Sumber foto: madcharcoal
Penulis: Heflin Laurensia D.
Di bawah mentari yang terik menjilat,
Ada kota yang membentak anak baru.
Nekat, senjata tajam dalam genggamanku,
Di dalam ketegaanku, api, paru-paru, segenggam beras, sepatu,
Bergelora, benarku.
Selesai siang yang panjang, lalu pedang mulai menusuk dada,
Menghujam hati, dalam gelap yang mendalam.
Harsa mengalir dalam darah yang panas,
Menggema perubahan, di dunia yang tak pernah ada.
Dalam setiap umpan, dalam setiap suara yang berdentum,
Mata coklatku, tumpah ruah, berpeluh.
Di dalam cinta terbersit harapan dan bisikan sanak yang membakar,
Menuju masa depan, senja merah, tidur siang, tempat mimpi berlabuh.
Mengheningkan kata-kata, aku di tengah belantara,
Walau sesak kota, ada kebenaran yang terasa di dalam luka.
Aku bertahan, meski dalam keabadian yang gelap, kembali lagi, demi itu.
Nanti kusebutkan satu-persatu.
Redaktur: Yohana Situmorang
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts sent to your email.