Reporter: Anggie Syahdina/Anna Fauziah
Suara USU, Medan. Tim Pelaksana Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) berkolaborasi bersama Rumah Kreatif Mutiara Langit Biru melakukan pelatihan membuat batik jumputan pada Sabtu, (23/09). Pengabdian ini bertajuk “Pemberdayaan Perempuan dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga melalui Workshop Batik Jumputan Rumah Kreatif Mutiara Langit Biru”.
Kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan reguler dari universitas. Sebagai sebuah perguruan tinggi, universitas memiliki tiga pilar besar yaitu penelitian, pengajaran, dan pengabdian. Pengabdian kali ini dilakukan dengan tujuan memberdayakan ibu rumah tangga dan remaja putri di sekitar Rumah Kreatif Mutiara Langit Biru agar nantinya memiliki pendapatan tambahan serta kegiatan yang positif sekaligus juga melestarikan dan mengembangan batik jumputan.
“Pertama, kita melihat bahwa tidak banyak yang punya kegiatan membuat batik, khususnya batik jumputan di Kota Medan. Rumah Kreatif Mutiara Langit Biru sudah sering mengadakan workshop yang berarti kemampuan mereka sudah mumpuni,” ungkap Mazdalifah selaku anggota pengabdian pada Sabtu, (23/09).
“Ibu dan remaja yang direkrut untuk pelatihan nantinya akan punya keterampilan untuk membuat batik dan bisa digunakan untuk nambah-nambah keuangan keluarga,” tambahnya.
Batik jumputan sendiri merupakan batik adat Palembang yang dibuat dengan menggunakan metode ikat dan celup. Peserta pelatihan membawa pulang masing-masing kain batik yang sudah dibuatnya pada pelatihan kali ini. Hal ini dimaksudkan agar para peserta merasa bangga dengan hasil karyanya.
“Saya belajar membuat batik dari tahun 2019 untuk diajarkan kepada guru-guru yang punya kegiatan wirausaha di Kota Binjai. Setelah saya kembali ke Medan, sayang ilmunya kalau tidak dikembangkan jadi saya ajarkan kepada orang lain,” kata Pemilik Rumah Kreatif Mutiara Langit Biru, Nany Susilawati.
Menurut Nany, ilmu yang dimilikinya tidak hanya berguna untuk dirinya sendiri melainkan bisa berguna juga untuk orang lain. Ia juga mengatakan bahwa belajar membatik dapat melatih kesabaran dan ketelitian.
“Karena masih pemula, kita masih menggunakan motif dasar. Kalau ibu-ibu ini kita kasi yang sulit duluan nanti ibu-ibu akan merasa susah membuat batik,” jelas Nany.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, terdapat kesulitan seperti mendapatkan sumber bahan. Bahan yang digunakan untuk membuat batik jumputan semuanya adalah bahan khusus sehingga tidak mudah ditemukan di toko bahan pakaian di sekitar sini.
“Yang paling sulit memang salah satunya adalah sumber bahan. Bahannya semua kita dapatkan dari Pekalongan, untungnya sekarang ada pembelanjaan online jadi sedikit lebih mudah,” ucap Linda Elida selaku Koordinator Kegiatan.
“Karena batik ini kan unik, tidak akan ada duplikasi seperti buatan pabrik, semuanya handmade,” tambahnya.
Selaku Koordinator Kegiatan, Linda Elida juga turut membagikan rencana ke depannya seusai kegiatan ini, yaitu pembuatan koperasi. Koperasi ini nantinya yang menjadi tempat para peserta yang akan melanjutkan keterampilan ini membeli bahan baku yang lumayan sulit dicari. Di samping itu, koperasi ini jugalah yang akan membantu dalam hal permodalan usaha.
“Memang ini baru titik awal sekali ya, tetapi berkumpulnya para perempuan secara rutin dan menghasilkan batik jumputan tentu dapat menambah penghasilan mereka. Jika nanti sudah ada pesanan rutin, mungkin bisa jadi lebih berkembang. Saya berharapnya itu, jadi nanti ini bisa menjadi pusat sentranya batik jumputan,” ucap Mazdalifah.
Selaku Koordinator Kegiatan, Linda Elida juga turut membagikan rencana ke depannya seusai kegiatan ini, yaitu pembuatan koperasi. Koperasi ini nantinya yang menjadi tempat para peserta yang akan melanjutkan keterampilan ini membeli bahan baku yang lumayan sulit dicari. Di samping itu, koperasi ini jugalah yang akan membantu dalam hal permodalan usaha.
Redaktur: Taty Kristina
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.