SUARA USU
Buku

Buku Rich Dad Poor Dad: Bantah Mitos “Anda Perlu Penghasilan yang Tinggi Supaya Kaya”

Penulis: Silvia Elisa Sitanggang

Orang kaya membangun aset. Orang miskin dan kelas menengah membangun liabilitas, tapi mereka kira itu aset.

Suara USU, MEDAN. Begitulah salah satu kutipan yang diambil dari buku karya Robert T. Kiyosaki berjudul Rich Dad Poor Dad yang menjadi salah satu buku international best seller. Buku ini memberikan pengetahuan tentang cara mengelola keuangan dan mencapai kebebasan keuangan.

Buku ini menceritakan keinginan Robert dan Mike yang ingin menjadi kaya di usia yang masih muda. Robert mempunyai dua ayah yang memiliki perilaku dan memandang uang dengan cara yang berbeda. Punya dua ayah memberi Robert pilihan untuk mengontraskan dua sudut pandang, yaitu sudut pandang orang kaya dan sudut pandang orang miskin. Kedua ayahnya itu kuat, karismatik, dan berpengaruh, memberi Robert nasihat, tapi nasihat mereka tidak sama. Keduanya sangat percaya pada pendidikan, tetapi tidak merekomendasikan jalur studi yang sama. Pandangan ayah miskin agar menjadi kaya adalah bekerja menghasilkan uang, berprestasi dan mendapatkan pekerjaan yang tetap. Namun, pandangan ayah kaya sangat berbeda. Ayah kaya mengajarkan bagaimana caranya uang bekerja untuk kita sehingga pekerjaan dengan gaji yang sama setiap bulannya tidak akan mampu membuat kita kaya.

Dalam bukunya, Robert T Kiyosaki menekankan aturan nomor satu yang harus kita pahami agar uang bekerja untuk kita, yaitu harus mengetahui perbedaan antara aset dan liabilitas, serta membeli aset. Kedengarannya sederhana, tapi kebanyakan orang mengalami pergulatan keuangan karena mereka tidak tahu perbedaan antara aset dan liabilitas. Banyak orang mengeluarkan uang lebih setiap bulannya untuk memelihara aset mereka padahal yang dipelihara adalah liabilitsas.

Secara sederhana, Robert mendefinisikan aset dan liabilitas dalam bentuk kata. Aset adalah sesuatu yang memasukkan uang ke kantong saya dan liabilitas adalah sesuatu yang mengeluarkan uang dari kantong saya. Dalam persepsinya, ia memaparkan banyak orang menganggap bahwa rumah adalah aset untuk masa depannya. Tapi tanpa disadari, rumah membutuhkan perawatan dan pajak yang harus kita bayar setiap tahunnya.

Robert bukan menyarankan untuk tidak membeli rumah, tetapi ia menekankan saat menginginkan rumah, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghasilkan arus kas untuk membayar rumah itu. Maka pusatkan upaya anda untuk membeli aset yang mendatangkan penghasilan. Kolom aset yang memberikan penghasilan yang lebih dari cukup untuk menutupi pengeluaran, dan sisanya diinvestasikan ulang di kolom aset. Kolom aset terus tumbuh dan karenanya penghasilan yang datang darinya juga tumbuh.

Inti dari buku ini bertujuan untuk mengatasi dan mengubah cara pikir tentang uang. Dalam buku ini dijelaskan secara gamblang konsep mengelola uang dengan perspektif yang kerap bertentangan dengan kebijaksanaan umum. Banyak pelajaran yang akan kita dapat seperti membedakan aset dan liabilitas, menghindari risiko, tidak bekerja untuk uang (menggunakan aset untuk menghasilkan uang), dan yang paling penting, aset berharga adalah pola pikir.

Robert juga menjelaskan, agar berhasil membayar diri Anda sendiri terlebih dahulu, ingatlah agar tidak terjebak dalam utang yang besar. Jagalah pengeluaran agar tetap rendah dan membangun aset terlebih dahulu. Bila kekurangan uang, biarkan tekanan terbentuk dan jangan memakai tabungan atau investasi. Gunakan tekanan itu untuk mengilhami kegeniusan keuangan anda agar muncul cara-cara baru untuk menghasilkan uang yang lebih banyak.

Alasan utama orang mengalami kesulitan keuangan adalah mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah tapi tidak belajar apa-apa tentang uang. Akibatnya, orang belajar untuk bekerja demi uang, tapi tidak pernah belajar membuat uang bekerja bagi mereka” – Robert T Kiyosaki.

Redaktur: Wiranto Asruri Siregar

Related posts

Public Feelings and Other Acts: Kegelisahan Banyak Orang

redaksi

I Want To Die But I Want To Eat Tteoppokki, Kisah Nyata Seorang Pengidap Penyakit Distimia

redaksi

Utusan Damai di Kemelut Perang, Sudut Pandang Penginjil yang Jarang Terekspos

redaksi