Oleh: Muhammad Abduh Akram Agus
Suara USU, Medan. Memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa baru alias maba, sering dihadapkan pada dilema antara fokus meningkatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) atau terlibat aktif dalam organisasi. Keduanya menawarkan manfaat yang berbeda, namun memilih salah satu di antaranya bisa menjadi keputusan yang cukup membingungkan.
Bagi sebagian mahasiswa, IPK tinggi dianggap sebagai tujuan utama yang harus dicapai sejak semester awal. Pemahaman yang mendalam terhadap materi kuliah tentunya penting, terutama bagi mereka yang berambisi melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau mengejar beasiswa. IPK yang baik juga sering menjadi penentu dalam persaingan mendapatkan pekerjaan. Lantas, mengapa nilai IPK begitu penting?
Nilai IPK sering kali dipandang sebagai indikator kemampuan akademis dan kedisiplinan seseorang. Bagi perusahaan, IPK tinggi mencerminkan dedikasi dan kerja keras mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik mereka. Hal ini menjadi salah satu tolok ukur untuk menilai kemampuan analitis dan intelektual calon karyawan. Selain itu, perusahaan percaya bahwa IPK yang baik mencerminkan kemampuan individu untuk mencapai target dan beradaptasi dengan tuntutan kerja yang menuntut ketelitian dan ketepatan.
Namun, apakah fokus sepenuhnya pada akademik merupakan pilihan yang terbaik?
Di sisi lain, ada mahasiswa yang percaya bahwa pengalaman berorganisasi jauh lebih berharga dibandingkan angka IPK yang tinggi. Melalui organisasi, mereka bisa mengembangkan soft skills seperti kepemimpinan, manajemen waktu, dan kemampuan berkomunikasi. Keterampilan ini sangat dibutuhkan di dunia kerja dan sering kali tidak diperoleh di dalam kelas.
Berorganisasi juga penting karena dunia kerja tidak hanya menuntut kemampuan teknis, tetapi juga kemampuan untuk bekerja dalam tim, berinovasi, dan mengambil keputusan dalam situasi yang kompleks. Organisasi mahasiswa menyediakan lingkungan yang ideal untuk mengasah keterampilan ini. Selain itu, berorganisasi membuka peluang untuk memperluas jaringan dan relasi sebagai menjadi modal penting di masa yang akan datang. Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan membangun relasi yang kuat juga menjadi faktor penentu dalam mendapatkan peluang karier yang lebih baik.
Baik fokus pada IPK maupun terlibat secara aktif dalam organisasi, keduanya memiliki tantangan tersendiri. Mahasiswa yang terlalu sibuk dengan organisasi akan kesulitan mempertahankan IPK yang tinggi. Sebaliknya, mahasiswa yang hanya fokus pada IPK bisa kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan praktis dan membangun relasi.
Maka, apakah lebih baik meningkatkan IPK atau aktif berorganisasi? Jawabannya tidak hitam putih. Mahasiswa sebaiknya mampu menyeimbangkan keduanya, mengingat pentingnya baik prestasi akademik maupun pengalaman praktis. Keduanya adalah bekal penting untuk menghadapi tantangan di dunia kerja dan kehidupan setelah lulus. Sebagai mahasiswa baru, sobat Suara USU wajib membangun kesadaran agar bijak dalam mengatur waktu dan memiliki manajemen prioritas sebagai kunci dalam menentukan pilihan yang terbaik.
Redaktur: Fathan Mubina
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.