(Sumber: https://www.imdb.com)
Penulis : Axfeba Saragih
Suara USU, Medan. Saat solusi dan setiap batasan tentang benar dan salah tak pernah jelas, ada kalanya yang bisa dilakukan hanyalah menangis. Film ‘Bolehkah Sekali Saja Kumenangis’ merupakan film melodrama besutan Sinemaku Pictures, yang disutradai oleh Reka Wijaya Kusuma. Film garapan Umay Shahab ini menghadirkan pelakon ternama tanah air pemeran utama, yaitu Prilly Latuconsina sebagai Tari dan Pradikta Wicaksono sebagai Baskara. Diadaptasi dari lirik lagu “Runtuh” oleh Feby Putri dan Fiersa Besari, film ini mengangkat isu yang kerab terjadi di masyarakat yakni KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan mental health.
Dengan durasi 1 jam 40 menit, film ini akan menjawab semua pertanyaan di atas. Film ini juga akan membuat kita mengerti dan memahami perasaan dari dua karakter utamanya. Setumpuk kisah dari tiap insan dalam komunitas tersebut mungkin akan relate bagi para penonton. ‘Bolehkah Sekali Saja Kumenangis‘ memperlihatkan bahwa interpretasi tiap orang akan “masalah” tentu akan berbeda-beda. Tatkala ketika seseorang yang memusingkan sesuatu yang kita anggap sepele, bukan berarti kita berhak merendahkan kegundahannya
Dalam film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Tari yang harus menghadapi trauma dan melindungi ibunya akibat kekerasan ayahnya. Sedari kecil, Tari kerap melihat kedua orangtuanya bertengkar. Melihat ibunya diperlakukan kasar oleh ayahnya, ia mengalami trauma verbal. Selain itu, dalam kesehariannya, ia dituntut untuk selalu ceria seolah-olah tak ada masalah dalam hidupnya.
Tari menutup diri dan menangis dalam kesendiriannya. Hingga pada satu titik, ia merasa tidak mampu lagi mengatasi beban hidupnya. Ia bergabung dengan sebuah komunitas, yang menjadi wadah untuk saling mendukung dan berbagi kisah. Di dalam komunitas tersebut, bukan hanya Tari saja, namun ada beragam kompleksitas masalah dari anggota lainnya. Salah satunya Baskara, dikenal sebagai sosok lelaki temperamental yang tidak bisa mengontrol emosinya akibat ekspektasi dalam kehidupannya. Keduanya semakin dekat dan saling mendukung, hingga suatu saat ada pertikaian dan masalah Tari dengan ayahnya semakin rumit. Bagaimana kehidupan Tari dan Baskara selanjutnya? Mampukah Tari melewati trauma yang ia punya dan tidak lagi menyimpan tangisnya sendiri? Akankah Tari berdamai dengan penyakit mental yang dideritanya?
Rangkaian tiap kata yang begitu piawai dan mampu memainkan perasaan para penonton, sangat tepat menjabarkan sudut film ini yang memanusiakan manusia. Didukung chemistry antara Prilly dan Dikta yang akan membanjiri wajah penonton dengan air mata. Keduanya tampil bak pasangan yang menolak kemesraan, namun keduanya saling melengkapi dan membangun pribadinya lebih baik. Tari belajar mengungkapkan isi hati, sedangkan Baskara belajar menahan diri.
Hal menarik dari salah satu kalimat yang diucapkan Tari adalah “kita memang harus terbentur dulu baru akan terbentuk”. Film ‘Bolehkah Sekali Saja Kumenangis’ sudah tayang di bioskop sejak tanggal 17 Oktober 2024, dan ini jadi salah satu rekomendasi film yang wajib Sobat Suara USU tonton!
Redaktur: Khaira Nazira
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.