Oleh : Agus Nurbillah
Suara USU, Medan. Siapa yang tidak kenal dengan tempe? Selain harganya yang merakyat, makanan berbahan dasar kedelai ini juga memiliki banyak kandungan nutrisi yang baik bagi tubuh. Berbagai olahan berbahan dasar tempe dapat dibuat, seperti bacem, orek, mendoan, keripik, dan berbagai olahan lainnya. Tempe debut ke dunia internasional sebagai makanan khas Indonesia yang disajikan dalam berbagai olahan, tentu saja memiliki nilai jual yang lumayan tinggi dibandingkan dengan harga di Indonesia sendiri.
Tempe merupakan bahan makanan yang dihasilkan dari proses fermentasi terhadap biji kedelai. Kata tempe berasal dari bahasa Jawa Kuno, “tempi” yang artinya makanan yang bewarna putih. Tempe sendiri awalnya dikembangkan di Jawa sebelum abad ke-16, saat tempe banyak diproduksi di wilayah Yogyakarta, Banyumas, Malang, Pekalongan, dan sekitarnya.
Cara pembuatan tempe bervariatif, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bagaimana menciptakan kondisi yang cocok selama fermentasi sehingga menghasilkan tempe yang sesuai. Pada umumnya, teknologi pembuatan tempe dilakukan secara turun-temurun, tetapi masih ada yang khas secara tradisional hingga menggunakan teknologi guna produksi yang lebih besar.
Pada tahap pembuatan tempe, biji kedelai pilihan dicuci hingga bersih dan direbus untuk melunakkan kedelai (Glycine max). Setelah biji direbus dan kulit terpisahkan, diadakan proses perendaman untuk hidrasi kedelai dan fermentasi secara alami guna menghilangkan bakteri beracun. Proses selanjutnya adalah pencucian dan penaburan ragi atau jamur yang akan berperan dalam proses fermentasi (Rhizopus oligosporus). Kemudian, umumnya biji kedelai dibungkus ke dalam daun pisang atau plastik, dan di tusuk kecil-kecil sehingga memungkinkan masuknya oksigen guna proses fermentasi berlangsung dengan baik. Proses fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20°C–37°C selama 18–36 jam, hingga menjadi tempe yang utuh.
Sebenarnya, tempe sudah lama menyebar ke berbagai penjuru dunia, mulai dari Asia Pasifik, Australia, Amerika, bahkan Eropa dengan nilai jual tinggi. Di Jepang, tempe dijual dengan harga 350 Yen atau sekitar Rp45.000. Bahkan produksi tempe miliknya diekspor ke berbagai negara lainnya. Hingga kini mulai banyak dijumpai orang Indonesia yang sukses di luar negeri dengan tempe.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif Sandiaga Uno mendaftarkan tempe sebagai warisan budaya UNESCO. Tak heran jika tempe layak menjadi makanan super food yang sangat diperhitungkan di kancah Internasional dan ini menjadi suatu hal yang keren serta patut untuk dibanggakan.
Sebagai bahan makanan protein nabati, tempe dijadikan pengganti daging bagi para vegetarian. Pasalnya, tempe memiliki banyak kandungan nutrisi yang berguna bagi tubuh. Setiap 100 gram tempe mengandung 155 miligram kalsium yang lebih banyak dibandingkan dengan 100 gram susu, kandungan protein dan serat yang tinggi, rendah lemak, serta kandungan lainnya yang mudah diserap dan sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
Jadi, masih malu untuk makan tempe? Yuk, cintai produk dalam negeri!
Redaktur: Azka Zere Erlthor
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.