SUARA USU
Life Style

Brunch Menjadi Kebiasaan di Kalangan Mahasiswa, Sehat atau Tidak?

Penulis: Beby Cahya Ramadhanty

Suara USU, Medan. Mahasiswa dikenal memiliki jadwal kuliah yang padat dan tugas yang banyak. Oleh karena itu, mahasiswa sering tidur larut malam dan bangun menjelang waktu masuk kuliah. Ditambah pula dengan adanya jadwal kuliah pagi yang menyebabkan mahasiswa seringkali terburu-buru dan tidak memiliki waktu untuk sarapan. Maka dari itu, mahasiswa kerap menggabung sarapan dan makan siang. Istilah untuk menyebut penggabungan antara sarapan dengan makan siang ini disebut brunch. Brunch sendiri berasal dari bahasa Inggris yang merupakan breakfast dan lunch.

Brunch dianggap sebagai solusi bagi orang-orang yang kesulitan bangun di pagi hari dan tidak punya waktu untuk menyiapkan sarapan. Namun, apakah brunch selamanya dianggap sebagai solusi?

Jawabannya tentu TIDAK. Mansi Belani, seorang ahli gizi dari Evolve Medspa Mumbai menjelaskan bahwa brunch bukanlah hal yang baik untuk dijadikan sebagai rutinitas. Alasannya, brunch mempengaruhi berat badan seseorang. Hal ini dikarenakan perut sudah terlalu lama kosong yaitu sejak bangun tidur sampai melakukan aktivitas di siang hari. Saat brunch, perut kosong menyebabkan kecenderungan makan dengan konsumsi makanan melebihi porsi makan normal dalam satu waktu sehingga menyebabkan kalori yang tertimbun dalam tubuh akan semakin menumpuk.

Sebagai mahasiswa, kita seharusnya tahu bahwa otak membutuhkan energi dari glukosa untuk bekerja maksimal. Prof. Eric Rimm, Sc.D., seorang profesor epidemiologi dan nutrisi dari Harvard School of Public Health in Boston mengatakan bahwa sarapan pagi dengan menu yang sehat menyebabkan kadar gula darah akan sedikit meningkat, namun tubuh akan menyerapnya seiring dengan waktu. Dari sini, dapat diketahui bahwa jika seseorang sarapan maka tubuhnya akan tercukupi energinya dan tidak merasa lapar. Karena apabila kita menahan makan dan minum sedari malam hingga menjelang tengah hari maka tubuh bisa beresiko mengalami mual, pusing, lelah, dan nyeri di sekujur tubuh.

Sarapan di pagi hari memberikan energi yang diperlukan untuk memulai aktivitas. Melewatkan sarapan pagi dapat menyebabkan penurunan konsentrasi, fokus, dan produktivitas, terutama bagi mahasiswa yang memulai kegiatan perkuliahan di pagi hari. Selain itu, tanpa asupan makanan di pagi hari dapat memungkinkan tubuh merasa lemas dan kehilangan energi. Hal ini dapat mempengaruhi fisik dan daya tahan tubuh.

Sebagai mahasiswa yang selalu memulai aktivitas perkuliahan di pagi hari, sebaiknya kita harus tetap memprioritaskan kesehatan. Sebenarnya tidak salah untuk melakukan brunch, tapi perlu diingat bahwa brunch tidak bisa untuk dijadikan rutinitas setiap hari. Mengingat produktivitas selalu bergantung dengan apa yang dikonsumsi, hendaknya kita memenuhi kebutuhan nutrisi setiap harinya dengan mengonsumsi makanan bergizi tiga kali sehari.

Jadi, sekarang Sobat SU sudah memahami bahwa brunch tidak selamanya bisa dijadikan jalan pintas saat terlewat sarapan, bukan? Justru kita belajar bahwa kita tetap harus menyiapkan sarapan dan mengonsumsinya demi kesehatan. Untuk Sobat SU yang masih sering melewatkan sarapan pagi, ayo mulai siapin menu sarapan paginya, ya!

Redaktur: Tania A. Putri


Discover more from SUARA USU

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Related posts

Slow Living, Gaya Hidup Idaman Gen Z

redaksi

Tetap Terhidrasi di Tengah Kesibukan dengan Infused Water

redaksi

Abis Lebaran Makin Lebar-an? Oh, Tidak!

redaksi