal ini diawali dengan penculikan (yappa).

Maka perlawanan adalah gerakan nyata yang dilakukan perempuan-perempuan berjiwa berani di pulau Sumba. Melalui upaya dan bantuan orang terdekat yang mendukung mereka sepenuhnya, Dian Purnomo menjadi jembatan yang menyuarakan dinamika tradisi adat tersebut melalui bukunya yang secara gamblang menggambarkan derita dari perjalanan panjang Magi Diela, tokoh utama dalam cerita di buku ini. Kita akan dihadapkan dengan perasaan marah, iba, sedih, bahkan tidak berdaya yang dirasakan Magi Diela yang harus berhadapan dengan lelaki yang bahkan mampu menyuap pihak berwajib untuk memenangkan haknya dengan bertameng pada alasan ‘tradisi adat’ yang masih ramai digaungkan di Sumba.

Sudah saatnya kita membuka mata atas pentingnya memilah tradisi dan adat istiadat yang baik dikembangkan dan yang sudah seharunya diakhiri. Melalui buku ini kita tidak hanya diajak berkeliling Sumba untuk mendalami tradisi Yappa Mawine semata, namun juga membuat kita mengenal rasa berani tak berbatas yang dapat ditanamkan dalam diri kita terutama kaum wanita. ‘Hidup perempuan yang melawan!’ akan menjadi kalimat slogan yang tidak lagi hanya bersuara ditenggorokan lalu pudar. Kita akan menyuarakan, membantu dengan segenap kemampuan untuk mendorong terciptanya Indonesia tanpa tradisi yang merugikan pihak manapun terlebih para perempuan di negeri ini.

Lalu dengan cara apa kita dapat menyuarakan bila tradisi ini saja tidak kita kenali dan pahami secara dalam dan tepat? Maka buku ini akan menjawab pertanyaan tersebut sekaligus memangkas keraguan terhadap kebenaran dibalik tradisi adat di Sumba yang menyinggung keutuhan hak bagi para perempuan. Penulis buku ini berteriak hingga pilu mengiris melalui setiap bab dan kalimat dalam bukunya.

Terimakasih tak terhingga untuk mereka yang berani melawan penindasan dan perampasan hak-hak manusia lain,” tulis Dian Purnomo di akhir catatan bukunya. Jadilah bagian dari perlawanan dan kupas habis dinamika perkembangan tradisi Yappa Mawine serta tantangan menyudahinya melalui cerita yang dirangkum dengan apik lewat buku berjumlah 312  halaman, terbilang singkat dan cukup ‘daging’ untuk dinikmati para pecinta buku.

Redaktur: Taty Kristina 


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Buku Rich Dad Poor Dad: Bantah Mitos “Anda Perlu Penghasilan yang Tinggi Supaya Kaya”

redaksi

Membangun Ketekunan Melalui Buku “Grit: The Power of Passion and Perseverance”

redaksi

Kitchen, Kesendirian Bukan Solusi atas Kehilangan

redaksi