Reporter: Suranti Pratiwi
Suara USU, Medan. Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) Fakultas Pertanian USU telah menggelar seminar nasional dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-10. Acara ini diadakan di Aula Suratman FP USU dan disiarkan secara langsung melalui YouTube Himagrotek FP USU pada Selasa (05/07) lalu.
Bertajuk “Peran Pemuda dan Mahasiswa Pertanian dalam Menghadapi Krisis Pangan Pasca Covid-19 dengan Memanfaatkan Sustainable Agriculture di Era Society 5.0″, seminar nasional ini menghadirkan dua narasumber kompeten di bidang pertanian, yaitu Muhammad Dava Warsyadhana sebagai Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian RI dan Yusfahri Perangin-angin selaku Kepala Sub. Bagian Program Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara.
Kegiatan yang dipandu oleh Buntora Siregar dan Khadijah Chaniago selaku MC serta Dosen Fakultas Pertanian Wida Akasah selaku moderator ini berlangsung meriah. Rangkaian acara dibuka dengan doa, tari penyambutan, serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars HIMAGROTEK. Kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan oleh ketua panitia pelaksana, Ketua HIMAGROTEK, Gubernur PEMA FP USU, Ketua Prodi Agroteknologi FP USU, dan Dekan FP USU.
Seminar nasional ini dimulai dengan pemaparan materi oleh Yusfahri Perangin-angin. Secara garis besar, Fahri menyampaikan perlu adanya langkah strategis dan aplikatif oleh mahasiswa pertanian dalam mengenalkan budaya bertani kepada masyarakat. Dalam hal ini peran mahasiswa ditunjukkan dengan kontribusi untuk mampu bersinergi dengan masyarakat dalam budidaya suatu komoditi sehingga swasembada pangan akan tercapai.
“Peran kita sebagai iron stock atau cadangan masa depan memberikan harapan besar terhadap keberlangsungan hidup manusia. Kita sangat berharap ada terobosan mahasiswa untuk mengembangkan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan oleh petani seefektif mungkin karena salah satu PR kita adalah mengembalikan petani menggunakan pupuk organik,” ungkap Fahri.
Fahri turut menekankan bahwa pertanian yang menjadi sektor potensial di Sumatera Utara akan semakin maju jika mahasiswa pertanian mampu mengadaptasikan diri dengan teknologi. Dengan demikian, sumber daya manusia sektor pertanian menjadi bermartabat dan stigma buruk pertanian akan berubah dengan suksesnya para petani muda mengimbangi zaman yang semakin canggih.
Pemaparan materi dilanjutkan oleh Muhammad Dava Warsyahdana. Terdapat tiga poin yang dibahas oleh Dava meliputi pemuda, pertanian berkelanjutan, dan era society 5.0. Ketiga poin tersebut sangat berkesinambungan dalam membangun sektor pertanian berkelanjutan.
Dava menekankan bahwa mahasiswa sebagai pelopor harus cerdas dalam memanfaatkan digitalisasi dan membangun kerja sama dengan berbagai stakeholder serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia sektor pertanian baik kota maupun desa terpencil.
“Mengutip hal yang disampaikan Bung Hata, Indonesia tidak akan besar karena obor besar di Jakarta, namun Indonesia akan besar dengan lilin lilin di desa. Artinya, dari desa bisa dimulai perubahan ekonomi yang potensial dan luar biasa,” tutur Dava.
Dengan pembawaan yang energik, founder Kita Pertanian ini memotivasi mahasiswa pertanian untuk berkontribusi dalam pengembangan pertanian Indonesia dalam menjawab tantangan di era bonus demografi.
“Mahasiswa pertanian harus terus mengasah dan meningkatkan kemampuan khususnya di bidang pertanian dan mampu melihat peluang untuk kemudian berkolaborasi agar mampu bersaing di masa depan,” pesan Dava.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan sesi terima plakat kepada narasumber dan juri. Sebagai bentuk semangat dan rasa syukur, turut dilakukan pemotongan tumpeng oleh kepala prodi, Ketua HIMAGROTEK, dan ketua pelaksana. Acara ditutup dengan sesi foto bersama serta pengumuman para pemenang lomba spectacular agrotechnology (spectagro) meliputi lomba LKTI, videografi, poster, futsal putra, dan voli putri.
Redaktur: Azka Zere Erlthor
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.