Oleh: Fathan Mubina
Suara USU, Medan. Tahun politik semakin dekat, kembali teringat dengan lagu dari sang maestro kritik Orde Baru (Orba), yakni karya Iwan Fals dengan judul “Surat Buat Wakil Rakyat”.
Surat Buat Wakil Rakyat merupakan salah satu lagu yang secara lantang mengkritik Pemerintahan Orba yang terbit pada 1988 oleh PT. MUSICA STUDIO’S. Karya ini merupakan suatu mukjizat yang lahir sebagai bukti kembali utuhnya nyawa Iwan Fals setelah menerbitkan lagu ini. Mari kita lihat penggalan lirik lagu di bawah ini.
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Di sana, di gedung DPR
Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman-teman dekat
Apalagi sanak family
Setengah dari keseluruhan isi lagu ini merupakan pengulangan dari kalimat “Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Wakil rakyat bukan paduan suara, hanya tahu nyanyian lagu setuju”. Lirik ini merupakan kalimat kritis yang menusuk langsung Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) periode Orba.
Merakyat dalam lagu ini memiliki segudang arti. Contoh nyatanya, saat seorang ketua DPR mematikan mikrofon di tengah jalannya rapat. Contoh ini merupakan relevansi kalimat “Wakil rakyat, seharusnya merakyat, jangan matikan mikrofon waktu sidang soal rakyat”.
Merakyat dalam lagu ini juga berkaitan dengan kasus serupa lain, yaitu persoalan Pulau Rempang. Rempang tahun 2014 muncul di sebuah kanal berita, bahwa seorang Bacapres dengan mudahnya berjanji bahwa permasalahan Rempang akan mudah diselesaikan. Namun seperti banyaknya pemimpin lain, ibarat hembusan nafas, hilang sudah seketika satu tarikan dan dilupakan.
“Untukmu yang duduk sambil diskusi” merupakan kalimat pertama pada lirik lagu ini. Bukan kalimat yang spesial, namun Maestro musik ini melengkapinya dengan “Untukmu yang biasa bersafari, di sana, di Gedung DPR”.
“Wakil rakyat kumpulan orang hebat, bukan kumpulan teman-teman dekat”. Kritik penuh makna di zaman Orba, di mana kebanyakan anggota DPR saat itu merupakan hasil dari nepotisme Presiden Kedua Indonesia. Akhir kepemimpinan Soeharto sangatlah masyhur, mungkin DPR bukanlah penyebab utama.
Kasus Rempang, Kasus Hambalang, Kasus Korupsi BTS, dan sejumlah kasus lain yang terlalu banyak jumlahnya di Indonesia, faktanya melibatkan wakil rakyat.
Pemilu 2024 sudah di depan mata, yang bisa kita lakukan ialah memilih wakil rakyat nanti dengan bijak. Sangat mudah caranya. Lihat sepak terjangnya, partainya, proyeknya, dan apa yang telah dilakukan oleh dirinya. Sehingga nanti terwujudlah maksud dari lirik lagu ini “Bicaralah yang lantang, jangan hanya diam”.
Redaktur: Tamara Ceria Sairo
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.