Oleh: Nadila / Nobel Carissa Muhen Gurning / Laura Putri Sipahutar / Arya Ibrahim Siregar / Putri Azla Khairunisa / Abiyyu Farraz Auliyah Nasution
Suara USU, Medan. UMKM Andaliman di kawasan Danau Toba menjadi salah satu contoh sukses usaha kecil yang tidak hanya berfokus pada kualitas produk, tetapi juga kesejahteraan petani lokal dan pengembangan pariwisata. Mengusung rempah andaliman sebagai produk utama—baik dalam bentuk bubuk, biji kering, maupun bibit—UMKM ini telah melakukan berbagai langkah strategis untuk menghadapi tantangan pasar dan memanfaatkan teknologi modern.
Saat ini, produksi andaliman sempat terhenti karena harga rempah yang melambung tinggi dan sulit didapatkan. Namun, pemilik UMKM optimistis bahwa pada Februari hingga April mendatang, harga andaliman akan kembali stabil. Mereka telah mempersiapkan gudang penyimpanan untuk membeli stok andaliman dalam jumlah besar dan berencana memulai produksi kembali pada Oktober. Dalam upaya mendukung petani lokal, mereka telah membuat kesepakatan untuk membeli andaliman dari petani dengan harga minimal Rp 30.000 per kilogram, meskipun harga pasar hanya sekitar Rp 15.000. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani andaliman di sekitar Danau Toba.
Dari sisi produksi, UMKM ini telah mengadopsi berbagai teknologi modern untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk. Salah satu teknologi yang digunakan adalah sistem pengaturan penyiraman otomatis dari Israel untuk pembibitan andaliman. Mereka juga telah memesan mesin pengering berbasis listrik dari Jakarta, menggantikan mesin berbahan bakar gas yang sebelumnya digunakan. Pergantian ini dilakukan demi meningkatkan higienitas produk, mengingat mesin lama menghasilkan asap yang memengaruhi kualitas andaliman. Selain itu, mesin penggiling yang kini menggunakan listrik, bekerja sama dengan PLN, juga menjadi bagian dari upaya modernisasi. Dengan dukungan PLN melalui program CSR, suplai listrik sebesar 4500 watt tersedia untuk memastikan proses produksi berjalan lancar. Pemilik UMKM bahkan berencana meningkatkan kapasitas listrik jika diperlukan di masa mendatang.
Dalam hal pemasaran, UMKM Andaliman ini sudah memanfaatkan platform digital seperti Shopee dan media sosial untuk menjual produknya. Selain itu, penjualan juga dilakukan secara langsung di Taman Eden. Namun, pengelolaan media sosial untuk promosi wisata belum maksimal karena keterbatasan tim. Pemilik UMKM masih fokus pada pengembangan fasilitas wisata, termasuk pembenahan kafe dan rencana pembangunan kawasan di sekitar air terjun. Konsep unik berupa kafe di dekat air terjun yang dilengkapi penyewaan ban untuk pengunjung sedang disiapkan. Nantinya, wisatawan bisa menikmati keindahan alam sambil turun menggunakan ban menuju lokasi kafe, menghadirkan pengalaman agrowisata yang berbeda.
Marandus Sirait selalu pemilik UMKM ini juga dikenal sebagai pencetus kafe di kawasan aliran sungai Taman Eden. Dengan filosofi “Baktiku bagi negeriku,” beliau bertekad memajukan daerahnya melalui pengembangan rempah khas lokal. Kafe pertama yang ia dirikan, Cafe Eden 100, menjadi viral dan memicu munculnya kafe-kafe serupa di wilayah tersebut. Kini, beliau tengah mempersiapkan kafe baru di sekitar air terjun untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Selain memproduksi andaliman, UMKM ini juga menjalin kerja sama dengan berbagai mitra yang memanfaatkan rempah tersebut dalam produk olahan, seperti kacang tojin andaliman, keripik, sambal teri, bandrek, hingga permen andaliman. Semua produk mitra dijual bersama di Taman Eden, dengan jaminan sertifikasi halal dan BPOM untuk menjaga kepercayaan konsumen. Produk andaliman mereka memiliki masa simpan hingga satu tahun, meskipun tanggal kedaluwarsa ditetapkan hanya delapan bulan untuk memastikan kualitas tetap terjaga.
Tidak hanya berfokus pada andaliman, UMKM ini juga berencana mengembangkan produk berbasis stroberi. Sebelumnya, kawasan ini merupakan kebun stroberi, namun kini stok berkurang akibat pembangunan. Untuk menarik lebih banyak pengunjung, rencana pembangunan restoran bertingkat dengan jembatan yang menghubungkan area makan dengan pemandangan air terjun juga tengah disiapkan.
Sebagai salah satu produk unggulan dari Danau Toba, andaliman dari UMKM ini pernah menjadi sorotan dalam peluncuran sistem pembayaran non-tunai (QRIS). Menteri Keuangan Sri Mulyani, didampingi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, secara simbolis membeli produk ini menggunakan QRIS. Momen tersebut menunjukkan potensi besar andaliman sebagai komoditas ekspor unggulan yang mampu bersaing di pasar global.
Meski telah mengadopsi banyak teknologi dalam produksi dan pemasaran, sistem administrasi keuangan UMKM ini masih dilakukan secara manual. Pemilik menyadari pentingnya beralih ke sistem manajemen informasi yang lebih modern, tetapi kendala waktu dan sumber daya manusia menjadi tantangan. Dengan komitmen kuat dan dukungan berbagai pihak, UMKM ini berharap dapat terus berkembang, meningkatkan kesejahteraan petani, dan membawa produk andaliman khas Danau Toba ke panggung dunia.
Artikel ini adalah publikasi tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen dengan Dosen Pengampu Hafiza Adlina S.AB., M.AB.
Redaktur: Khalda Mahirah Panggabean
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.