Penulis: Lintang Prameswari
Suara Usu, Medan. “Don’t change him, don’t change her. Change yourself. Be a better person. Love will come.” -Alvi
Jika dicermati sepintas, judul buku ini terlihat seperti sebuah kalimat pertanyaan. Judul ini membuat siapapun yang memandangnya langsung bertanya pada diri sendiri, tentang apa yang terjadi jika kita tak pernah jatuh cinta.
Buku “Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta” merupakan buku karya Alvi Syahrin yang terbit pada tahun 2018. Buku ini bahkan mencapai cetakan kedelapan pada tahun 2019. Buku yang berisikan fenomena-fenomena romansa yang dialami oleh semua orang, sekaligus jawaban dari fenomena- fenomena tersebut. Inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dihati para pembaca.
Alvi memulai buku ini dengan sebuah surat sebagai pengganti kata pengantar di bukunya. Di surat tersebut tertulis jelas bahwa Alvi ingin sekali pesan yang tersirat dalam bukunya sampai ke hati para pembaca. Ia pun menambahkan tentang kegelisahannya melihat society dan media seolah mendoktrin kita ‘Cinta adalah segalanya. Kemesraan di Instagram adalah relationship goals dan sendiri adalah sesuatu yang sering dipermalukan’.
Dan benar saja pada bab pertama buku ini berjudul “Ketika Usiamu Delapan Belas Tahun”, yang berceritakan tentang interpretasi cinta dikala kita berumur delapan belas tahun. Memaknai cinta adalah hal yang membutuhkan konsekuensi. Pada bab berikutnya, Alvi menceritakan tentang resiko jatuh cinta diam-diam. Sebuah topik yang dirasakan semua orang namun tak lumrah dibicarakan. Pada bab-bab terakhir, alvi menulis tentang hakikat mencintai. ”Mencintai terlalu banyak terasa begitu menyakitkan diujung. Mencintai terlalu sedikit terasa hambar”, begitulah salah satu kutipan pada bab tersebut.
Buku ini seperti perjalanan cinta yang dilalui semua orang namun tak ada yang menuliskannya. Perjalanan cerita yang tak sama, tetapi bertopik serupa. Buku yang hadir membawa ilmu-ilmu dari perjalanan romansa manusia yang penuh emosi disetiap kisahnya. Lalu mengajarkan kita cara menghadapi setiap bab dari perjalanan tak berujung.
Buku ini sangat cocok untuk menemani proses healing dari patah hati. Banyak sekali pelajaran yang tersirat dibuku ini yang membuat kita berpikir lebih jernih dalam menjalani proses tersebut. Selain itu, buku ini juga mengajarkan kita bahwa sendiri bukan berarti tak mencinta. Memaknai kesendirian sebagai bentuk cinta terhadap diri sendiri yang justru lebih penting daripada mengharapkan dicintai orang lain.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Sebagai buku yang megajarkan kita untuk memandang ‘cinta’ dari sudut yang berbeda. Mengambil hikmah dari setiap rasa yang diciptakan oleh cinta. Karena dari situlah kita bisa sadar bahwa “jika kita tak pernah jatuh cinta, kita tak akan banyak belajar dari masa lalu. Bagaimana ia mengajari kita untuk tetap kuat ketika hati berserak. Kita tak akan tangguh.” -Alvi.
Redaktur: Zukhrina Az Zukhruf
Discover more from SUARA USU
Subscribe to get the latest posts to your email.