Oleh: Fathan Mubina
Suara USU, Medan. 10 hari 78 tahun yang lalu Indonesia merdeka. Proklamasi dibacakan oleh perwakilan bangsa Indonesia yang tak lain dan tak bukan Bung Karno. Lalu apa yang terjadi setelah pembacaan proklamasi? Apakah begitu saja selesai Indonesia merdeka? Lalu apa?
“Jas Merah, Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Sepuluh hari setelah kemerdekaan, Indonesia seperti negara perahu kecil, sangat mudah terombang-ambing. Maka saat itu negarawan berkumpul, apa yang harus kami lakukan setelah Indonesia merdeka, dirumuskanlah saat itu. Membentuk suatu dasar, landasan yang dapat menampung beribu-ribu pulau, beratus-ratus bahasa, suku, bangsa agar bersatu menjadi kesatuan yang tak mudah digoyangkan, seperti layaknya kapal layar di lautan luas.
Duar, kumpulan negarawan melahirkan satu dasar, yakni Pancasila. Se-suci itulah Pancasila, se-asas itulah Pancasila, se-penting itulah Pancasila. Namun, sistem pengadilan negeri ini yang dengan congkaknya mendobrak batas Pancasila, kapal layar tersebut dicopot kayu pengambangnya.
Tujuh dekade dan satu windu telah terlewati sampai saat ini. namun amat banyak rakyat Indonesia saat ini lupa, bahwa kelanjutan kemerdekaan ada di tangan mereka. Founding father tidak berhenti ketika menyuarakan Indonesia merdeka, sekali nya berhenti saat itu, maka tidak akan ada Indonesia saat ini. mereka berkata, kita “merdeka”.
Merdeka dari apa? Hal kecil seperti telepon genggam saja masih merampas kemerdekaan kita, hal kecil seperti mencuci pakaian saja belum merdeka. Merdeka dari apa? Dari penjajah belanda? Penjajahan zaman ini tidak berbentuk, penjajahan saat ini dengan pendekatan budi pekerti manusia.
Keberlangsungan kemerdekaan, sadarilah kawan, saat ini Indonesia sedang tidak baik-baik saja, jangankan Indonesia, bahkan kampus kita sendiri bisa jadi tidak baik-baik saja. Sistem orang dalam bukan hanya desas-desus, akan tetapi menyebar keseluruh perbincangan yang berakhir di usus. Sistem penguasa yang menolak diberikan kritik, sampai-sampai melayangkan kritik berarti dianggap tak hormat diri.
Bergeraklah kawan, suarakan yang ada dalam pikiranmu, tuangkan dalam aksi nyata, bantu sesama, lalu tanyakan kembali apa arti merdeka kepada diri kita. Apakah keberlanjutan dari Proklamasi 1945 masih ada di tangan kita?
Mungkin sebaiknya berbenah diri akan baik untuk kita semua. Satu pesan dari bapak perdana Menteri pertama Indonesia, Sutan Syahrir “Kemerdekaan nasional adalah bukan pencapaian akhir, tapi rakyat bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya”.
Redaktur: Anggie Syahdina Fitri