Oleh : Tasya Oktaviana
210701041
Gmail : [email protected]
Dosen Pengampu : Dr.Gustianingsih, M.Hum
Indonesia sebagai bangsa dengan Bhineka Tunggal Ikanya dikenal kaya akan budaya dari beragam etnis yang merentang dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman budaya tersebut tidak hanya dimiliki oleh etnis, tetapi dewasa ini, remaja sebagai generasi penerus bangsa, ternyata juga memiliki identitas “Budaya baru, yakni ”Tawuran” Kenapa ini bisa dibilang budaya, karena ini sudah menjadi kebiasaan dan trend, bahkan sudah menjadi tradisi yang turun temurun di kalangan pelajar, yang dilakukan sepulang sekolah dengan masih memakai pakaian seragam. Kondisi ini juga diiringi oleh pandangan-pandangan dogmatis yang keliru, seperti “kalau nggak tawuran enggak jantan, enggak keren” atau nggak cool, enggak mengikuti perkembangan zaman, atau banyak lagi anggapan-anggapan keliru lainnya yang diyakini pelajar. Hampir setiap minggu bahkan mungkin setiap hari ada saja media massa yang memberitakan tentang tawuran antar pelajar yang terjadi di Indonesia. Bukan hanya di kota-kota besar seperti Jakarta dan Ujung Pandang, tetapi juga di daerah-daerah yang yang menurut asumsi kita tidak akan ada tawuran. Bahkan kota pelajar semacam Yogyakarta pun juga diwarnai tawuran antar pelajar.
Tawuran merupakan satu bentuk kenakalan remaja yang biasa dilakukan oleh pelajar maupun mahasiswa. Saat melakukan tawuran para remaja di bawah umur ini bahkan tak segan-segan membawa senjata tajam untuk melukai korbanya, sehingga menelan korban jiwa akibat kebrutalannya. Inilah salah satu fenomena di kalangan pelajar Indonesia saat ini, mereka seakan-akan kelebihan jam kosong atau waktu luang untuk mengisi kehidupannya, sehingga mengisinya dengan tawuran selepas jam “bubar” sekolah. Hal tersebut seolah-olah menjadi agenda rutin setelah pulang sekolah, sebagai kegiatan “ekstrakurikuler” dan atau menjadi salah satu tugas perkembangan pelajar yang harus dikuasainya ketika menginjak remaja. Bahkan sekolah yang sering terlibat dulu biasa dikenal dengan STM (Sekolah Teknik Mesin) dan sekarang menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), disebut juga bahwa salah satu kurikulum yang bermuatan lokal adalah “Mata pelajaran tawuran”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tawuran adalah perkelahian massal atau perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai. Pendapat lain mengatakan tawuran merupakan satu di antara kegiatan interaksi manusia yang saling merugikan, karena satu pihak dengan pihak yang lain berusaha saling menyakiti secara fisik baik dengan atau tanpa alat bantu. Kasus tawuran pelajar hampir pernah terjadi di seluruh daerah di Indonesia, kasus-kasus tersebut sangat sering terjadi di kota besar, namun tidak menutup kemungkinan tawuran juga terjadi di kota-kota lebih kecil.
Lantas, apa sebenarnya penyebab tawuran antar pelajar bisa terjadi?
Penyebab terjadinya tawuran pelajar meliputi adanya masa-masa krisis identitas pada remaja, identitas diri yang dicari remaja adalah bentuk pengamalan terhadap nilai-nilai yang akan mewarnai kepribadiannya. Kemudian ada kontrol diri yang lemah, kontrol diri merujuk pada ketidakstabilan emosi, emosi ini meliputi mudah marah, frustrasi, dan kurang peka terhadap lingkungan sosialnya.
Tawuran juga dapat terjadi karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya mereka mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang kompleks, seperti keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya, dan berbagai perubahan di berbagai kehidupan lainnya yang semakin lama semakin beragam. Dan Pengaruh media, pengaruh dari media yang mereka tonton atau gunakan sehari-hari juga bisa menjadi penyebab tawuran. Hingga kurangnya pengawasan dari orang tua
Seharusnya sebagai seorang pelajar sudah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan. Tawuran antar pelajar ini merupakan suatu tindakan bodoh karena tidak mencerminkan dirinya sebagai seorang pelajar yang terdidik. Selain itu, tawuran antar pelajar ini dapat meresahkan warga sekitar dan menyebabkan kemacetan di jalan raya, anehnya para pelaku tawuran ini merasa bangga atas apa yang mereka lakukan, padahal seharusnya mereka malu atas perbuatannya. Sebagai manusia kita diciptakan untuk saling mengasihi, saling menolong dan saling menghormati, kita diciptakan bukan untuk saling melukai atau saling membunuh terlebih lagi kita hidup di negara yang sama yaitu yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untuk itu kita sebagai generasi muda, generasi yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia di masa depan seharusnya sama-sama membangun dimanapun kita bersekolah, apa pun jurusan yang kita pilih. Kita sebenarnya memiliki tugas yang sama yakni membangun bangsa kita tercinta bangsa Indonesia, sebagaimana perjuangan para pemuda kita melalui Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan para pendahulu. Mari sama sama kita bangun bangsa kita tercinta ini menjadi bangsa yang terpandang.
Mari kita semua para pelajar di seluruh Indonesia berjanji untuk tidak melakukan hal hal bodoh yang seharusnya tidak dilakukan oleh para pelajar cerdas seperti kita. Hal yang kita lakukan ini demi kebaikanmu dan kebaikanku. Sebagai pelajar generasi penerus bangsa mari kita sama-sama berpikir jernih untuk kebaikanmu dan kebaikanku.
Mari kita tunjukan pada dunia bahwa bangsa Indonesia memiliki generasi penerus, generasi muda dan para pelajar yang berkualitas dan siap mengambil alih kemudi bangsa ini dikemudian hari untuk menjadi bangsa yang terpandang.
Saran dari penulis untuk mencegah terjadinya tawuran antar pelajar adalah:
- Pemberian sanksi tegas dari aparat hukum untuk siswa yang melakukan tawuran. Aparat hukum harus berani mengambil sanksi tegas sesuai keputusan bersama antara pihak sekolah, dinas sosial, dan masyarakat.
- Pemberian sanksi tegas dari sekolah untuk siswa yang melakukan tawuran. Pihak sekolah harus membuat suatu peraturan yang benar-benar akan diterima oleh siswa yang melanggarnya.
- Penanaman nilai dan tugas seorang pelajar dari tenaga kependidikan. Guru sebagai tenaga pengajar dan pendidikan harus bisa menyelipkan pesan pesan kehidupan setiap kegiatan mengajar belajar.
- Pemberian nasehat untuk seorang pelajar dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Nasehat-nasehat dari orang orang yang lebih berpengalaman tentu saja dapat membuat hati atau pikiran seorang pelajar berubah tergantung pesan yang diberikan
- Pengadaan sosialisasi antar sekolah. Mengadakan kegiatan-kegiatan dengan tujuan adanya keakraban antar sekolah untuk meminimalisir tawuran antar pelajar.
Kedepannya kita harapkan para pelajar bisa menghindari tawuran dan lebih fokus pada kegiatan yang bertujuan mengembangkan potensi dan kemampuan diri.
Redaktur : Fitri Dian Jannah
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.