Reporter: Muhammad Keyvin Syah/Yessica Irene
Suara USU, Medan. Tayangan televisi saat ini sudah mulai menyajikan program-program yang bertujuan untuk menghibur masyarakat, salah satunya adalah program infotainment. Namun belakangan ini tayangan infotainment semakin jauh dari ranah jurnalistik, bukannya menyajikan informasi bermanfaat malah menyajikan kehidupan privasi artis yang sebenarnya tak layak untuk ditayangkan di televisi.
Menyadari fenomena tersebut, USU berkolaborasi dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) mengadakan Disemenasi Hasil Riset Indeks Kualitas Siaran Televisi “Infotainment: Budaya Selebriti di Ranah Jurnalistik?” yang dilaksanakan pada kamis, (14/07) berlokasi di Gedung Aula Serbaguna Lt II FISIP USU.
Acara ini diadakan sehubung dengan MoU dan PKS antara Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dengan USU tentang peningkatan kerjasama untuk mewujudkan penyiaran yang sehat di Indonesia, yang mana riset ini juga melibatkan 12 perguruan tinggi di Indonesia.
Kata sambutan selamat datang diberikan oleh Dr Hatta Ridho, M.S.P selaku Dekan FISIP USU dan Yuliandre Darwis Ph.D selaku Komisioner KPI pusat.
Yuliandre menyampaikan bahwa setiap tayangan di televisi, KPI selalu menilai, mengevaluasi, serta memiliki standar indeks kualitas program. Berdasarkan penilaian, tayangan infotainment selalu berada dalam hasil terbawah.
Pada tahun 2022 tayangan infotainment hanya mencapai angka 2,8 dimana tidak menyentuh angka 3 yang merupakan standar indeks kualitas program TV, “tayangan infotainment saat ini masih tidak bisa digolongkan sebagai tayangan jurnalistik,” ungkap Yuliandre.
Farida Hanim selaku Pengendali Lapangan Riset Indeks Kualitas Siaran Televisi mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil riset tahun 2022, ada tiga hal yang menjadi area yang harus diperhatikan pada penayangan program infotainment di televisi, yaitu kebermanfaatan, privasi, dan tayangan infotainment belum menyajikan konten yang sesuai dengan keadaan psikologis anak dan remaja.
“Membutuhkan kesadaran yang tinggi dari media untuk tahu apa yang sebenarnya penting atau baik bagi publik, karena ketika masuk ke publik bukan hanya satu kelompok saja yang menonton,” ungkap Farida Hanim.
“Semoga kedepannya dengan adanya diskusi ini dapat lebih lagi menambah khasanah berpikir teman-teman mahasiswa yang outputnya bisa berupa skripsi, thesis, disertasi agar menjadi catatan penting bagi industri untuk memperbaiki dan menciptakan konten-konten baru yang brilian dengan kearifan lokal,” tutup Yuliandre.
Redaktur: Salsabila Rania Balqis
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.