Oleh : Emma Amelia
Suara USU, Medan. Kabar akan situasi bumi kita telah tersebar luas lewat media sosial bahkan sebelum separah sekarang. Akan tetapi, perkembangan dunia yang pesat terkadang menutup mata para manusia. Isu ini dikemas dalam perpaduan sebuah lagu dan koreografi oleh Dreamcatcher.
Dreamcatcher ialah girl group asal Korea Selatan yang baru-baru ini comeback dengan full album kedua. Dreamcatcher merilis album terbaru mereka pada Selasa (12/04) yang bertajuk Apocalypse : Save Us. Title Track album ini adalah Maison.
Tidak lepas dari ciri khas gaya bermusik Dreamcatcher, Maison juga dikemas dalam genre rock. Selain, comeback dengan full album, Dreamcatcher juga kembali dengan full member. Dikutip dari video konten SSAP POSSIBLE Melon Station, sang leader, Jiu menjelaskan bahwa lagu ‘Maison’ menceritakan tentang polusi lingkungan seperti yang dicerminkan pada penggalan lirik dibawah ini.
Save my home in the jungle
Save my home in the polar
Protect my Maison
Please someone fight for us
Save my home in the ocean
Save my home in the desert
Protect my Maison
Please someone fight for us
Tidak kalah menarik dari lagunya, video musik ‘Maison’ juga sangat menakjubkan seperti mewakilkan imajinasi pendengar terhadap lagu ini. Karena suatu planet yang akan atau hampir hancur, Dreamcatcher seolah menjadi ‘pahlawan yang loyal kepada Dewa Bumi’dan ingin menyadarkan semua orang yang telah mengotori dan menghiraukan masalah ini untuk segera mengubah kebiasaan jahat itu. Dreamcatcher juga ingin menyampaikan bahwa akan sia-sia, bila tetap mempertahankan rasa ketidakpedulian terhadap masalah besar yang sedang dihadapi di “Maison” karena dampaknya akan kembali kepada kita.
‘Maison’ memuat banyak makna penting di dalamnya dan berhasil menyentuh para pendengar untuk kembali menyadari bagaimana perilaku mereka terhadap bumi atau sang ‘Maison’ selama ini. Dreamcatcher dengan lagu konsep dark dan genre rock-nya, serta koreografi yang selalu memukau juga tidak pernah mengecewakan. Selamat kepada Dreamcatcher yang selalu membuat karya ‘bukan kaleng-kaleng’.
Redaktur : Valeshia Trevana
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.