Oleh: Habibullah Al Magribi Muhammad
Suara USU, Medan. Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap ‘Abd ar-Rahman Abu Zayd Muhammad ibn uKhaldun. Ia lahir di Tunis (kini ibukota Tunisia) pada 1 Ramadhan 732 (27 Mei 1332). Wafat pada 25 Ramadhan 808 (17 Maret 1406), reputasi dan kualitas keilmuan Ibnu Khaldun diakui di pentas dunia.
Dari banyaknya karya tulis ibnu khaldun, Muqaddimah kerap kali menarik perhatian orang untuk membacanya. Dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun mengawalinya dengan menjelaskan karakteristik bangsa-bangsa yang akan ia tulis. Misalnya, dia menjelaskan karakteristik orang barbar, bagaimana cara mereka hidup, apa yang mereka kerjakan dan seterusnya.
Tidak hanya itu, Ibnu Khaldun bahkan menjelaskan sampai pada posisi geografis, jumlah Muslim dan cuaca. Termasuk apa perbedaan orang yang tinggal di dataran tinggi dan pesisir. Penjelasan tersebut diutarakan agar para pembaca tidak keliru dalam melihat sejarah secara utuh dan menyeluruh.
Kitab yang ditulis oleh ibnu khaldun ini berjudul Muqaddimah, An Introduction to The History of The World. Berisi 1.269 halaman dan telah di terjemahkan oleh Ahmadie Thaha pada maret 2019 lalu yang diterbitkan oleh Wali Pustaka.
Kitab Muqaddimah ini selesai ditulis pada 1377 masehi. Namun, gagasan Ibnu Khaldun dalam buku ini tetap relevan untuk diaplikasikan dalam penyelesaikan masalah-masalah yang muncul pada era digital ini. Karena itu, kitab ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk ke dalam bahasa Indonesia.
Ibnu Khaldun memulai karyanya dengan pembahasan tentang lingkungan fisik manusia dan pengaruh terhadap dirinya, serta karakteristik non fisik. Ini diikuti dengan diskusi tentang organisasi sosial primitif, karakter kepemimpinan di dalamnya, dan hubungan masyarakat primitif atau sama lain, serta hubungan mereka dengan bentuk kehidupan urban yang lebih maju.
Melalui bukunya yang berjudul Muqaddimah ini, Ibn Khaldūn memperlihatkan pandangannya mengenai perkembangan dunia dari waktu ke waktu. Untuk kita yang hidup di era modern, beberapa pandangan beliau mungkin terkesan ketinggalan zaman dan bahkan mengejutkan untuk sebagian orang. Namun, menurut penulis pribadi, pandangan beliau masih sangat relevan dengan keadaan saat ini, terlebih jika kita ingin memperbaiki cara kita dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Redaktur: Anna Fauziah Pane
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.