SUARA USU
Featured

Pintu Doraemon USU: Jalan Tikus Penolong Mahasiswa, Mengapa Berbeda?

Oleh: Yulia Tarigan

Suara USU, Medan. Pintu Doraemon atau bisa diartikan sebagai pintu ke mana saja adalah suatu julukan yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) untuk sebuah pintu kecil tersembunyi di ujung pintu 1 USU. Pintu ini adalah sebuah jalan tikus penolong bagi mahasiswa pejalan kaki untuk datang ke kampus. Pintu Doraemon berlokasi tepat pada ujung bagian belakang pintu utama 1 dan ditutupi oleh sebuah tembok besar dengan logo bertuliskan USU, sehingga tidak terlihat dari kejauhan layaknya pintu rahasia yang dapat mengantarkan kita kepada dimensi yang berbeda.

Pintu Doraemon memiliki besi pagar yang dibuka oleh petugas mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB, dari hari Senin hingga Jumat. Namun sayangnya, pintu ini pernah mengalami keterlambatan dalam membuka pagar oleh petugas sehingga banyak mahasiswa yang harus menunggu dan terpaksa melewati jalur utama yang jaraknya lumayan jauh. Pintu ini juga sering mendapatkan keluhan dari mahasiswa, yaitu cepatnya pintu ditutup oleh petugas padahal waktu belum menunjukkan pukul 18.00 WIB.

Pintu Doraemon juga seperti memiliki diferensiasi dengan 2 pintu jalan lainnya, yaitu Pintu Sumber dan Pintu Jebol. Bagaimana tidak? Pintu Sumber ditutup sekitar pukul 22.00 WIB dan Pintu Jebol tidak ada batasan waktu. Sementara, Pintu Doraemon adalah lebih cepat dari yang lainnya. Hal ini tentunya menjadi suatu kendala bagi mahasiswa yang bertempat tinggal di sekitar Jalan Berdikari, Jalan Harmonika, dan lainnya yang ada di seberang Pintu Doraemon.

Varel dan Bapak Sitia Sembiring, selaku pemilik usaha kedai warkop yang berada tepat dibalik Pintu Doraemon, mengatakan bahwa sebelum masa COVID-19 pada tahun 2020, pintu Doraemon selalu terbuka 24 jam dan tidak ada batasan waktu seperti saat ini. Mereka juga mengatakan memang sering terjadi keterlambatan petugas dalam membuka pintu sehingga banyak mahasiswa ramai menunggu dibalik pintu.

Selain itu, perbedaan lainnya adalah dari segi ukuran jalan menuju pintu. Ukurannya cukup kecil dan pendek. Sehingga, mahasiswa harus berjalan satu per satu melewati pintu supaya tidak terjadi bentrokan. Pintu Doraemon juga tidak cukup tinggi yang mengakibatkan banyak orang dengan tubuh yang lebih tinggi harus menunduk untuk melewati pintu ini. Seperti layaknya jalan tikus, memang benar pintu ini berbeda dari kedua pintu lainnya.

Varel dan Bapak Sitia Sembiring, yang sudah puluhan tahun tinggal bersebrangan dengan Pintu Doraemon, mengatakan bahwa dulunya pintu ini cukup besar dan bisa dilalui sepeda motor bahkan mobil. Namun, karena terlalu bebas akses umum kendaraan yang melintasi sebagai jalan potong, maka terjadilah kemacetan pada jalan tersebut. Sehingga, kampus membuat kebijakan untuk menutup pintu dengan tembok yang cukup besar.

Dengan beragam perbedaan ini, Pintu Doraemon tetap menjadi pintu pahlawan tersembunyi bagi mahasiswa dan juga orang sekitar yang hendak memasuki lingkungan kampus. Mereka memasuki kampus tanpa harus mengeluarkan biaya ongkos dan menempuh perjalanan yang jauh. Jadi, kalian sudah pada tahu dan pernah melewati pintu doraemonnya USU, belum? Apakah menurut kalian pembatasan waktu masih relevan dilakukan mengingat masa COVID sudah berakhir? Apakah setiap pintu jalan potong harus memiliki perbedaan?

Redaktur: Anna Fauziah Pane


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Hari Gizi Nasional 2024 yang ke-64 : “MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas”

redaksi

Winda Coffee Studio,Tempat Nongkrong untuk Semua Generasi

redaksi

Mengapa Memilih Jurusan Sastra Indonesia?

redaksi