Oleh: Duwi Cahya Aleida
Suara USU, Medan. Lea Kartyka Sembiring, atau yang lebih akrab disapa Lea merupakan mahasiswi alumni USU, Fakultas Kedokteran Gigi stambuk 2016 yang sekarang sudah resmi menjadi dokter gigi tepatnya pada Kamis, (7/9). Tak hanya berhasil di bidang pendidikan saja, Lea juga sangat populer berkat talentanya dalam bernyanyi. Suara emas yang dimiliki Lea mampu membawanya ke pengalaman dan pencapaian yang luar biasa.
Sejak kecil Lea sudah sangat senang bernyanyi dan ketika menginjak kelas 5 SD, Ia mengaku termotivasi oleh temannya yang sering menang di ajang perlombaan menyanyi sehingga Ia pun memutuskan untuk ikut mencoba. Awalnya memang tidak mudah karena sering mengalami kegagalan, tetapi Lea kecil tidak putus asa dan tetap terus ingin mencoba hingga akhirnya membuahkan hasil kemenangan.
Berlanjut terus hingga Lea dewasa, Ia tetap masih menyukai dunia tarik suara. Walaupun sering disibukkan dengan kegiatan kuliah saat menjadi mahasiswi kedokteran gigi, tetapi itu tidak menjadi suatu pantangan bagi dirinya untuk terus menoreh prestasi di luar perkuliahan. Contohnya pada tahun 2018 yang menjadi tahun paling berkesan bagi Lea sebab Ia berhasil menjadi perwakilan penyanyi dari Indonesia di International Drum and Dance Festival 2018.
“Di tahun 2018, Puji Tuhan berkesempatan untuk jadi salah satu representatif Indonesia sebagai tim musik (penyanyi) di Kuala Lumpur International Drum and Dance Festival. Acara ini diikuti 12 negara dengan membawa penampilan budayanya masing-masing. Sangat menyenangkan berbagi budaya dengan orang asing, dan membangun relasi dengan mereka, pergaulan juga nambah luas,” ungkap Lea.
Selain itu, Lea juga pernah bergabung dalam ajang bergengsi Indonesian Idol. Pertama kali mencoba di tahun 2019, namun gagal. Lalu di tahun 2022, Lea kembali mencoba dan berhasil lulus sampai ke tahap eliminasi II. Selama bergabung di kompetisi, Ia mengaku bahwa ini merupakan pengalaman yang menyenangkan.
“Sangat berkesan karena aku ngga pernah ikut acara semacam itu sebelumnya, dan surprisingly menyenangkan. Dari proses karantina, ketemu teman-teman yang baik, shooting sampai pagi, dan saling tukar pengalaman dengan kontestan lain. Jadi, aku belajar banyak.”
Lea bercerita bahwa memang benar terkadang Ia mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara kuliah dan kegiatan lainnya. Tentu harus ada yang dikorbankan dalam setiap keputusan yang diambil. “Manage waktu dan diri dengan baik adalah pengorbanan yang harus dilakukan dan tetap sehat lalu bisa mempertahankan IPK juga bagian dari managemen diri yang baik. Kalau tidak mau jadi mahasiswa biasa, pengorbananya juga tidak biasa,” jelas Lea.
Sekarang Lea sudah resmi lulus dan menjadi dokter gigi. Kedepannya, Ia berharap mampu melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya dan bisa memperlakukan pasien secara profesional. Selain itu, Ia juga akan tetap bernyanyi dan berupaya berprestasi dalam banyak bidang lainnya supaya bisa menjadi teladan bagi banyak orang.
“Kalau mencoba sesuatu, bisa berhasil bisa gagal. Tapi kalau ngga mencoba hasilnya cuma gagal,” pesan penutup Lea di akhir wawancara.
Redaktur: Tamara Ceria Sairo
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.