Oleh: Sandrina Nasution
Suara USU, Medan. Ungkapan “berilmu tinggi namun tak beretika” merupakan kritik terhadap seseorang yang memiliki pengetahuan luas tetapi tidak menerapkan etika dan nilai-nilai moral dalam kehidupannya. Orang yang berilmu tinggi seharusnya juga memiliki etika dan akhlak yang baik. Ilmu pengetahuan tanpa etika bisa disalahgunakan dan berbahaya bagi masyarakat.
Kecerdasan dan pengetahuan tentulah menjadi modal berharga yang dapat membawa seseorang pada kesuksesan. Namun jika kecerdasan dan pengetahuan tidak diimbangi dengan moral dan etika yang tinggi, maka hal tersebut justru dapat menjadi ancaman bagi masyarakat. Orang yang cerdas dan berpengetahuan tinggi, namun tidak memiliki etika, cenderung akan menggunakan kecerdasan dan pengetahuannya untuk kepentingan pribadinya sendiri tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkannya bagi orang lain atau masyarakat.
Contoh yang pernah ada yaitu seorang dokter yang cerdas dan berpengetahuan tinggi, namun tidak memiliki etika, dapat menggunakan pengetahuannya untuk melakukan praktik ilegal, seperti korupsi atau pemalsuan dokumen medis. Praktik ilegal tersebut dapat merugikan masyarakat, baik secara materi maupun non-materi.
Contoh lainnya pada ahli kimia yang cerdas dan berpengetahuan tinggi namun tidak memiliki etika, dapat menggunakan pengetahuannya untuk membuat senjata kimia yang berbahaya. Senjata kimia tersebut dapat digunakan untuk membunuh atau melukai orang lain. Bahkan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang parah.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk memiliki etika yang tinggi, terlepas dari seberapa cerdas dan seberapa luas pengetahuan mereka. Etika merupakan pondasi yang akan mengarahkan seseorang untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuannya untuk kebaikan, bukan kejahatan. Orang yang cerdas dan berpengetahuan tinggi namun tidak memiliki etika cenderung akan menggunakan kecerdasan dan pengetahuannya untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri, tanpa mempedulikan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan di masyarakat, karena hanya orang-orang tertentu yang akan mendapatkan manfaat dari kecerdasan dan pengetahuan tersebut.
Jika orang-orang cerdas dan berpengetahuan tinggi di suatu masyarakat tidak memiliki etika, maka hal tersebut dapat mengancam peradaban tersebut. Orang-orang tersebut dapat menggunakan kecerdasan dan pengetahuannya untuk menciptakan senjata pemusnah massal atau teknologi yang dapat menghancurkan lingkungan.
Seseorang yang memiliki ilmu tinggi namun tidak mempunyai etika ini disebabkan beberapa faktor, antara lain:
1.Kurangnya pemahaman moral dan nilai etika Seseorang yang tidak memahami prinsip-prinsip moral dan etika dengan baik cenderung tidak memiliki pertimbangan etika yang memadai dalam bertindak.
2.Pengaruh lingkungan dan teman Apabila seseorang berada di lingkungan yang kurang menjunjung tinggi nilai etika, ia cenderung terpengaruh untuk bertindak tidak etis juga.
3. Lemahnya penegakan aturan dan sanksi Jika aturan dan sanksi atas pelanggaran etika lemah atau tidak ada, orang akan cenderung untuk melanggarnya.
4. Kesenjangan sosial ekonomi Rasa iri atau deprivasi akibat perbedaan status sosial ekonomi dapat memicu perilaku tidak etis seperti korupsi, kecurangan, ataupun kejahatan.
5. Kondisi mental dan kepribadian Kondisi mental yang kurang stabil, frustasi, marah, dendam, rakus, dan faktor kepribadian lainnya dapat mendorong perilaku tidak beretika.
6. Kesempatan untuk berbuat curang Adanya kesempatan melakukan kecurangan dengan nyaman dan aman tanpa tertangkap juga memicu seseorang bertindak tidak etis.
Untuk mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang cerdas dan berpengetahuan tinggi namun tidak memiliki etika, perlu dilakukan beberapa upaya. Upaya pertama ialah pemberian pendidikan moral sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan ini harus menekankan pentingnya nilai-nilai moral dan etika, seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Upaya yang kedua yaitu Penegakan hukum yang tegas Hukum harus ditegakkan secara tegas terhadap orang-orang yang cerdas dan berpengetahuan tinggi namun melakukan tindakan yang melanggar etika.
Adapun upaya yang ketiga yaitu pembentukan masyarakat yang adil dan sejahtera. Masyarakat yang adil dan sejahtera akan mengurangi potensi terjadinya tindakan yang tidak etis. Hal ini karena masyarakat akan merasa puas dengan kehidupannya dan tidak perlu melakukan tindakan yang merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
Kecerdasan dan pengetahuan merupakan karunia yang berharga. Namun, karunia tersebut harus digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab.
Redaktur: Anna Fauziah Pane
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.