Sumber foto: Gramedia.com
Oleh: Yulia Tarigan
Suara USU, Medan. Hidup adalah sebuah panggung seni di mana semua memiliki bentuk keindahan dan makna masing-masing, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Dari awal dilahirkan, manusia tidak bisa memilih dilahirkan dari keluarga mana dan dengan latar belakang seperti apa. Setiap insan mencoba untuk bertumbuh menjadi lebih sehat, baik, pintar, kaya, dan lainnya untuk mengejar kesempurnaan hidup. Namun, perlu digarisbawahi bahwa kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Lantas meskipun demikian, masih banyak manusia yang tidak terima dengan ketidaksempurnaan yang mereka hadapi.
Ketidaksempurnaan diri semakin meningkat ketika perbandingan terhadap kelebihan kepunyaan orang lain yang belum dia dapatkan. Hal tersebut menjadi sebuah beban sendiri sehingga menyebabkan timbulnya rasa tidak mencintai diri sendiri dan merasa tidak puas dengan apa yang telah terjadi. Padahal, semuanya akan terasa baik-baik saja jika kita belajar untuk mencintai ketidaksempurnaan itu.
Belajar untuk menerima diri melalui buku yang berjudul “Love for Imperfect Things” karya Haemin Sunim merupakan sebuah pelukan hangat yang menenangkan jiwa. Dalam era di mana kesempurnaan begitu dipuja, buku ini mengajak kita untuk kembali ke diri sendiri, merayakan ketidaksempurnaan, dan menemukan kedamaian dalam segala sesuatu.
Buku ini hadir dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna. Haemin Sunim, seorang biksu Buddha, mengajak pembaca untuk merenung melalui cerita-cerita pendek yang inspiratif. Setiap babnya seperti sebuah percakapan hangat dengan seorang teman bijaksana, yang membimbing kita untuk lebih memahami diri sendiri dan orang lain. Ilustrasi-ilustrasi yang indah dalam buku ini semakin memperkaya pengalaman membaca. Gambar-gambar ini tidak hanya mempercantik tampilan buku, tetapi juga menjadi visualisasi yang menyentuh dari pesan-pesan yang disampaikan.
Buku ini mengajak kita untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain dan menerima segala kekurangan yang kita miliki. Setiap individu unik dan memiliki keindahannya masing-masing. Kebahagiaan sejati tidak terletak pada pencapaian atau materi, melainkan pada hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerima diri sendiri, kita akan lebih mudah untuk membuka hati dan membangun hubungan yang lebih berarti dengan orang lain. Dalam dunia yang penuh dengan hiruk pikuk, buku ini mengajak kita untuk meluangkan waktu untuk merenung dan menemukan kedamaian batin.
“Love for Imperfect Things” adalah sebuah buku yang menginspirasi dan penuh harapan. Buku ini mengajak kita, terkhusus mahasiswa untuk merayakan ketidaksempurnaan dan menemukan keindahan dalam segala sesuatu. Jika sobat Suara USU mencari sebuah buku yang dapat memberikan ketenangan dan perspektif baru dalam hidup, buku ini sangat cocok untuk sobat Suara USU baca.
Redaktur: Yuni Hikmah
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.