SUARA USU
Kabar Kampus

Asah Kreativitas, Mahasiswi Kesejahteraan Sosial USU Ajak Sanggar Pendidikan Silaturrahmi Membuat Handycraft Bersama

Oleh: Gaby Rolisa

Suara USU, MEDAN. Mahasiswi Kesejahteraan Sosial USU mengembangkan kreativitas anak Sanggar Pendidikan Silaturrahmi melalui kegiatan belajar kerajinan tangan atau handycraft. Praktik Kerja Lapangan atau lebih akrab dengan singkatan PKL merupakan salah satu bentuk implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilakukan kepada masyarakat.

PKL memiliki banyak dampak positif, salah satunya berdampak pada masyarakat. Selain itu berdampak pula kepada mahasiswa/i yang melaksanakan PKL tersebut, seperti wadah mahasiswa/i dalam mempraktikkan ilmu/teori yang telah dipelajari, melatih kemampuan beradaptasi pada masyarakat, serta mengasah keterampilan / skill sosial worker.

Gaby Rolisa Teresia Tarigan (190902058) mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial dari Universitas Sumatera Utara telah melaksanakan kegiatan PKL-2 di dalah satu sanggar di kota Medan, yaitu Sanggar Pendidikan Silaturrahmi yang berada di Jl. Badur, Kecamatan Medan Maimun. Saya melaksanakan PKL-2 terhitung dari tanggal 05 Septemper 2022 sampai 23 Desember 2022 yang dibimbing oleh Supervisor Sekolah saya, ibu Dra. Berlianti, MSP.

Pada saat melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 2 di Sanggar Pendidikan Silaturrahmi tahap awal yang dilakukan adalah melakukan perkenalan dengan anak-anak di sanggar. Kedatangan saya begitu disambut hangat oleh Bapak Hendra, yaitu pengurus sanggar serta diterima dengan baik oleh orangtua anak-anak sanggar. Anak-anak di sanggar terdiri dari umur 3-17 tahun, mereka ada sekitar kurang lebih 30 orang. Kali ini berfokus pada anak-anak yang berusia 10-15 tahun, yaitu itu mulai dari kelas 4 SD sampai dengan kelas 3 SMP.

PKL-2 berfokus pada level intervensi mezzo dan makro, yaitu kelompok, komunitas,Ā  masyarakat. Oleh karena itu saya berfokus pada kelompok belajar dengan metode social group work . Robert W. Klenk dan Robert M. Ryan (1974) menyatakan bahwa Social Group Work sebagai salah satu metode pekerjaan sosial untuk memperbaiki dan meningkatkan fungsi sosial individu melalui pengalaman-pengalaman dalam kelompok yang disusun secara sadar dan bertujuan.

Popple (1996 : 55-72) menggambarkan model intervensi pada level komunitas dengan pembagian yang berbeda dan pada Sanggar Pendidikan Silaturrahmi termasuk pada community education.

Gaby juga melakukan penempelan poster di Sanggar Pendidikan Silaturrahmi yang bertemakan tentang edukasi mengenai tata krama, dimana berisi cara yang baik dalam bersikap membangun tata krama dalam kehidupan sehari-hari.

Pada PKL-2 Gaby menggunakan metode Social Group Work karena klien saya kali ini merupakan lingkup komunitas (level intervensi mezzo). Adapun tahapan intervensi sosial yang dilaksanakan adalah :

  • Tahap Persiapan
  1. Menentukan tujuan dibuatnya kelompok, pada sanggar ini saya melihat bahwa anak-anak sanggar kurang mengasah kreativitasnya, kemudian kurang memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki, cenderung setelah waktu pulang sekolah mereka berhanyut di sungai. Padahal pada era ini banyak generasi muda dituntut agar mampu lebih kreatif. Sehingga tujuan dibentuk kelompok belajar kerajinan tangan agar anak-anak sanggar dapat mengasah kreativitas, mampu mengisi waktu luang dengan belajar kerajinan tangan.
  2. Menyusun komposisi kelompok, kelompok belajar kerajinan tangan terdiri dari anak-anak yang berusia 10-15 tahun.
  3. Mempersiapkan setting fisik, dalam kegiatan ini kami menggunakan ruangan sanggar dan saya sebagai fasilitator menyediakan alat dan bahan untuk belajar kerajinan tangan.
  • Tahap Assessment

Dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada Sanggar Pendidikan Silaturrahmi. Saya menggunakan analisis SWOT, yaitu anak-anak sanggar memiliki kekuatan dimana mereka memiliki waktu luang yang banyak, proses penerimaan pembelajaran hal baru mudah diterima, kuat dan semangat serta energik (strengths), namun kadang anak-anak memiliki kelemahan seperti mudah bosan, malas (weaknesses), peluang yang mereka miliki seperti mampu menjadi lebih kreatif, dapat mengelola waktu, menjadi produktif, mendapat pelajaran baru (opportunities), dan ancaman yang dapat menyerang anak-anak adalah kecanduan game online atau bermain gadget (threats).

  • Tahap Perencanaan Alternatif Program

Dalam tahap ini saya melibatkan partisipasi anak sanggar agar mereka dapat lebih enjoy saat menjalani program dan kegiatan. Program dan kegiatan yang dikembangkan berkaitan dengan pendidikan, yaitu belajar membuat kerajinan tangan.

  • Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Merupakan tahap guna merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna mengatasi permasalahan yang ada. Formulasi rencana aksi pada anak sanggar adalah membuat kerajinan tangan dari manik-manik, seperti gelang dan cincin yang akan dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Selain itu anak-anak sanggar juga belajar membuat kemoceng dari tali rafia yang akan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan.

  • Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program

Selesai dari tahap pemformulasian rencana aksi, saya sebagai educator dan fasilitator dalam pelaksanaan program mengumpulkan kelompok belajar kerajinan tangan dan melaksanakan kegiatan membuat aksesoris dari manik-manik dan kemoceng sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada pertemuan pertama pembuatan aksesoris dan kemoceng anak-anak masih diajarin dan dibantu dan pada pertemuan selanjutnya saya hanya memberikan bahan-bahan dan mencoba agar mereka tidak dibantu lagi dalam proses belajar, namun apabila ada yang kesulitan saya membantu mereka.

  • Tahap Evaluasi Proses dan Hasil Perubahan

Evaluasi sebagai proses pengawasan terhadap program yang sedang berjalan. Dari evaluasi yang sudah dilaksanakan terdapat beberapa anak-anak sanggar yang tidak mengikuti pertemuan kelompok belajar kerajinan tangan dikarenakan kelupaan. Kemudian terdapat beberapa kali banjir bandang yang menyebabkan tidak dapat mengadakan pertemuan dengan anak-anak sanggar. Namun banyak anak-anak yang cepat pula memahami proses pembuatan aksesoris dan kemoceng sehingga mereka membantu teman-temannya juga. Hasil perubahan yang terjadi adalah anak-anak sanggar memiliki kegiatan baru dalam pemanfaatan waktu luang, mengasah kreativits mereka, selain itu hasil kerajinan tangan tersebut dapat pula menjadi ide usaha mereka.

  • Tahap Terminasi

Merupakan tahap dimana sudah selesainya hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Setelah selesai tahap evaluasi proses dan hasil perubahan saya melakukan tahap terminasi di Sanggar Pendidikan Silaturrahmi.

PKL-2 Gaby sudah berakhir dan saya mengucapkan terimakasih kepada Sanggar Pendidikan Silaturrahmi terutama kepada Bapak Hendra yang telah menerima kedatangannya. Ia juga berpesan kepada anak-anak sangar agar tetap semangat.


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts to your email.

Related posts

Keliling 7 Daerah di Indonesia, Roadshow Wildlife Journalism Competition 2024 Resmi Digelar

redaksi

Bakso Crispy Perpus USU, Sekali Coba Langsung Nagih!

redaksi

USU Laksanakan Tes Kesehatan Perdana Mahasiswa SBMPTN setelah Pandemi

redaksi