Oleh: Nadira Arfan/Zahra Zaina Rusty
Suara USU, Medan. Film “Clouds,” yang dirilis pada 16 Oktober 2020 lalu mengisahkan kisah nyata Zach Sobiech, diperankan oleh Finn Argus dan Sabrina Carpenter. Zach, seorang siswa SMA menghadapi tantangan besar setelah didiagnosis penyakit langka bernama osteosarcoma. Selama 4 tahun, dalam perjalanan perawatannya yang panjang, Zach kehilangan rambutnya akibat kemoterapi.
Suatu pagi pada musim gugur pada 2013, Zach hendak pergi piknik bersama teman sekolahnya, Amy, ia mengalami batuk yang cukup parah. Ibu Zach memaksanya untuk pergi ke rumah sakit dan menunda piknik. Setelah Zach diperiksa, ternyata Zach memerlukan operasi darurat yang disebabkan oleh paru-parunya yang bocor dan menekan jantungnya. Walaupun Zach merasa ia baik-baik saja, ia tetap harus menjalani operasi tersebut atau dia dapat mengalami gagal jantung. Sedangkan Amy yang telah menunggu di taman, harus pulang dengan asumsi bahwa Zach mengingkari janjinya.
Setelah menjalani operasinya, bukan kabar baik yang didapat oleh Zach dan keluarganya. Melainkan dokter mengabarkan bahwa kanker yang dimiliki Zach sudah tidak merespons terhadap pengobatan, dan Zach didiagnosa sudah mencapai stadium akhir. Menurut dokter, ia hanya memiliki waktu 6 sampai 10 bulan lagi untuk hidup.
Sebagai usaha terakhir untuk pengobatan Zach. Orang tuanya memutuskan untuk membawa Zach ke Lourdes, Perancis, dimana terdapat air yang dipercaya dapat menyembuhkan orang-orang. Cerita cinta Zach dan Amy juga menjadi fokus, dengan pengakuan cinta yang mengharukan sebelum Zach berangkat ke Prancis. Zach dengan malu-malu membalas pernyataan cinta Amy. Selama di Perancis, Zach dan Amy saling bertukar pesan dan perasaan diantara mereka pun tumbuh semakin dalam. Setelah pengalaman di sana, Zach kembali dengan semangat baru.
Setelah kembali dari Perancis, Zach menulis lagu yang berjudul “Coffee Cup”. Dengan lagu ini, Zach memutuskan untuk mengajak sahabatnya Sammy untuk menulis lebih banyak lagu. Dengan waktunya yang tidak banyak lagi, Zach ingin membagikan musiknya ke banyak orang.
Zach tersadar bahwa ia ingin melakukan lebih banyak hal di hidupnya. Ia lalu pergi ke rumah Sammy dan mengajaknya untuk membuat sebuah album dan mengunggahnya di Youtube. Dengan dorongan dari Sammy, mereka mengunggah lagu-lagu mereka di YouTube, dan tak disangka, lagu mereka menjadi viral. Zach bahkan mendapatkan perhatian dari seorang jurnalis.
Pada malam itu juga, Zach tidak sengaja mengetahui bahwa Sammy memiliki perasaan padanya. Untuk menghilangi suasa canggung, Sammy menulis lirik di jurnalnya dan meminta Zach untuk melanjutkannya. Merekapun menulis lagu dengan lirik tersebut sampai matahari terbit.
Musim semi 2013, seorang guru di sekolah Zach memberikan kabar mengejutkan kepada Zach dan Amy bahwa ia telah menghubungi sebuah perusahaan musik dan mereka ingin merekrut mereka sebagai penulis lagu. Mereka berangkat ke New York untuk menandatangani kontrak dan diperkenal sebagi sebuah band dengan nama “A Firm Handshake”.
Dibalik kesuksesan karier musiknya, Zach perlahan mulai menerima kenyataan bahwa waktunya semakin menipis. Ia dan ibunya bahkan membicarakan wasiat dan upacara pemakamannya. Dokter yang menanganinya juga memberikan kabar buruk bahwa tubuh Zach terus melemah dan ia hanya memiliki sisa waktu dalam hitungan hari. Konser di Metro Theater dimulai dengan Sammy yang membawakan lagu “How to Go to Confession”. Saat giliran Zach untuk tampil, ia sudah terlihat kesulitan bernafas saat menyampaikan kata pembuka. Di tengah-tengah lagu, Zach hampir terjatuh karena kehabisan nafas.
Zach meninggal pada 20 Mei 2013. Walaupun ia tau ia tidak akan memiliki kesempatan untuk kuliah, Zach tetap menulis esai persyaratan masuk kuliahnya. Zach juga memenuhi keinginannya untuk membuat orang bahagia dengan lagunya yang diunduh lebih dari 200 juta kali dan penggalangan dana yang mengumpulkan lebih dari 2 juta dolar untuk riset.
Seperti kalimat yang dikatakan Zach pada awal film, “What some people take for granted, others are fighting for.” Sesuatu yang orang terima begitu saja, ada yang berjuang untuk mendapatkannya. Sampai akhir, Zach tetap menulis esai persyaratan masuk perguruaan tingginya. Zach mengajarkan kita untuk bersyukur akan kesempatan yang telah kita miliki, karena tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama.
Melalui kisah hidup Zach, film “Clouds” memberikan inspirasi: bahwa meskipun menghadapi cobaan berat, kita tetap bisa menemukan semangat dan arti dalam hidup. Zach mengajarkan kita untuk bersyukur atas setiap momen berharga yang kita miliki, karena hidup adalah anugerah yang tak ternilai.
Redaktur: Grace Silva
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.