SUARA USU
Entertaiment Opini

Mengendalikan Persepsi : Kunci Ketenangan dan Positivitas dalam Kehidupan

Oleh: M. Ghozi Muzakki

Suara USU, Medan. Sering kali, yang membuat kita merasa terbebani bukanlah kejadian dalam hidup kita, melainkan cara kita memandang dan menilai kejadian tersebut. Emosi negatif yang dirasakan sering kali berasal dari interpretasi atau penilaian kita yang keliru. Sebagai contoh, ketika kita ketinggalan bus dalam perjalanan ke kampus atau mengalami ban bocor di jalan, reaksi emosional kita terhadap peristiwa tersebut bisa sangat menentukan suasana hati kita sepanjang hari. Emosi kita berjalan terpisah dari nalar atau rasio kita. Emosi negatif sering dianggap sebagai akibat dari pemikiran yang tidak rasional.

Ketika menghadapi suatu peristiwa, penilaian otomatis yang muncul di pikiran kita bisa memicu emosi negatif jika penilaian tersebut tidak rasional. Misalnya, ketika ketinggalan bus, penilaian otomatis kita mungkin adalah “Hari ini pasti akan buruk,” yang langsung menimbulkan rasa kesal dan frustrasi. Namun, kita memiliki kemampuan untuk tidak langsung mengikuti penilaian otomatis tersebut. Kita bisa menganalisis peristiwa dengan rasional, memisahkan antara fakta objektif dari opini subjektif. Dengan kata lain, kita bisa menghentikan diri sejenak, berpikir, dan menilai (Stop, Think & Assess, Respond – S-T-A-R) sebelum memberikan respons.

Bayangkan situasi berikut, kamu sedang dalam perjalanan ke kampus dan ketinggalan bus. Penilaian otomatis yang muncul mungkin adalah “Saya pasti terlambat dan akan ketinggalan pelajaran penting.” Namun, dengan menerapkan langkah S-T-A-R, kamu bisa menghentikan diri, berpikir dengan tenang, dan menilai situasi secara rasional. Mungkin kamu menyadari bahwa ada bus berikutnya yang datang dalam 10 menit atau kamu bisa menggunakan waktu menunggu untuk membaca materi pelajaran.

Mengubah perspektif memungkinkan kita mengurangi stres dan mengubah pengalaman negatif menjadi sesuatu yang positif. Kita juga dapat mengendalikan respons berlebihan terhadap segala hal dengan mengingat betapa remehnya masalah kita jika dilihat dari jauh. Tidak ada yang benar-benar baru di kehidupan manusia dan pada akhirnya semua akan terlupakan oleh waktu. Mengingat hal ini bisa membantu kita tetap tenang dan tidak terjebak dalam emosi negatif.

Mengendalikan persepsi adalah kunci untuk menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan positif. Saat kita menyadari bahwa emosi negatif sering kali berasal dari penilaian kita yang keliru, kita bisa mulai mengubah cara dalam memandang peristiwa dan situasi. Dengan menerapkan langkah S-T-A-R dan mengingat bahwa semua masalah pada akhirnya akan terlupakan, kita bisa menciptakan emosi positif dan menjadi pribadi yang lebih tenang.

Contoh lainnya adalah ketika ban sepeda motor bocor di tengah perjalanan. Penilaian otomatis mungkin akan memicu rasa marah dan frustrasi, “Kenapa harus terjadi sekarang? Saya pasti akan terlambat!” . Namun, jika kita menghentikan diri, berpikir, dan menilai situasi dengan rasional, kita bisa melihat bahwa ini hanyalah hambatan kecil yang dapat diatasi. Kita bisa melihat ini sebagai kesempatan untuk berbagi rezeki dengan tukang tambal bannya dan menggunakan waktu menunggunya untuk membaca materi kuliah. Dalam setiap situasi, pilihan untuk melihat sisi positif dari peristiwa tersebut dapat mengubah cara kita merespons dan merasakan.

Mengendalikan persepsi membantu kita tidak hanya mengurangi stres dan emosi negatif, tetapi juga membuka diri untuk pengalaman hidup yang lebih kaya dan bermakna. Mengingat bahwa semua peristiwa pada akhirnya akan berlalu dan tidak ada yang benar-benar baru di dunia ini, kita bisa menjaga ketenangan dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Mengendalikan persepsi membantu kita melihat dunia dengan cara yang lebih seimbang dan optimis, memungkinkan kita untuk menghadapi tantangan dengan kepala dingin dan hati yang tenang. Mari kita mulai mengendalikan persepsi diri dan menemukan kedamaian dalam setiap langkah hidup kita.

Redaktur: Duwi Cahya


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

UKT & KRS: Sekarang Bayarnya, Besok Ngisinya!

redaksi

Benarkah Hapus Email yang Tak Penting Bantu Selamatkan Bumi?

redaksi

Logika Mistika Sebagai Sumber Ketertinggalan Masyarakat Indonesia

redaksi