SUARA USU
Buku

Arah Langkah dari Fiersa Besari: Sejauh Apapun Jalan yang Kita Tempuh, Tujuan Akhir Selalu Rumah

Penulis: Nur May Yanti Silitonga

Suara USU, Medan. Buku “Arah Langkah” merupakan salah satu karya dari seorang penulis, penyanyi, serta sang perilis lagu, Fiersa Besari, yang berhasil mendapat cetakan pertamanya pada tahun 2018 dengan total 300 halaman yang diterbitkan melalui penerbit Mediakita dan dibandrol dengan sharga Rp88.000.

Fiersa Besari yang akrab disapa “Bung”, seorang laki-laki beruntung kelahiran Bandung, 3 Maret, mengawali karirnya sebagai seorang musisi sebelum akhirnya jatuh cinta pada dunia tulis-menulis. Selain menulis, Bung juga aktif berkegiatan di alam terbuka. Berkelana menyusuri Indonesia dan melihat realitas negeri ini membuat Bung gemar menyisipkan pesan humanisme dan sosial dalam karya-karyanya yang bertema cinta dan kehidupan. “Arah Langkah” adalah buku keempatnya setelah “Garis Waktu”, “Konspirasi Alam semesta”, dan “Catatan Juang”.

“Arah Langkah” menceritakan tentang tiga orang petualang dengan tujuan berbeda menyusuri daerah yang ada di Indonesia lewat cara seru yang menantang dan bahkan menjadi pengalaman baru bagi mereka. Fiersa bersama dua sahabatnya, Anisa Andini yang kerap dipanggil Prem yaitu singkatan dari preman yang disematkan oleh teman masa kuliahnya karena menganggap Prem sebagai sosok yang tomboy dan kurang cocok jika dipanggil Anisa, serta Baduy yang merupakan teman Prem. Mereka bertiga memang pergi berkelana bersama, namun masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Seperti halnya sis Baduy yang memang hidupnya sudah menyatu dengan alam dan mempunyai impian mengelilingi Indonesia serta Prem yang memang terkenal tomboy dan sudah berpengalaman banyak dalam mendaki gunung, sementara Fiersa Besari pergi berkelana dikarenakan patah hati dengan mantan pacarnya.

Dalam buku ini, Bung tidak hanya menyajikan kisah petualangan dan beberapa foto yang dilamprkannya didalam novel Arah Langkah, namun ada rasa kemanusiaan yang turut disampaikan. Hal ini terjadi berkat pengalamannya yang singgah di beberapa kota dan ada saja yang menyambut mereka dengan baik serta siap membuka lebar rumahnya untuk dapat ditinggali. Tak sampai disitu, beliau juga membagikan kisah cintanya bersama gadis bernama Mia yang berhasil membawa Fiersa sampai pada titik ini. Mia merupakan seorang mahasiswi Program Studi Manajemen Bisnis sekaligus cat lovers. Awal mula pertemuan keduanya adalah ketika Mia memesan CD lagu karya Fiersa. Pada saat itu, ia pun mulai jatuh cinta dan hubungan antara Fiersa dengan Mia berlangsung selama dua tahun lamanya. Saat itu, Fiersa sudah mulai menabung untuk menikahi perempuan impiannya tersebut. Akan tetapi, kisah pengkhianatan terjadi ketika Fiersa mulai sibuk mengurus studi, travelling, dan masuk ke dunia fotografi.

“Cinta memang buta aksara, oleh karena itu dibutuhkan komitmen antara dua anak manusia untuk menjadikannya mengeja. Dan bersama dengan Mia, aku ingin mengeja.”

Fiersa mengatakan bahwa Mia mengunjungi tempat-tempat wisata di Bandung bersama dengan sahabatnya yaitu Al. Ia pun tidak tahan menerima pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasih dan sahabatnya sendiri. Oleh karena hal inilah, perjalanan menjelajah Indonesia bukan hanya tentang menemukan tempat baru, akan tetapi juga memberi kenangan baru untuk melupakan masa-masa yang menyakitkan bagi dirinya.

“Arah Langkah” menyajikan kepada kita betapa indahnya sudut-sudut Indonesia, salah satunya lewat kunjungan mereka ke tempat yang ada di Provinsi Sumatera Utara, seperti Nias, Sibolga, Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Samosir, dan Istana Maimun. Di buku ini juga disuguhkan adat yang berada di Nias, yaitu Hombo Batu atau lompat batu. Fahombo, nama lain dari tradisi ini merupakan tradisi yang awal mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik.

Redaktur: Tania A. Putri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Pribumi dalam Buku Gelandangan di Kampung Sendiri

redaksi

Mengintip Seluk-Beluk Kehidupan Tergelap Jakarta dalam Sisi Tergelap Surga

redaksi

Mengulas Novel Bumi Manusia yang Sempat dilarang Orde Baru

redaksi