SUARA USU
Kabar Kampus Kabar SUMUT

Tim Pengabdian Desa Binaan USU Bersama Masyarakat Desa Timbang Lawan Inisiasi Upaya Pemeliharaan Rusa Sebagai Alternatif Hewan Ternak dan Pengembangan Desa Wisata

Penulis: Jei Suranta dan Moehar Maraghiy Harahap, M.Sc

Suara USU, Medan. Kerusakan hutan akibat aktivitas manusia seringkali membawa dampak buruk bagi lingkungan. Salah satu dampak terjadinya kerusakan hutan adalah penurunan keanekaragaman hayati yang memicu terjadinya proses kepunahan suatu spesies. Spesies satwa yang kehilangan sumber pakan di dalam hutan yang telah terdegradasi akan mencoba untuk mempertahankan hidup dengan mencari sumber pakan baru di luar hutan. Ketika satwa predator seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) berhasil keluar dari hutan maka akan meningkatkan potensi perjumpaan dengan manusia di daerah pemukiman. Situasi seperti ini seringkali menyebabkan konflik satwa liar dengan manusia menjadi tidak terhindarkan karena saling mempertahankan kehidupan.

 Penurunan populasi rusa berpengaruh terhadap keseimbangan rantai makanan dan berdampak terhadap kelestarian satwa predator puncak yang dilindungi, yaitu harimau sumatera.

Berawal dari permasalahan konflik satwa liar dan manusia yang seringkali terjadi di Desa Timbang Lawan dan sekitarnya, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tim pengabdian Universitas Sumatera Utara bersama masyarakat setempat menginisiasi kegiatan penangkaran satwa rusa.

Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mengembangkan populasi rusa. Selain sebagai salah satu satwa pakan harimau sumatera di alam, rusa juga dapat menjadi alternative hewan ternak dan sekaligus sebagai obyek wisata. Dengan demikian, kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan, sehingga masyarakat tidak lagi bergantung pada hutan hingga merusak tata ekologi hutan.

Gambar 1. Tim berdiskusi dengan perangkat desa sebelum melakukan kegiatan pembuatan kandang rusa

Salah satu bagian dari kegiatan pengabdian ini adalah pembuatan kandang rusa. Kandang rusa dibangun bersama-sama dengan masyarakat menggunakan kawat baja yang kuat, tahan karat dan memiliki masa pakai yang lama. Kawat baja tersebut khusus didatangkan dari Australia yang memang memiliki spesialisasi dalam penyediaan bahan baku pagar bagi hewan yang mampu melompat dengan tinggi dan memiliki tenaga yang kuat. Kegiatan ini melibatkan para dosen dari beberapa Program Studi di Universitas Sumatera Utara; seperti : Kehutanan, Teknik, Pertanian dan Biologi, serta masyarakat timbang lawan yang tergabung dalam komunitas BITCO (Banana Island Conservation Community) serta perangkat desa.

Gambar 2. Proses pembuatan kandang rusa bersama masyarakat setempat yang tergabung dalam komunitas BITCO.

Dr. Ma’rifatin Zahrah selaku ketua pelaksana menyatakan bahwa pemeliharaan rusa diharapkan dapat menjadi salah satu solusi agar masyarakat tidak lagi masuk ke dalam hutan untuk berburu, karena rusa dapat menjadi alternatif hewan ternak bagi masyakat. Selain itu, rusa juga dapat menjadi obyek destinasi wisata di Desa Timbang Lawan. Lebih lanjut Moehar Maraghiy Harahap, M.Sc menambahkan secara tidak langsung dengan berkurangnya kegiatan berburu di hutan, akan menjaga keseimbangan jumlah populasi mangsa di alam sehingga satwa predator tidak keluar dari dalam hutan menuju pemukiman dan meminimalisir peluang terjadinya konflik satwa liar dan manusia.

“Dalam jangka panjang kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi sumber pemasukan tambahan dan meningkatkan ekonomii masyarakat melalui ekowisata,” tutup Dr. Ma’rifatin.

Redaktur: Salsabila Rania Balqis

Related posts

Ulang Tahun Ke-10 : Gamadiksi USU Menjadi Wadah Yang Lebih Baik

redaksi

Mengajarkan Antusiasme Anak-anak Panti Asuhan dalam Memberikan Pendapat Sehingga Penerapan Metode Casework dapat Berjalan dengan Lancar

redaksi

Menyoal Pembentukan PLT Gubernur PEMA FEB, Dekanat Beri Argumen

redaksi